Selasa, 26 April 2016

Deteksi Dini Kehamilan Lanjut Rupture Uteri



2.1.            Rupture Uteri

a.      Pengertian

Ruptur uteri adalah robekan di dinding uterus, dapat terjadi selama periode ante natal saat induksi, selama persalinan dan kelahiran bahkan selama stadium ke tiga persalinan(Chapman, 2006;h.288).

b.      Penyebab

1.      Rupture jaringan parit uterus
-          Jaringan parut seksio sesarea ( merupakan penyebab terbanyak)
-          Riwayat kuretase atau perforasi uterus
-          Trauma abdomen
2.    Persalinan yang terhambat akibat disproporsi cephalopelvik
3.    Stimulasi yang berlebihan pada uterus pada induksi persalinan
4.    Peregangan uterus yang berlebihan
5.    Neoplasia Trofoblastik Gestasional
6.    Pelepasan plasenta yang sulit secara manual
7.    Penemuan yang tidak berhubungan dengan ruptura uteri:
-          Infus oksitosin dengan dosis berlebihan
-          Kontraksi 5x atau lebih dalam 10 menit
-          Kontraksi tetanik selama lebih dari 90 detik



c.       Tanda Gejala
Gejala dan tanda ruptura uteri sangat ber variasi. Secara klasik, ruptura uteri ditandai dengan nyeri abdomen akut dan perdarahan pervaginam berwarna merah segar serta keadaan janin yang memburuk.
Description: bandel
Tanda dan Gejala Klinis Ruptur Uteri
1.      Tanda dan gejala ruptur uteri dapat terjadi secara dramatis atau tenang.
2.      Dramatis.
3.      Nyeri tajam, yang sangat pada abdomen bawah saat kontraksi hebat memuncak.
4.      Penghentian kontraksi uterus disertai hilangnya rasa nyeri
5.      Perdarahan vagina ( dalam jumlah sedikit atau hemoragi )
6.      Terdapat tanda dan gejala syok, denyut nadi meningkat, tekanan darah menurun dan nafas pendek ( sesak )
7.      Temuan pada palpasi abdomen tidak sama dengan temuan terdahulu
8.      Bagian  presentasi dapat digerakkan diatas rongga panggul
9.      Janin dapat tereposisi atau terelokasi  secara dramatis dalam abdomen ibu
10.  Bagian janin lebih mudah dipalpasi
11.  Gerakan janin dapat menjadi kuat dan kemudian menurun menjadi tidak ada gerakan dan DJJ sama sekali atau DJJ masih didengar
12.  Lingkar uterus dan kepadatannya ( kontraksi ) dapat dirasakan disamping janin ( janin seperti berada diluar uterus ).
13.  Tenang
14.  Kemungkinan terjadi muntah
15.  Nyeri tekan meningkat diseluruh abdomen
16.  Nyeri berat pada suprapubis
17.  Kontraksi uterus hipotonik
18.  Perkembangan persalinan menurun
19.  Perasaan ingin pingsan
20.  Hematuri ( kadang-kadang kencing darah )
21.  Perdarahan vagina ( kadang-kadang )
22.  Tanda-tanda syok progresif
23.  Kontraksi dapat berlanjut tanpa menimbulkan efek pada servik atau kontraksi mungkin tidak dirasakan
24.  DJJ mungkin akan hilang

d.      Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada ruptur uteri adalah sebagai berikut :

1.         Perbaiki kehilangan darah dengan pemberian infus Intravena cairan (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat) sebelum pembedahan.
2.         Siapkan untuk tranfusi darah
3.         Lakukan seksio sesarea, segera lahirkan bayi  dan lahirkan plasenta segera setelah kondisi ibu stabil.
4.         Jika uterus dapat diperbaiki dengan resiko operasi lebih rendah daripada resiko pada histerektomi dan ujung ruptur uterus tidak nekrosis lakukan histerorafia. Tindakan ini akan mengurangi waktu dan kehilangan darah saat histerektomi.
5.         Lakukan perbaikan robekan pada dinding uterus (histerorafia) dengan langkah sebagai berikut :
a.       Kaji ulang prinsip pembedahan  
b.      Berikan antibiotik dosis tunggal ( ampisilin 2 G I.V, sefazolin 1 gI.V)
c.       Buka perut :
1.      Lakukan insisi vertikal pada line alba dari umbilikus sampai pubis.
2.      Lakukan insisi vertikal2-3 cm pada fasia, lanjutkan insisi keatas dan kebawah dengan gunting
3.      Pisahkan muskulus rektus abdominis kiri
4.      Buka peritoneum dekat umbilikus dengan tangan, jaga agar jangan melukai kandung kemih.
5.      Periksa rongga abdomen dan robekan uterus dan keluarkan darah beku.
6.      Pasang rektaktor kandung kemih.
d.      Lahirkan bayi dan plasenta
e.       Berikan oksitosin 10 IU dalam 500 ml cairan infus (NaCl atau Ringer Laktat)
f.       Angkat uterus untuk melihat seluruh luka uterus
g.      Periksa bagian depan dan belakang uterus
h.      Klem perdarahan dengan ring forceps.
i.         Pisahkan kandung kemih dari segmen bawah rahim secara tumpul atau tajam.
j.        Lakukan penjahitan robekan uterus.
k.      Jika uterus tidak dapat diperbaiki lakukan histerektomi.

e.       Pencegahan
Strategi pencegahan kejadian ruptura uteri langsung adalah dengan memperkecil jumlah pasien dengan resiko ; kriteria pasien dengan resiko tinggi ruptura uteri adalah:
1.      Persalinan dengan SC lebih dari satu kali
2.      Riwayat SC classic ( midline uterine incision )
3.      Riwayat SC dengan jenis “low vertical incision “
4.      LSCS dengan jahitan uterus satu lapis
5.      SC dilakukan kurang dari 2 tahun
6.      LSCS pada uterus dengan kelainan kongenital
7.      Riwayat SC tanpa riwayat persalinan spontan per vaginam
8.      Induksi atau akselerasi persalinan pada pasien dengan riwayat SC
9.      Riwayat SC dengan janin makrosomia
10.  Riwayat miomektomi per laparoskop atau laparotomi
Ibu hamil dengan 1 kriteria diatas akan memiliki resiko 200 kali lebih besar dibandingkan ibu hamil umumnya.
f.       Komplikasi

1.    Gawat janin
2.    Syok hipovolemik
 Terjadi kerena  perdarahan yang hebat dan  pasien tidak segera mendapat infus cairan kristaloid yang banyak untuk selanjutnya dalam waktu cepat digantikan dengan tranfusi darah. 
3.    Sepsis
 Infeksi berat umumnya terjadi pada pasien kiriman dimana ruptur uteri telah terjadi sebelum tiba di Rumah Sakit dan telah mengalami berbagai manipulasi termasuk periksa dalam yang berulang. Jika dalam keadaan yang demikian pasien tidak segera memperoleh terapi antibiotika yang sesuai, hampir pasti pasien akan menderita peritonitis yang luas dan menjadi sepsis pasca bedah.  
4.         Kecacatan dan morbiditas.
a.       Histerektomi merupakan cacat permanen, yang pada kasus belum punya anak hidup akan meninggalkan sisa trauma psikologis yang berat dan mendalam.
b.      Kematian maternal /perinatal yang menimpa sebuah keluarga merupakan komplikasi sosial yang sulit mengatasinya.

g.      Dampak
Dampak dari terjadinya rupture ini antar lainterjadinya infeksi pada luka jahitan dimana dapat merambat pada saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir




Tidak ada komentar:

Posting Komentar