2.1.
Preeklamsi
a.
Pengertian
Pre-eklampsia
dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg setelah
kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau bisa
lebih awal terjadi.
Pre-eklampsia
adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa menjadi penyebab kematian
ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan, persalinan, dan masa nifas
yang akan berdampak pada ibu dan bayi.
Hipertensi
(tekanan darah tinggi) di dalam kehamilan terbagi atas pre-eklampsia ringan,
preklampsia berat, eklampsia, serta superimposed hipertensi (ibu hamil yang
sebelum kehamilannya sudah memiliki hipertensi dan hipertensi berlanjut selama
kehamilan). Tanda dan gejala yang terjadi serta tatalaksana yang dilakukan
masing-masing penyakit di atas tidak sama.
b.
Penyebab
Sampai saat ini masih belum
diketahui penyebab utama dari preeklamsia.Namun beberapa ahli percaya jika
preeklamsia mulai berkembang di plasenta. Plasenta adalah organ yang
menghubungkan suplai darah ibu hamil dengan suplai darah janin yang
dikandungnya, dan nutrisi selama janin di dalam kandungan diberikan melalui
plasenta.
Pada wanita dengan preeklamsia,
pertumbuhan dan perkembangan pembuluh darah plasenta terganggu, sehingga lorong
pembuluh lebih sempit dari yang seharusnya serta melakukan reaksi berbeda
terhadap rangsangan hormon. Kondisi itu menyebabkan berkurangnya jumlah darah
yang bisa dialirkan.Beberapa ahli lainnya menduga bahwa kurangnya nutrisi,
tingginya kandungan lemak tubuh, faktor keturunan, dan kurangnya aliran darah
ke uterus menjadi penyebab terjadinya preeklamsia.
Ada beberapa faktor yang bisa
meningkatkan risiko wanita mengalami preeklamsia, yaitu:
1.
Kehamilan pertama. Risiko terkena preeklamsia paling tinggi adalah saat
seseorang hamil pertama kalinya.
2.
Pernah mengalami preeklamsia pada kehamilan
sebelumnya.
3.
Sedang mengidap beberapa penyakit tertentu, seperti
sindrom antifosfolipid, diabetes, lupus, hipertensi, atau penyakit ginjal.
4.
Janin lebih dari satu. Preeklamsia biasanya diidap oleh wanita yang sedang
mengandung dua atau lebih janin.
5.
Hamil setelah berganti pasangan. Kehamilan pertama dengan pasangan
yang baru meningkatkan risiko preeklamsia lebih tinggi dibanding kehamilan
kedua atau ketiga tanpa berganti pasangan.
6.
Hamil setelah jeda 10 tahun dengan kehamilan
sebelumnya.
7.
Faktor usia. Wanita hamil di atas usia 40 tahun punya risiko preeklamsia
lebih tinggi.
8.
Obesitas saat hamil. Wanita Asia dengan indeks massa tubuh 25 atau lebih saat
hamil bisa meningkatkan risiko preeklamsia.
9.
Faktor keturunan. Risiko mengidap preeklamsia lebih besar jika ada anggota
keluarga yang pernah terkena preeklamsia.
c.
Tanda
Gejala
Kadang, preeklamsia bisa berkembang
tanpa gejala apa pun atau hanya muncul gejala-gejala ringan. Gejala utama dari
preeklampsia adalah tekanan darah yang terus meningkat. Naiknya tekanan darah
bisa terjadi dengan lambat, akibatnya sulit untuk memastikan kondisi ini. Oleh
karena itu, memonitor tekanan darah secara rutin menjadi hal penting untuk dilakukan
selama masa kehamilan. Jika tekanan darah wanita hamil mencapai 140/90 mm Hg
atau lebih, segeralah berkonsultasi dengan dokter kandungan, terutama bila
tekanan darah di level ini ditemukan dalam 2 kali pemeriksaan rutin yang
terpisah.
Selain
hipertensi, gejala umum lainnya dari preeklamsia adalah:
1.
Sesak
napas, karena ada cairan di paru-paru.
2.
Sakit
kepala parah.
3.
Berkurangnya
volume urine.
4.
Gangguan
penglihatan. Pandangan hilang sementara, menjadi kabur, dan sensitif terhadap
cahaya.
5.
Mual
dan muntah.
6.
