Selasa, 26 April 2016

Preeklamsi Pada Kehamilan



2.1.             Preeklamsi

a.      Pengertian
Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau bisa lebih awal terjadi.
Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa menjadi penyebab kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan, persalinan, dan masa nifas yang akan berdampak pada ibu dan bayi.
Hipertensi (tekanan darah tinggi) di dalam kehamilan terbagi atas pre-eklampsia ringan, preklampsia berat, eklampsia, serta superimposed hipertensi (ibu hamil yang sebelum kehamilannya sudah memiliki hipertensi dan hipertensi berlanjut selama kehamilan). Tanda dan gejala yang terjadi serta tatalaksana yang dilakukan masing-masing penyakit di atas tidak sama.

b.      Penyebab
Sampai saat ini masih belum diketahui penyebab utama dari preeklamsia.Namun beberapa ahli percaya jika preeklamsia mulai berkembang di plasenta. Plasenta adalah organ yang menghubungkan suplai darah ibu hamil dengan suplai darah janin yang dikandungnya, dan nutrisi selama janin di dalam kandungan diberikan melalui plasenta.
Pada wanita dengan preeklamsia, pertumbuhan dan perkembangan pembuluh darah plasenta terganggu, sehingga lorong pembuluh lebih sempit dari yang seharusnya serta melakukan reaksi berbeda terhadap rangsangan hormon. Kondisi itu menyebabkan berkurangnya jumlah darah yang bisa dialirkan.Beberapa ahli lainnya menduga bahwa kurangnya nutrisi, tingginya kandungan lemak tubuh, faktor keturunan, dan kurangnya aliran darah ke uterus menjadi penyebab terjadinya preeklamsia.

Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko wanita mengalami preeklamsia, yaitu:
1.      Kehamilan pertama. Risiko terkena preeklamsia paling tinggi adalah saat seseorang hamil pertama kalinya.
2.      Pernah mengalami preeklamsia pada kehamilan sebelumnya.
3.      Sedang mengidap beberapa penyakit tertentu, seperti sindrom antifosfolipid, diabetes, lupus, hipertensi, atau penyakit ginjal.
4.      Janin lebih dari satu. Preeklamsia biasanya diidap oleh wanita yang sedang mengandung dua atau lebih janin.
5.      Hamil setelah berganti pasangan. Kehamilan pertama dengan pasangan yang baru meningkatkan risiko preeklamsia lebih tinggi dibanding kehamilan kedua atau ketiga tanpa berganti pasangan.
6.      Hamil setelah jeda 10 tahun dengan kehamilan sebelumnya.
7.      Faktor usia. Wanita hamil di atas usia 40 tahun punya risiko preeklamsia lebih tinggi.
8.      Obesitas saat hamil. Wanita Asia dengan indeks massa tubuh 25 atau lebih saat hamil bisa meningkatkan risiko preeklamsia.
9.      Faktor keturunan. Risiko mengidap preeklamsia lebih besar jika ada anggota keluarga yang pernah terkena preeklamsia.

c.       Tanda Gejala
Kadang, preeklamsia bisa berkembang tanpa gejala apa pun atau hanya muncul gejala-gejala ringan. Gejala utama dari preeklampsia adalah tekanan darah yang terus meningkat. Naiknya tekanan darah bisa terjadi dengan lambat, akibatnya sulit untuk memastikan kondisi ini. Oleh karena itu, memonitor tekanan darah secara rutin menjadi hal penting untuk dilakukan selama masa kehamilan. Jika tekanan darah wanita hamil mencapai 140/90 mm Hg atau lebih, segeralah berkonsultasi dengan dokter kandungan, terutama bila tekanan darah di level ini ditemukan dalam 2 kali pemeriksaan rutin yang terpisah.

Selain hipertensi, gejala umum lainnya dari preeklamsia adalah:
1.      Sesak napas, karena ada cairan di paru-paru.
2.      Sakit kepala parah.
3.      Berkurangnya volume urine.
4.      Gangguan penglihatan. Pandangan hilang sementara, menjadi kabur, dan sensitif terhadap cahaya.
5.      Mual dan muntah.
6.      Rasa nyeri pada perut bagian atas. Biasanya di bawah tulang rusuk sebelah kanan.
7.      Meningkatnya kandungan protein pada urine (proteinuria).
8.      Gangguan fungsi hati.
9.      Pembengkakan pada telapak kaki, pergelangan kaki, wajah dan tangan.
10.  Berkurangnya jumlah trombosit dalam darah.
11.  Laju pertumbuhan janin yang melambat juga bisa menandakan sang ibu mengidap preeklamsia. Kondisi ini disebabkan berkurangnya pasokan darah ke plasenta sehingga janin mengalami kekurangan pasokan oksigen dan nutrisi.

d.      Penatalaksanaan dan Pengobatan
Agar preeklamsia bisa segera terdiagnosis dan ditangani, lakukanlah konsultasi rutin dengan dokter kandungan setiap bulan. Jangan ragu untuk melakukan konsultasi dengan dokter kandungan lebih sering jika merasakan gejala-gejala yang tidak wajar selama masa kehamilan.
Apabila hasil diagnosis menyatakan bahwa Anda berisiko tinggi terkena preeklamsia, biasanya dokter akan meminta Anda mengonsumsi parasetamol dosis rendah. Parasetamol dosis rendah diduga dapat menurunkan risiko terkena preeklamsia. Wanita yang kekurangan asupan kalsium sebelum dan saat kehamilan, juga akan disarankan mengonsumsi suplemen kalsium untuk mencegah preeklampsia. Akan tetapi wanita hamil sebaiknya jangan mengonsumsi obat, vitamin, atau suplemen apa pun tanpa konsultasi dengan dokter kandungan terlebih dulu.
. Walaupun timbulnya pre-eklampsia tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian penerangan secukupnya dan pelaksanaan pengawasan yang baik pada wanita hamil,  antara lain:
1.      Diet makanan.
 Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin, dan rendah lemak. Kurangi garam apabila berat badan bertambah atau edema. Makanan berorientasi pada empat sehat lima sempurna. Untuk  meningkatkan protein dengan tambahan satu butir telus setiap hari.

2.      Cukup istirahat
 Istirahat yang cukup pada hamil semakin tua dalam arti bekerja seperlunya dan disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring ke arah punggung janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan.

3.      Pengawasan antenatal ( hamil )
 Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian:
1.      Uji kemungkinan pre-eklampsia:
- Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya
- Pemeriksaan tinggi fundus uteri
- Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema
- Pemeriksaan protein urin
b.   Penilainan kondisi janin dalam Rahim
- Pemantauan tingi fundus uteri
- Pemeriksaan janin: gerakan janin dalam rahim, denyut jantung
janin, pemantauan air ketuban 
-  Usulkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi.
Obat-obatan yang bisa dilakukan untuk wanita hamil yang mengalami preeklamsia adalah:
1.      Antihipertensi. Fungsi pengobatan ini untuk menurunkan tekanan darah. Biasanya dokter akan memilih obat antihipertensi yang aman bagi janin. Konsultasikan dengan dokter, dosis aman bagi Anda dan janin.
2.      Kortikosteroid. Paru-paru janin bisa berkembang lebih matang dengan bantuan pengobatan ini. Kinerja liver dan trombosit akan ditingkatkan dengan obat ini untuk memperpanjang usia kehamilan.
3.      Antikonvulsan. Dokter bisa saja meresepkan obat antikonvulsan jika preeklamsia yang diderita cukup parah, agar terhindar dari kejang-kejang.
e.        Pencegahan

Cara pencegahan terhadap terjadinya preeklamsi ataupun eklamsi pada ibu hamil yaitu dengan  tercukupnya kebutuhan kalsium dapat mengurang risiko hipertensi yang terjadi pada masa kehamilan. Kebutuhan kalsium dapat Anda peroleh melalui makanan yang Anda konsumsi sehari-hari seperti susu, sayuran hijau, biji-bijian, dan kacang-kacangan. Bila dirasa tidak tercukup, suplemen kalsium dapat menjadi pilihan praktis untuk memenuhi kebutuhan kalsium Anda. Kontrol kehamilan Anda. Langkah terbaik dalam menjauhkan Preeklampsia pada kehamilan Anda adalah dengan rajin kontrol ke dokter kandungan. Periksa rutin tekanan darah serta kandungan protein dalam urine Anda. Segera konsultasikan ke dokter apabila Anda merasakan gejala-gejala Preeklampsia agar dapat ditangani dengan cepat.  Cara mudah menghindari terjadinya eklamsi ataupun preeklamsi yaitu:

1.        Minum multivitamin. Riset menunjukkan, multivitamin memenuhi kebutuhan asam folat selam kehamilansekaligus mengurangi risiko pre-eklampsia hingga 50%.
2.        Makan serat. Berdasarkan riset Universitas Washington, Seattle, AS, makan buah dan sayur akan mengurangi risiko Pre-Eklampsia.
3.        Ke dokter gigi. Bakteri perusak gusi bisa menjadi pemicu Pre-Eklampsia, demikian riset terbaru AS. Jadi, sikat gigi minimal 2 kali sehari dan gunakan benang gigi.
4.        Jalan kaki. Studi menunjukkan, ibu hamil yang teratur jalan kaki bersisiko rendah alami Preeklampsia dibanding yang malas jalan.


f.        Komplikasi
Komplikasi preeklamsia dapat dibagi dua, yaitu pada wanita hamil dan pada bayi. Pada wanita hamil, preeklamsia bisa menimbulkan komplikasi sebagai berikut:
1.      Sindrom HELLP (Haemolysis – Elevated Liver enzymesLow platelet count). Ini adalah sindrom rusaknya sel darah merah, meningkatnya enzim liver, rendahnya jumlah trombosit darah.
2.      Eklamsia. Kondisi di mana kejang-kejang atau kontraksi otot-otot yang dialami oleh wanita hamil.
3.      Penyakit kardiovaskular
4.      Kegagalan organ lain. Preeklamsia bisa menyebabkan disfungsi beberapa organ seperti edema paru, gagal ginjal, dan gagal liver.
5.      Rusaknya sistem penggumpalan darah. Kondisi ini bisa menyebabkan perdarahan secara berlebihan. Perdarahan ini terjadi karena kurangnya kadar protein dalam darah.
6.      Erupsi Plasenta. Kondisi lepasnya plasenta dari dinding bagian dalam uterus sebelum kelahiran dapat mengakibatkan perdarahan serius dan kerusakan plasenta. Kondisi ini akan membahayakan keselamatan wanita hamil dan janin.
7.      Stroke Hemoragik. Pecahnya pembuluh darah di otak karena tingginya tekanan di dalam pembuluh darah.
8.      Komplikasi pada janin yang disebabkan preeklamsia bisa menyebabkan pertumbuhan janin melambat.
9.      Komplikasi serius seperti kesulitan bernapas bisa diidap bayi yang lahir dengan kondisi ini. Terkadang bayi bisa meninggal di dalam kandungan. Dalam kondisi seperti ini, bayi harus menerima perawatan dan pengawasan secara intensif.

g.      Dampak
Hipertensi pada saat hamil akan berdampak pada ibu dan janin. Dengan tingginya tekanan darah maka arus darah akan mengalami gangguan begitu pula pada organ ginjal, hati, otak, rahim dan juga plasenta.Ibu hamil yang menderita preeklampsia akan berdampak pada janin dimana nutrisi dan oksigen akan mengalami kondisi abnormal. Hal ini disebabkan karena pembuluh darah akan mengalami penyempitan.
Pada kondisi ibu hamil yang mengalami preeklamsia maka tumbuh kembang janin akan terhambat sehingga menyebabkan bayi lahir dengan berat badan yang rendah. Bahkan dapat meningkatkan risiko terjadinya kelahiran prematur. Sedangkan pada kasus preeklamsia yang berat maka bayi harus segera dilahirkan, kondisi ini disesuaikan dengan janin yang sudah dapat hidup diluar rahim atau tidak. Diperlukan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter kandungan untuk menyelamatkan ibu dan janin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar