Selasa, 26 April 2016

IUFD Kematian Janin Dalam Rahim



2.1.            IUFD

a.         Pengertian

 Intra Uterine Fetal Death/Kematian Janin dalam  rahim yaitu kematian yang terjadi pada umur kehamilan lebih dari 20 minggu dimana janin sudah mencapai ukuran 500 gr atau lebih (Nasdaldy). Menurut WHO dan The American College Of Obstetricians and Gynecologists yang disebut kematian janin adalah janin yang mati dalam  rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau infeksi. Prinsip dasar Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, kegawatan janin, atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosa sebelumnya sehingga tidak di obati.

Klasifikasi
Kematian janin dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:
1. Golongan I: kematian sebelum massa kehamilan mencapai 20 minggu penuh
2. Golongan II: kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu
3. Golongan III: kematian sesudah masa kehamilan >28 minggu (late fetal death)
4. Golongan IV: kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan di atas

b.        Penyebab

1.      Faktor plasenta
a.       Insufisiensi plasenta
b.      Infark plasenta
c.       Solusio plasenta
d.      Plasenta previa
2.      Faktor ibu
a.       Diabetes mellitus
b.      Preeklampsi dan eklampsi
c.       Nefritis kronis
d.      Polihidramnion dan oligohidramnion
e.       Shipilis
f.       Penyakit jantung
g.      Hipertensi
h.      Penyakit paru atau TBC
i.        Inkompatability rhesus
j.        AIDS
3.      Faktor intrapartum
a.       Perdarahan antepartum
b.      Partus lama
c.       Anastesi
d.      Partus macet
e.       Persalinan presipitatus
f.       Persalinan sungsang
g.      Obat-obatan
4.      Faktor janin
a.       Prematuritas
b.      Postmaturitas
c.       Kelainan bawaan
d.      Perdarahan otak
Kecuali itu, ada berbagai penyebab yang bisa mengakibatkan kematian janin di kandungan, diantaranya:
1.      Ketidakcocokan rhesus darah ibu dengan janin
2.      Ketidakcocokan golongan darah antara ibu dan janin.
3.      Gerakan janin berlebihan
4.      Berbagai penyakit pada ibu hamil
5.      Kelainan kromosom
6.      Trauma saat hamil
7.       Infeksi materna
8.      Kelainan bawaan bayi

c.         Tanda Gejala
1.      Pertumbuhan janin janin mengecil sehingga tinggi fundus uteri menurun
2.      Bunyi jantung janin tak terdengar dengan fetoskop dan dipastikan dengan doppler.
3.      Menghilangnya gerakan janin.
4.      Berat badan ibu menurun.
5.      Tulang kepal kolaps
6.       Catatan : pemeriksaan radiologi dapat menimbulkan masalah dan tidak perlu. Bila dilakukan 5 hari setelah kematian janin, akan tampak gambaran sebagai berikut :
-          Tulang kepala janin tumpang tindih satu sama lain
-          Tulang belakang mengalami hiperfleksi
-          Tampak gambaran gas pada jantung dan pembuluh darah
-          Edema di sekitar tulang kepala.
7.      Pemeriksaan hCG urin menjadi negatif. Hasil ini terjadi beberapa hari setelah kematian janin

d.        Penatalaksanaan
1.      Bila disangka telah terjadi kematian janin dalam rahim tidak usah terburu-buru bertindak, sebaiknya diobservasi dulu dalam 2-3 minggu untuk mencari kepastian diagnosis.
2.      Biasanya selama masih menunggu ini 70-90 % akan terjadi persalinan yang spontan
3.      Jika pemeriksaan Radiologik tersedia, konfirmasi kematian janin setelah 5 hari. Tanda-tandanya berupa overlapping tulang tengkorak, hiperfleksi columna vertebralis, gelembung udara didalam jantung dan edema scalp.
4.      USG merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik untuk memastikan kematian janin dimana gambarannya menunjukkan janin tanpa tanda kehidupan, tidak ada denyut jantung janin, ukuran kepala janin dan cairan ketuban berkurang.
5.      Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya pasien selalu didampingi oleh orang terdekatnya. Yakinkan bahwa kemungkinan besar dapat lahir pervaginam.
6.      Pilihan cara persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspektatif, perlu dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum keputusan diambil.
7.      Bila pilihan penanganan adalah ekspektatif maka tunggu persalinan spontan hingga 2 minggu dan yakinkan bahwa 90 % persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi
8.      Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan, lakukan penanganan aktif.
9.      Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai servik
10.  Jika servik matang,lakukan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin.
11.  Jika serviks belum matang, lakukan pematangan serviks dengan prostaglandin atau kateter foley, dengan catatan jangan lakukan amniotomi karena berisiko infeksi
12.  Persalinan dengan seksio sesarea merupakan alternatif terakhir
13.  Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan serviks belum matang, matangkan serviks dengan misoprostol:
-          Tempatkan mesoprostol 25 mcg dipuncak vagina, dapat diulang sesudah 6 jam
-          Jika tidak ada respon sesudah 2x25 mcg misoprostol, naikkan dosis menjadi 50mcg setiap 6 jam. Jangan berikan lebih dari 50 mcg setiap kali dan jangan melebihi 4 dosis.
14.  Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotika untuk metritis.
15.  Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah, waspada koagulopati
16.  Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.
17.  Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan adanya patologi plasenta dan infeksi
18.  Bila setelah 3 minggu kematian janin dalam kandungan atau 1 minggu setelah diagnosis. Partus belum mulai maka wanita harus dirawat agar dapat dilakukan induksi persalinan
19.  Induksi partus dapat dimulai dengan pemberian esterogen untuk mengurangi efek progesteron atau langsung dengan pemberian oksitosin drip dengan atau tanpa amniotomi



e.    Pencegahan

Beberapa pencegahan yang dilakukan dari berbagai pustaka yang ada antara lain sebagai berikut (Silver, 2007)
1.      Memberikan nasehat pada waktu ANC mengenai nutrisi dan keseimbangan diet makanan
2.      Hindari merokok, tidak meminum minuman berakohol, jamu, obat-obatan dan hati-hati terhadap infeksi yang berbahaya
3.      Mendeteksi secara dini factor-faktor predis posisi IUFD dan pemberian pengobatan
4.      Mendeteksi gejala awal IUFD atau tanda fetal distress
5.      Diberlakukannya tindakan

f.     Komplikasi

1.      Disseminated intravascular coagulation (DIC),yaitu adanya perubahan pada proses pembekuan darah yang dapat menyebabkan perdarahan atau internal bleeding zat akan berakibat fatal kala ibu melahirkan
2.      Infeksi
3.      Koagulopati maternal dapat terjadi walaupun ini jarang terjadi sebnelum 4-6 minggu setelah kematian janin .oleh karena adanya komplikasi akibat IUFD maka janin yang telah meninggal harus segera dilahirkan. proses kelahiran harus segera dilakukan secara normal,karena bila melalui operasi akan terlalu merugikan ibu.operasi hanya dilakukan jika ada halangan untuk melahirkan normal.

g.      Dampak
Kematian janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak membahayakan ibu. Setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan terjadinya kelainan darah (hipo-fibrinogenemia) akan lebih besar karena itu pemeriksaan pembekuan darah harus dilakukan setiap minggu setelah diagnosis ditegakkan. Bila terjadi fibrinogenemia., bahayanya adalah perdarahan post partum. Terapinya adalah dengan pemberian darah segar atau fibrinogen.
            Dampak lainnya yaitu, Trauma emosional yang berat menjadi bila antara kematian janin dan persalinan cukup lama, dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah, dapat terjadi koagulopati bila kematian janin berlangsung lebih dari 2 minggu.


























Tidak ada komentar:

Posting Komentar