2.1.
Gangguan
Pembekuan Darah
a.
Pengertian
Disfungsi perdarahan dan pembekuan
adalah terjadinya kelainan dalam pembentukan pembekuan darah dimana hal ini
berhubungan dengan trombosit dan faktor-faktor pembekuan darah. Abnormalitas
yang merupakan predisposisi seseorang mengalami perdarahan dapat disebabkan
oleh pembuluh darah, trombosit, dan setiap faktor koagulasi plasma, fibrin atau
plasmin.
b.
Penyebab
Tiga hal utama yang
mempengaruhi kerentanan seseorang mengalami trombus:
1. Dinding
pembuluh darah yang rentan mengalami luka, misal dinding pembuluh darah yang
telah mengalami plak arterosklerosis sebelumnya
2. Aliran
darah yang tidak normal, misal aliran darah pada penderita hipertensi, aliran
darah pada percabangan pembuluh darah
3. Penyakit
kelainan pembekuan darah
c.
Tanda
Gejala
Trombus
yang kecil tidak menimbulkan gejala apapun. Namun bila trombus sudah menyumbat
sehingga aliran darah menurun maka akan timbul gejala. Gejala yang umum adalah
rasa nyeri akibat sel-sel tubuh tidak mendapat suplai oksigen. Gejala lainnya adalah kulit akan teraba dingin, juga nadi
terasa lemah akibat sumbatan.
d.
Penatalaksanaan
Transfusi trombosit dan komponen plasma hanya diberikan
jika keadaan pasien sudah sangat buruk dengan trombositopenia berat dengan perdarahan
masif, memerlukan tindakan invasif, atau memiliki risiko komplikasi perdarahan.
Terbatasnya syarat transfusi ini berdasarkan pemikiran bahwa menambahkan
komponen darah relatif mirip menyiram bensin dalam api kebakaran, namun
pendapat ini tidak terlalu kuat, mengingat akan terjadinya hiperfibrinolisis
jika koagulasi sudah maksimal. Sesudah keadaan ini merupakan masa yang tepat
untuk memberi trombosit dan komponen plasma, untuk memperbaiki kondisi
perdarahan.
Satu-satunya terapi medikamentosa yang dipakai ialah
pemberian antitrombosis, yakni heparin. Obat kuno ini tetap diberikan untuk
meningkatkan aktivitas antitrombin III dan mencegah konversi fibrinogen menjadi
fibrin. Obat ini tidak bisa melisis endapan koagulasi, namun hanya bisa
mencegah terjadinya trombogenesis lebih lanjut. Heparin juga mampu mencegah
reakumulasi clot setelah terjadi fibrinolisis spontan. Dengan dosis dewasa
normal heparin drip 4-5 U/kg/jam IV infus kontinu, pemberian heparin harus dipantau
minimal setiap empat jam dengan dosis yang disesuaikan. Bolus heparin 80 U
tidak terlalu sering dipakai dan tidak menjadi saran khusus pada jurnal-jurnal
hematologi.
e.
Pencegahan/
cara mengatasi
1. Bergerak
(Darah bisa menumpuk di kaki saat Anda duduk dalam waktu lama. Bila pekerjaan
Anda menuntut untuk duduk dalam waktu lama, sebaiknya luangkan waktu
berjalan-jalan setiap 1 atau 2 jam)
2. Hidup
sehat (Segera ubah kebiasaan buruk seperti merokok atau makan berlebih agar
berat badan tetap normal. Selain itu, minumlah banyak air untuk mengurangi
risiko penggumpalan darah)
3. Hati-hati
dengan obat-obatan tertentu (Risiko DVT juga dapat meningkat saat mengonsumsi
pil kontrasepsi. DVT juga bisa diturunkan dari keluarga yang telah mengalami
penyakit ini)
4. Mengetahui
tanda dan gejala (DVT terkadang sulit diidentifikasi karena gejala yang
ditunjukkan hampir sama dengan gangguan lain. Perhatikan bila kaki menunjukkan
gejala seperti membengkak, sakit, kemerahan, mengalami perubahan warna, dan
kulit terasa hangat saat dipegang. Bila gumpalan darah sudah menjalar ke
paru-paru biasanya dapat menimbulkan sesak napas secara tiba-tiba)
5. Lebih
proaktif (Bila tubuh menunjukan gejala pembekuan darah, cedera, atau akan
melakukan operasi, maka segeralah berkonsultasi ke dokter. Informasikan kepada
ahli meida bila sedang mengonsumsi pil kontrasepsi, pernah menjalani operasi,
melakukan perjalanan panjang, atau cedera dalam 8 minggu sebelumnya
6. Cara
Alami Mengatasi Pembekuan Darah Dengan Mengkonsumsi Green World Calcium Softgel
f.
Komplikasi
Pada
ibu yang menderita pembekuan darah, kadar asam empedu akan meningkat dan akan
menghasilkan racun yang akan memasuki darah ibu dan mengakibatkan beberapa
gejala. Kondisi seperti ini harus segera diidentifikasi karena bisa
mendatangkan dampak yang serius untuk kesehaan bayi Anda, terutama jika sudah
memasuki masa kehamilan 36 minggu.
g.
Dampak
Resiko terbentuknya gangguan
pembekuan darah dapat meningkat oleh faktor-faktor berikut:
1. Obesitas
– Hingga saat ini, ahli kesehatan masih tidak mengetahui bagaimana obesitas
meningkatkan resiko pembekuan darah. Tetapi mereka yakin bahwa gaya hidup yang
banyak duduk, kurang bergerak, perubahan pada kimia darah, dan sebagainya,
dapat membentuk suatu hubungan yang menyebabkan pembekuan darah.
2. Pil
Keluarga Berencana (KB) – Pil KB meningkatkan kadar estrogen pada
tubuh. Tetapi, pil KB juga meningkatkan produksi faktor koagulasi yang
menyebabkan peningkatan resiko pembekuan darah.
3. Aterosklerosis
– Kondisi di mana arteri mengeras karena timbunan plak. Timbunan plak
(kolesterol) memiliki tutup yang pada akhirnya akan pecah. Ketika itu terjadi,
tubuh akan mengirim trombosit dan faktor koagulasi ke daerah tersebut untuk
memperbaiki robekan. Kemudian, hal itu akan menyebabkan pembentukan gumpalan
darah yang dapat semakin mempersempit jalan aliran darah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar