Pemberian Obat Melalui
Epidural
Nama : Ummu Azka Latifa
NIM : 15150003
Kelas :
A 12.1
PROGRAM STUDI DIPLOMA KEBIDANAN
UNIVERSITAS REPATI YOGYAKARTA
2015/2016
Pemberian Obat Melalui
Epidural
Analgesia Epidural
Kebanyakan
unit konsultan persalinan menyadiakan layanan epidural 24 jam yang diberikan
oleh ahli anastesi obstetric yang terlatih. Pemasukan anastesi local kedalam
ruang epidural di lumbal dapat memberikan efek analgesia (bebas dari nyeri)
maupun anastesia (penurunan sensasi). Selain tidak merasakan nyeri kontraksi ,
ibu juga mengalami ketidak mampuan menggerakan kaki, berkemih secara normal,
dan merasakan dorongan untuk mengejan pada kala II persalinan. Hal tersebut
menyebabkan terjadinya peningkatan dan penambahan interverfensi selama
persalinan. Mengingat factor-faktor tersebut, dilakukanlah modifikasi pemberian
analgesic yang tidak mempengaruhi sensasi sepenuhnya yaitu dengan
mengombinasiakan pemberian spinal-epidural (combined spinal epidural)/ CSE.
1. Pengertian
bius Epidural
Bius
epidural merupakan salah satu jenis pembiusan yang banyak digunakan untuk
membantu meringankan nyeri pada proses persalinan. Epidural ini adalah suatu
(analgesik) anestesi yang dapat mengurangi rasa sakit kontraksi Klien. Bius ini disuntikkan melalui jarum berongga ke ruang di luar
membran luar sumsum tulang belakang klien. Setelah pembiusan telah dilakukan,
tabung plastik tipis dimasukkan melalui jarum suntik.
2.
Blok
Epidural
Anestesi lokal diinjeksikan kedalam ruang epidural. Kateter
kecil dipasang sehingga top- up (dosis
bolus) anestesi local dapat diberikan setelah dosis sebelumnya habis, atau
infus continu dapat diberikan menggunakan
driver spuit. Analgesia dan anesthesia yang diberikan biasanya bersifat
total. Pemberian analgesia epidural meningkatkan resiko terjadinya persalinan
lama dan persalinan dan dengan bantuan alat, terutama bila epidural diberikan
sebelum pembukaan mencapai 4 cm.
gambaran denyut jantung janin kurang bervariasi: seringkali diperlukan pengawasan
yang kontinu.
3.
Anastsesi
Spinal
Sedikit anastesi local diinjeksikan kedalam subaraknoid, dibawah L1, tepat ujung
syaraf spinal. Analgesia dan anastesia biasanya total, seksio sesaria biasanya
dilakukan dibawah anastesi spinal.
4.
Combined
Spinal Epidural (CSE)
Sedikit
anes tetik local dan/ atau analgesic opiate diinjeksikan ke daerah subraknoid.
Kemudian sebuah kateter dimasukasn kedalam ruang epidural sehingga analgesia
berikutnya dapat diberikan baik secaara bolus maupun melalui infus kontinu. Keuntungan
dari teknik ini adalah bahwa analgesia lah yang berhasil dicapai, buakan
anesthesia. Penggunaan opiate (sering kali fentanil) memberikan efek analgesia
yang cepat, tetapi berlangsung lama, dan disertai restensi sensasi. Pemberian
dosis opiate kepada ibu harus di observasi, komplikasi dari prosedur dapat
berupa depresi pernapasan pada ibu dan janin.
CSE
masih harus dievaluasi sepenuhnya. Peran bidan sama dengan saat CSE sedang
dipasang atau analgesia berikutnya sedang diberikan, tetapi asuhan kontinu yang
diberikan berbeda dengan asuhan yang diberikan pada ibu yang mendapat epidural
standar. Infus intravena dapat dihentikan setelah CSE terpasang, sensasi ibu
cukup baik untuk bermobilisasi, berkemih dan mengejan, semua gambaran yang
dapat menfasilitasi hasil dan pengalaman proses persalinan yang sangat berbeda.
Pada pemasangan CSE banyak terjadi pruritus (collis et al, 1995) dan meningitis
(O’Sullivan , 1997).
5.
Indikasi
Blok Epidural
1.
Pereda nyeri atas permintaan ibu
2.
Bermanfaat saat terdapat kecenderungan
persalinan dengan bantuan alat:
a. Malposisi
b. Malpresentasi
c. Kehamilan
kembar
d. Persalinan
lama
3.
Hipertensi
4.
Persalinan praterm
6.
Kontraindikasi
Ada beberapa
kontraindikasi untuk analgesia epidural/spinal:
1.
Semua jenis malfungsi pembekuan darah
2.
Beberapa gangguan neurologis
3.
Deformitas spinal
4.
Sepsis local
7. Cara Pembiusan
Pembiusan dilakukan oleh seorang
ahli anestesi setelah klien mulai merasakan terjadinya kontraksi. Sebelumnya,
klien akan disuntik melalui vena (intravena) dengan larutan khusus sebanyak 1-2
liter untuk membantu keseimbangan cairan dalam tubuh. Pemberian larutan ini
akan terus berlangsung hingga proses persalinan selesai. Selanjutnya, klien
disuruh untuk berbaring miring sambil menekuk/melengkungkan tubuh sedemikian
rupa, sehingga ruas-ruas tulang belakang klien terbuka lebar. Caranya,
pertemukan dagu dengan dada, serta dengkul klien dengan perut. Kemuklienn, obat
bius akan dimasukkan menggunakan jarum suntik melalui suatu celah pada ruas
tulang belakang untuk mencapai bagian yang disebut epidural. Bagian ini ada
pada jalur sistem saraf pusat tulang belakang. Epidural terasa seperti es
cair yang menimbulkan mati rasa pada perut klien, bawah dan kaki, dan mematikan
saraf-saraf yang membawa sinyal rasa sakit dari rahim klien.
8.
Prosedur
Pemasangan Blok Epidural Tradisional
Teknik ini dimodifikasi bila diberikasn
sebagai CSE atau bial pemberiannya menggunakan infus kontinu.
1. Dapat
persetujuan tindakan dari ibu
2. Anjuran
ibu untuk berkemih
3. Panggil
dokter anestesi
4. Siapkan
alat:
-
Perlengkapan alat untuk intravena
-
Monitor CTG
-
Troli balutan
-
Skort dan sarung tangan steril
-
Paket balutan steril, dengan linea
berlubang (duk) dan kasa
-
Losion antiseptic, biasanya klorheksidin
dalam alcohol isopropyl 70%
-
Paket epidural, bias any aberisi jarum
touby, spuit, slang (kateter)dan filter
-
Obat anastesi local untuk kulit dan
epidural, seperti lignokain dan bupivaksin
-
Spuit dan jarum steril
-
Plester
-
Balutan plastic untuk kulit
5. Pasang
infus intravena, berikan cairan dosis pembebananuntuk mencegah hipotensi
(sesuai permintaan dokter anestesi)
6. Posisikan
ibu, untuk melengkungkan spina sehingga akses diantara vertebra dapat
diperoleh:
-
Miring kekiri dengan lutut ditekuk dan
dagu ke dada , tetapi punggung ibu sangat dekat dengan tepi tempat tidur atau
-
Duduk ditepi tempat tidur dengan kedua
kaki ditopang kursi, lengan bersandar diatas meja tempat tidur
7. Bantu
dokter anestesi memakai sarung tangan dan skort dan membuat daerah aseptic yang
benar: tuangkan lotion, buka jarum dan spuit, pegang ampulanastetik local untuk
diisap isinya, dll.
8. Anjurkan
ibu untuk tetap diam pada posisinya pada saat epidural dipasang oleh dokter
anestesi. Selama aktivitas berlangsung dibagian punggung ibu, berikut ini
adalah dukungan dan bantuan yang diperlukan:
-
Punggung ibu dibersihkan , linen
berlubang dibentangkan ditempatnya dan anastetik local diinsersikan kedalam
kulit
-
Jarum touby diinsersikan pada saat ibu bebas kontraksi dan sangat tenang
-
Digunakan spuit epidural (menginjeksikan
udara untuk mengkaji adanya tahanan) untuk memastikan bahwa jarum touby berada ditempat yang benar
-
Kateter dimasukan ketempat tersebut dan
jarum touby dicabut.
9. Semprotkan
kulit plastic disekitar daerah tusukan dan fiksasi kateter dengan plester, bila
anastetik telah siap, fiksasi filter ditempat yang mudah dijsngksu, sering kali
dibahu ibu
10. Berikan
sedikit dosis uji: dosis pertama diberiksn jika dokter anestesi merasa yakin
bahwa katetersudah diinsersikan dengan benar
11. Bantu
ibu keposisi yang sesuai dengan permintaan dokter anestesi selama 20 menit
pertama setelah pemberian (sering kali semi-rekumber)
12. Kaji
dan catat tekanan darah dan nadi setiap 5 menit selama 20 menit berikutnya
13. Obsetrvasi
kondisi ibu termasuk tingkat nyeri, kehangatan, keamanan, infus intravena,
warna dan tanda-tanda mual
14. Panggil
dokter anestesi bila ada tanda dan gejala yang membutuhkan perhatian (hipotensi
dapat diatasi dengan peningkatan kecepatan tetesan infus, tetapi dokter
anestesi tetap harus dipanggil)
15. Bereskan
alat dengan benar
16. Pantau
kondisi janin, catat epidural pada gambaran CTG
17. Bila
dalam 20 menit semua hasil observasi kondisi ibu dalam keadaan normal dan
tingkat analgesia telah tercapai, posisikan kembali ibu sesuai keinginannya
18. Lanjutkan
perawatan persalinan, termasuk perawatan kandung kemih dan tungkai kebas, dan
buat catatan yang benar
19. Setelah
2-8 jam lakukan observasi adanya tanda-tanda kekambuhan, berikan top-up sebelum ibu merasa tidak nyaman
9.
Top
–up Epidural
Top-up Epidural diberikan jika pemberian
anestesi tidak kontinu baik dalam bentuk epidural standar maupun CSE. Bidan
yang telah dilatih khusus dan berada dibawah pengawasan , dapat memberikan
top-up sesuai kebijakan setempat. Dokter anestesi menetapkan dosis anastetik
local (konsentrasi dan jumlah), frekuensi, dan posisi ibu. Memberikan dosis dua
kali setengah dengan jarak 5 menit dapat dilakukan untuk berjaga-jaga
seandainya kateter bergerak ke cairan cerebrospinal. Meskipun demikian
instruksi pemberiaan yang kontinu dan lambat juga harus ditulis dalam bentuk resep
tertulis (May,1994).
10. Prosedur Top-up Epidural
1.
Kaji adanya kebutuhan pemberian top-up,
periksa infus intravena dan siapkan alat:
-
Obat sesuai resep
-
Jarum dan spuit steril
-
Kapas alcohol untuk penghapus kuman
2.
Posisikan ibu sesuai instruksi dokter
anestetik, biasanya posisi miring pala kala I persalinan , dan duduk pada kala
II
3.
Cuci tangan dan periksa keembali obat
anastetik local bersama bidan lainnya dan ambil obat dengan dosis benar
4.
Bila ibu bebas dari kontraksi, buku
penutup filter, desinfeksi port tersebut dengan kapas alcohol dan injeksikan
obat anastetik local dengan kecepatan 5 ml/30 detik
5.
Observasi ibu untuk adanya reaksi
merugikan seperti tinnitus, mengantuk dan bicara dengan tidak jelas
6.
Pasang kembali tutup filter
7.
Nadi dan tekanan diukur seperti pada
pemberian awal : setiap 5 menit selama sedikitnya 20 menit
8.
Bila perlu posisikan ibu kembali
9.
Bereskan alat dengan benar
10.
Dokumentasi pemberian dan pengaaruhnya
serta lakukan tindakan yang sesuai
11.
Lanjutkan observasi untuk dapat dan efek
sampingnya: panggil dokter anestesi bila perlu
11. Cara
Kerja Bius Epidural Pada Tubuh
Ketika
pemberian bius, Tentu saja klien akan merasakan sakit yang agak menggigit saat
jarum suntik menembus celah ruas tulang belakang. Bahkan ada orang yang
mengalami sedikit pembengkakan pada bekas suntikan, sampai beberapa hari
setelah proses persalinan selesai. Bagi klien yang operasi Caesar, seringkali
timbul rasa seperti ada yang mengganjal di tulang belakang sampai beberapa
minggu setelah persalinan. Rasa sakit ini akan hilang dengan sendirinya seiring
berjalannya waktu. Klien harus tetap berbaring di tempat tidur sampai saat
persalinan tiba. Tapi, selama menunggu, klien diperbolehkan untuk berbaring
menyamping dengan kepala lebih tinggi sekitar 30 derajat dari tubuh.
Umumnya,
3-5 menit setelah obat disuntikkan, sistem saraf dari bagian rahim hingga jalan
lahir akan mati rasa (kebas). Setelah lewat 10 menit, biasanya klien sudah akan
benar-benar mati rasa pada daerah tersebut, atau hingga seluruh bagian bawah
tubuh. Hal ini tidak mempengaruhi kemampuan klien dalam mengejan, klien tetap
dapat mengejan dengan dibimbing dokter dan perawat yang membantu persalinan.
Obat bius itu tidak menghambat proses persalinan. Hanya saja, klien tidak akan
merasakan nyeri luar biasa saat kontraksi semakin keras, di menit-menit
terakhir sebelum si kecil lahir. Namun, bagi klien yang kehilaRngan kemampuan
untuk mengejan, dokter akan membantu menggunakan forcep atau alat vakum.
Sekalipun tindakan tersebut sebenarnya menambah besarnya risiko bagi bayi, tapi
bila didukung oleh keterampilan dokter, maka klien tak perlu merasakan
kekhawatiran yang berlebihan.
12.
Prosedur
Pelepasan Kanula Epidural
Kanula dicabut setelah
epidural tidak lagi diperlukan, biasanya setelah persalinan selesai
1.
Dapatkan persetujuan tindakan dari ibu
dan perhatikan privasinya
2.
Pasang sarung tangan steril, balutan
tahan air dan kulit plastic pada ibu
3.
Cuci tangan, pakai sarung tangan seteril
4.
Buka plester dan minta ibu untuk
membungkukan punggungnya (sama dengan posisi pada saat insersi epidural): tarik
keluar kateter tersebut dengan hati-hati, tetapi cepat
5.
Pasang kulit plastic dan balutan tahan
air steril
6.
Periksa kateter untuk kelengkapannya
dengan mengkaji gradasi dan keadaan sekeliling ujung kateter: untuk menyakinkan
kondisinya, periksa ulang oleh orang kedua
7.
Dokumentasikan pencabutan kanula dan
lakukan tindakan yang sesuai
13. Efek Samping Epidural
1. HIpotensi
(lebih menurun dengan CSE), mual, pingsan
2. Dural tap,
bila jarum tidsak sengaja menusuk dura meter, mengskibatkan menurunnya tekanan
intracranial yang berpotensi menimbulkan sakit kepala besar selama beberapa
hari berikutnya.
3. Anastesi
spinal total, terlau banyak memberikan injeksi anestesi local ke dalam ruang
syubaraknoid dapat menyebabkan henti napas
4. Blok
parsial(nyeri membandel) yaitu saat kondiai masih tetap dirasakan di salah satu
area abdomen
5. Toksisitas
obat :
a. Gelisah
b. Pusing
c. Tinnitus
d. Rasa
logam
e. Mengantuk
6. Perubahan
suhu, ibu biasanya mengalami efek vasodilatasi dari bupivakin yang menyebabkan
kaki terasa hangat, suhu meningkattetapi tubuh menggigil
7. Retensi
urin
14. Peran Dan Tanggung Jawab Bidan
Secara ringkas peran dan tanggung jawab bidan
adalah
1. Memberi
penyuluhan dan melakukan persiapan pada ibu , termasuk mendapatkan persetujuan
tindakan dari ibu
2. Mengkaji
perkembangan yang dialami ibu, misalnya perkembangan persalinan
3. Menetapkan
beban kerja bidan agar ibu dapat dirawat secara ideal satu bidan untuk satu
pasien setelah insersi
4. Memposisikan
ibu dengan benar dan memberi dukungan pada ibu selama pemasangan epidural
5. Membantu
dokter anestesi selama persiapan dan pemasangan
6. Memberikan
asuhan yang kontinu dan mengobservasi ibu dan janin
7. Mengetahui
berbagai penyimpangan dari normal, berespons dan menghubungi dokter anastesi
8. Melatih
dan kometen untuk melakukan tops-up atau perawatan kontinu
9. Melepaskan
kateter epidural dengan benar
10. Melakukan
pencatatan dengan benar.
Kesimpulan
1.
Epidural dapat menjadi jenis analgesia
yang paling efektif karena dapat menghilangkan rasa nyeri saat persalinan
2.
Epidural ini tidak boleh digunakan
sebagai tindakan rutin dalam proses persalinan karena dapat menimbulkan
berbagai efek samping yang negative.
Referensi
Johnson, ruth dan wendy taylor.2005. Praktek Kebidanan. EGC: Jakarta
May
A. 1994. Epidurals for childbirth.
Oxford University Press: Oxford
Tidak ada komentar:
Posting Komentar