Rasa
nyeri pada perut bagian atas. Biasanya di bawah tulang rusuk sebelah kanan.
7.
Meningkatnya
kandungan protein pada urine (proteinuria).
8.
Gangguan
fungsi hati.
9.
Pembengkakan
pada telapak kaki, pergelangan kaki, wajah dan tangan.
10.
Berkurangnya
jumlah trombosit dalam darah.
11.
Laju
pertumbuhan janin yang melambat juga bisa menandakan sang ibu mengidap
preeklamsia. Kondisi ini disebabkan berkurangnya pasokan darah ke plasenta
sehingga janin mengalami kekurangan pasokan oksigen dan nutrisi.
d.
Penatalaksanaan
dan Pengobatan
Agar preeklamsia bisa segera
terdiagnosis dan ditangani, lakukanlah konsultasi rutin dengan dokter kandungan
setiap bulan. Jangan ragu untuk melakukan konsultasi dengan dokter kandungan
lebih sering jika merasakan gejala-gejala yang tidak wajar selama masa
kehamilan.
Apabila
hasil diagnosis menyatakan bahwa Anda berisiko tinggi terkena preeklamsia,
biasanya dokter akan meminta Anda mengonsumsi parasetamol dosis rendah.
Parasetamol dosis rendah diduga dapat menurunkan risiko terkena preeklamsia.
Wanita yang kekurangan asupan kalsium sebelum dan saat kehamilan, juga akan
disarankan mengonsumsi suplemen kalsium untuk mencegah preeklampsia. Akan
tetapi wanita hamil sebaiknya jangan mengonsumsi obat, vitamin, atau suplemen
apa pun tanpa konsultasi dengan dokter kandungan terlebih dulu.
. Walaupun timbulnya pre-eklampsia
tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi dengan
pemberian penerangan secukupnya dan pelaksanaan pengawasan yang baik pada
wanita hamil, antara lain:
1. Diet makanan.
Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat,
cukup vitamin, dan rendah lemak. Kurangi garam apabila berat badan bertambah
atau edema. Makanan berorientasi pada empat sehat lima sempurna. Untuk
meningkatkan protein dengan tambahan satu butir telus setiap hari.
2. Cukup istirahat
Istirahat yang cukup pada hamil semakin tua
dalam arti bekerja seperlunya dan disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak
duduk atau berbaring ke arah punggung janin sehingga aliran darah menuju
plasenta tidak mengalami gangguan.
3. Pengawasan antenatal ( hamil )
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak
janin dalam rahim segera datang ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan
perhatian:
1. Uji kemungkinan pre-eklampsia:
-
Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya
-
Pemeriksaan tinggi fundus uteri
-
Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema
-
Pemeriksaan protein urin
b.
Penilainan kondisi janin dalam Rahim
- Pemantauan tingi fundus uteri
- Pemeriksaan janin: gerakan janin
dalam rahim, denyut jantung
janin, pemantauan air ketuban
- Usulkan untuk melakukan pemeriksaan
ultrasonografi.
Obat-obatan
yang bisa dilakukan untuk wanita hamil yang mengalami preeklamsia adalah:
1. Antihipertensi.
Fungsi pengobatan ini untuk menurunkan tekanan darah. Biasanya dokter akan
memilih obat antihipertensi yang aman bagi janin. Konsultasikan dengan dokter,
dosis aman bagi Anda dan janin.
2. Kortikosteroid.
Paru-paru janin bisa berkembang lebih matang dengan bantuan pengobatan ini.
Kinerja liver dan trombosit akan ditingkatkan dengan obat ini untuk
memperpanjang usia kehamilan.
3. Antikonvulsan.
Dokter bisa saja meresepkan obat antikonvulsan jika preeklamsia yang diderita
cukup parah, agar terhindar dari kejang-kejang.
e.
Pencegahan
Cara pencegahan
terhadap terjadinya preeklamsi ataupun eklamsi pada ibu hamil yaitu dengan tercukupnya kebutuhan kalsium dapat mengurang risiko
hipertensi yang terjadi pada masa kehamilan. Kebutuhan kalsium dapat Anda
peroleh melalui makanan yang Anda konsumsi sehari-hari seperti susu, sayuran
hijau, biji-bijian, dan kacang-kacangan. Bila dirasa tidak tercukup, suplemen
kalsium dapat menjadi pilihan praktis untuk memenuhi kebutuhan kalsium Anda.
Kontrol kehamilan Anda. Langkah terbaik dalam menjauhkan Preeklampsia pada
kehamilan Anda adalah dengan rajin kontrol ke dokter kandungan. Periksa rutin
tekanan darah serta kandungan protein dalam urine Anda. Segera konsultasikan ke
dokter apabila Anda merasakan gejala-gejala Preeklampsia agar dapat ditangani
dengan cepat. Cara mudah menghindari terjadinya eklamsi ataupun
preeklamsi yaitu:
1.
Minum
multivitamin. Riset menunjukkan, multivitamin memenuhi kebutuhan asam folat
selam kehamilansekaligus mengurangi risiko pre-eklampsia hingga 50%.
2.
Makan
serat. Berdasarkan riset Universitas Washington, Seattle, AS, makan buah dan
sayur akan mengurangi risiko Pre-Eklampsia.
3.
Ke
dokter gigi. Bakteri perusak gusi bisa menjadi pemicu Pre-Eklampsia, demikian
riset terbaru AS. Jadi, sikat gigi minimal 2 kali sehari dan gunakan benang
gigi.
4.
Jalan
kaki. Studi menunjukkan, ibu hamil yang teratur jalan kaki bersisiko rendah
alami Preeklampsia dibanding yang malas jalan.
f.
Komplikasi
Komplikasi
preeklamsia dapat dibagi dua, yaitu pada wanita hamil dan pada bayi. Pada
wanita hamil, preeklamsia bisa menimbulkan komplikasi sebagai berikut:
1. Sindrom
HELLP (Haemolysis – Elevated
Liver enzymes – Low platelet count). Ini adalah sindrom
rusaknya sel darah merah, meningkatnya enzim liver, rendahnya jumlah trombosit
darah.
2. Eklamsia.
Kondisi di mana kejang-kejang atau kontraksi otot-otot yang dialami oleh wanita
hamil.
3.
Penyakit kardiovaskular
4. Kegagalan
organ lain. Preeklamsia bisa menyebabkan disfungsi beberapa organ
seperti edema paru,
gagal ginjal, dan gagal liver.
5. Rusaknya
sistem penggumpalan darah. Kondisi ini bisa menyebabkan perdarahan
secara berlebihan. Perdarahan ini terjadi karena kurangnya kadar protein dalam
darah.
6. Erupsi
Plasenta. Kondisi lepasnya plasenta dari dinding bagian dalam uterus
sebelum kelahiran dapat mengakibatkan perdarahan serius dan kerusakan plasenta.
Kondisi ini akan membahayakan keselamatan wanita hamil dan janin.
7. Stroke
Hemoragik. Pecahnya pembuluh darah di otak karena tingginya tekanan di
dalam pembuluh darah.
8. Komplikasi
pada janin yang disebabkan preeklamsia bisa menyebabkan pertumbuhan janin
melambat.
9. Komplikasi
serius seperti kesulitan bernapas bisa diidap bayi yang lahir dengan kondisi
ini. Terkadang bayi bisa meninggal di dalam kandungan. Dalam kondisi seperti
ini, bayi harus menerima perawatan dan pengawasan secara intensif.
g.
Dampak
Hipertensi
pada saat hamil akan berdampak pada ibu dan janin. Dengan tingginya tekanan
darah maka arus darah akan mengalami gangguan begitu pula pada organ ginjal,
hati, otak, rahim dan juga plasenta.Ibu hamil yang menderita preeklampsia akan
berdampak pada janin dimana nutrisi dan oksigen akan mengalami kondisi
abnormal. Hal ini disebabkan karena pembuluh darah akan mengalami penyempitan.
Pada kondisi
ibu hamil yang mengalami preeklamsia maka tumbuh kembang janin akan terhambat
sehingga menyebabkan bayi lahir dengan berat badan yang rendah. Bahkan dapat
meningkatkan risiko terjadinya kelahiran prematur. Sedangkan pada kasus
preeklamsia yang berat maka bayi harus segera dilahirkan, kondisi ini
disesuaikan dengan janin yang sudah dapat hidup diluar rahim atau tidak.
Diperlukan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter kandungan untuk menyelamatkan
ibu dan janin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar