Selasa, 26 April 2016

Makalah Deteksi Dini Kehamilan Lanjut (Pendarahan Pervaginam)

BAB 1
PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang

Tanda bahaya kehamilan harus dikenali dan terdeteksi sejak dini sehingga dapat
ditangani dengan benar karena setiap tanda bahaya kehamilan bisa mengakibatkan komplikasi kehamilan. Adapun tanda bahaya akibat pendarahan pervaginam yaitu: plasenta previa, solusio plasenta, rupture uteri, gangguan pembekuan darah, preeklamsi, eklamsi, KPD/ ketuban pecah dini, IUFD.
Berdasarkan penilitian, telah diakui saat ini bahwa setiap kehamilan dapat memiliki potensi dan membawa risiko bagi ibu. WHO memperkirakan sekitar 15% dari seluruh wanita hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya dan dapat mengancam jiwanya. Bidan sebagai pemberi pelayanan kebidanan akan menemukan wanita hamil dengan komplikasi-komplikasi yang mungkin dapat mengancam jiwa.
Kematian ibu menjadi perhatian dunia internasional. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan diseluruh dunia lebih dari 585.000 ibu meninggal tiap tahun saat hamil atau bersalin. Artinya, setiap menit ada satu perempuan yang meninggal.
Oleh karena itu, bidan harus dapat mendeteksi sedini mungkin terhadap tanda-tanda bahaya pada ibu hamil yang mungkin akan terjadi, karena setiap wanita hamil tersebut beresiko mengalami komplikasi. Yang sudah barang tentu juga memerlukan kerjasama dari para ibu-ibu dan keluarganya, yang dimana jika tanda-tanda bahaya ini tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi, dapat mengakibatkan kematian  pada janin dan  ibu.





B.                 Rumusan Masalah
 Apa saja pegertian, penyebab, tanda gejala, penatalaksanaan, pencegahan,komplikasi, dan dampak  dari deteksi dini kehamilan lanjut/ tanda bahaya dari pendarahan pervaginam:
1.      Plasenta previa?
2.      Solusio plasenta?
3.      Rupture uteri?
4.      Gangguan pembekuan darah?
5.      Preeklamsi?
6.      Eklamsi?
7.      KPD (ketuban pecah dini)?
8.      IUFD?

C.                Tujuan

Untuk mengetahui tentang pengertian, penyebab, tanda gejala, penatalaksanaan, pencegahan komplikasi, dan dampak dari tanda bahaya pendarahan pervaginam yaitu dari:  plasenta previa, solusio plasenta, rupture uteri, gangguan pembekuan darah, preeklamsi, eklamsi, KPD dan IUFD pada deteksi dini kehamilan atau tanda bahaya dari macam-macam pendarahan pervaginam.











BAB II
ISI

Deteksi dini kehamilan lanjut atau Tanda bahaya kehamilan adalah tanda - tanda yang mengindikasikan adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan/periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu. Adapun tanda bahayanya pada kehamilan lanjut  diantaranya yaitu pendarahan pervaginam. Adapun sebab-sebab utama pendarahan kehamilan lanjut yaitu:

2.1.            Plasenta Previa

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4UZwkLaocCP5ynH1N2FIS_Qi926SegRLFw9Mu0rtz2Fvluk1knKyjSRJecymyE3hz4ZiFvpDXuq4tpsbAW_LHInlpE7vi1BdwrQwd0yQ4pAvKLfnhYGRDQngCChfNrMJlMNXeuQ5VY-c/s1600/ppvia.jpg

a.      Pengertian

 Plasenta Previa adalah perdarahan antepartum pada trimester ketiga. Perdarahan yang terjadi pada implantasi plasenta, yang menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum. Letak placenta tidak semestinya, yaitu dekat jalan keluar bayi atau bahkan menutupi jalan keluar bayi. Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (FKUI, 2000 Pada plasenta pervia, jaringan plasenta tidak tertanam dalam korpus uteri jauh dari ostium internum servisis, tetapi terletak sangat dekat atau pada ostium internum tersebut.

b.      Penyebab

Penyebab pasti plasenta previa belum diketahui. Kondisi yang multifaktorial telah dipostulatkan berhubungan dengan multipara, gestasi berkali-kali, umur kehamilan dini, kelahiran dengan sesarea sebelumnya, abortus, dan mungkin merokok. Berbeda pada pedarahan trimester awal, pada perdarahan trimester dua dan tiga biasanya sekunder karena implantasi abnormal dari plasenta. Plasenta previa diawali dengan implantasi embrio (embryonic plate) pada bagian bawah (kauda) uterus. Dengan melekatnya dan bertumbuhnya plasenta, plasenta yang telah berkembang bisa menutupi ostium uteri. Hal ini diduga terjadi karena vaskularisasi desidua yang jelek, inflamasi, atau perubahan atropik.

c.       Tanda gejala

Tanda dan gejala plasenta previa yaitu :
1.      Gejala yang terpenting ialah perdarahan tanpa nyeri dan biasanya berulang. Darah biasanya berwarna merah segar. Pasien mungkin berdarah sewaktu tidur dan sama sekali tidak terbangun; baru waktu ia bangun, ia merasa bahwa kainnya basah. Biasanya perdarahan karena plasenta previa baru timbul setelah bulan ke tujuh. Hal ini disebabkan oleh:
-          Perdarahan sebelum bulan ketujuh memberi gambaran yang tidak berbeda dari abortus.
-          Perdarahan pada plasenta previa disebabkan pergerakan antara plasenta dan dinding rahim.
2.       Bagian terdepan janin tinggi (floating). Sering dijumpai kelainan letak janin.
3.      Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya, sehingga pasien sempat dikirim ke rumah sakit. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleding) biasanya lebih banyak. Pendarahan berulang.
4.      Janin bisanya masih baik. Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah.
5.      Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah.
6.      His biasanya tidak ada
7.      Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
8.      Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
9.      Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul
10.  Sering dijumpai kesalahan letak janin

d.      Penatalaksanaan dan Pengobatan

Pengobatan plasenta previa dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu:
1.      Terminasi. Kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan yang membawa maut, misalnya: kehamilan cukup bulan, perdarahan banyak, parturien, dan anak mati (tidak selalu).
-          Cara vaginal yang bermaksud untuk mengadakan tekanan pada plasenta, yang dengan demikian menutup pembuluh-pembuluh darah yang terbuka (tamponade pada plasenta).
-          Dengan seksio sesarea, dimaksudkan untuk mengosongkan rahim hingga rahim dapat berkontraksi dan menghentikan perdarahan. Seksio sesarea juga mencegah terjadinya robekan serviks yang agak sering terjadi pada persalinan per vaginam.
2.      Ekspektatif. Dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di dunia luar baginya kecil sekali. Namun, sekarang ternyata terapi menunggu dapat dibenarkan dengan alasan sebagai berikut:
-          Perdarahan pertama pada plasenta previa jarang fatal.
-          Untuk menurunkan kematian bayi karena prematuritas.

Penderita plasenta previa juga harus diberikan antibiotik mengingat kemungkinan terjadinya infeksi yang besar disebabkan oleh perdarahan dan tindakan-tindakan intrauterin. Jenis persalinan apa yang kita pilih untuk pengobatan plasenta previa dan kapan melaksanakannya bergantung pada faktor-faktor sebagai berikut:
a.       Perdarahan banyak atau sedikit
b.       Keadaan ibu dan anak
c.       Besarnya pembukaan
d.      Tingkat plasenta previa
e.        Paritas

 Perdarahan yang banyak, pembukaan kecil, nulipara, dan tingkat plasenta previa yang berat mendorong kita melakukan seksio sesarea. Sebaliknya, perdarahan yang sedang/sedikit, pembukaan yang sudah besar, multiparitas dan tingkat plasenta previa yang ringan, dan anak yang mati cenderung untuk dilahirkan per vaginam. Pada perdarahan yang sedikit dan anak yang masih kecil (belum matur) dipertimbangkan terapi ekspektatif. Perlu diperhatikan bahwa sebeium melakukan tindakan apapun pada penderita plasenta previa, harus selalu tersedia darah yang cukup.

e.       Komplikasi

Komplikasi pada plasenta previa yaitu :
1.        Perdarahan dan syok
2.        Infeksi
3.        Laserasi serviks
4.        Plasenta akreta
5.        Prematuritas atau lahir mati
6.        Couvelair uterus, sehinga kontraksi tak baik, menyebabkan perdarahan post partum
7.        Hipofibrinogenamia dengan perdarahan post partum
8.        Nikrosis korteks neralis, menyebabkan anuria dan uremia
9.        Kerusakan-kerusakan organ seperti hati, hipofisis
f.       Dampak

Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Persalinan:
1.        Letak janin yang tidak normal, menyebabkan persalinan akan menjadi tidak normal
2.        Bila ada plasenta previa lateralis, ketuban pecah atau dipecahkan dapat menyebabkan terjadinya prolaps funikuli
3.        Sering dijumpai inersia primer
4.        Perdarahan (Mochtar, 2011)
5.        Bayi lahir premature atau berat badan lahir rendah (Mochtar, 2011)

2.2.            Solusio plasenta

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbnbD10hQMdIDgn5OrlpsWvWqE88_4QzPDIHn1v5k68-vUk-TGWffA3wtXJjlRi5G8vgML4LMLuELu9cqMr9Tf4iWXoe0GN9rDqfwF9jBvy-MbEheJvcD2P903QXWtIa5Q5Mv2bxHYiAg/s1600/splsnta.jpg

a.      Pengertian

 Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus, sebelum janin dilahirkan. Definisi ini berlaku pada kehamilan dengan masa gestasi di atas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram. Proses solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam desidua basalis yang menyebabkan hematoma retroplasenter. Hematoma dapat semakin membesar kearah pinggir plasenta sehingga amniokhorion sampai terlepas, perdarahan akan keluar melalui ostium uteri (perdarahan keluar), sebaliknya apabila amniokhorion tidak terlepas, perdarahan tertampung dalam uterus (perdarahan tersembunyi).

b.      Penyebab

            Hingga saat ini penyebab pasti terjadinya solusio plasenta belum diketahui, namun ada beberapa hal yang bisa meningkatkan risiko solusio plasenta, yaitu:
1.    Wanita yang merokok atau yang menyalahgunakan narkoba.
2.    Wanita yang berusia di atas 40 tahun.
3.    Wanita yang pernah mengalami solusio plasenta sebelumnya.
4.    Wanita yang pernah melahirkan bayi kembar.
5.    Wanita yang memiliki tekanan darah tinggi atau hipertensi.
6.    Wanita yang memiliki gangguan pembekuan darah.
7.    Wanita yang pernah mengalami trauma pada perut, seperti terjatuh
8.    Air ketuban bocor atau pecah terlalu awal.
9.    Tali pusat yang pendek

c.       Tanda Gejala
Beberapa gejala dari solusio plasenta adalah sebagai berikut :
1.      Perdarahan yang disertai nyeri.
2.      Anemia dan syok,beratnya anemia dan syok sering tidak sesuai dengan banyaknya darah yang keluar.
3.      Rahim keras seperti papan dan terasa nyeri saat dipegang karena isi rahim bertambah dengan darah yang berkumpul di belakang plasenta hingga rahim teregang (uterus en bois).
4.      Palpasi sulit dilakukan karena rahim keras.
5.      Fundus uteri makin lama makin baik.
6.      Bunyi jantung biasanya tidak ada.
7.      Pada toucher teraba ketuban yang teregang terus-menerus (karena isi rahim bertambah).
8.      Sering terjadi proteinuria karena disertai preeklampsi.


d.      Penatalaksanaan
Prinsip utama penatalaksanaannya antara lain :
1.      Pasien (ibu) dirawat dirumah sakit,istirahat baring dan mengukur keseimbangan cairan
2.      Optimalisasi keadaan umum pasien (ibu),dengan perbaikan: memberikan infuse dan transfuse darah segar
3.      Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin,hematokrit,COT(Clot Observation Test/test pembekuan darah),kadar fibrinogen plasma,urine lengkap,fungsi ginjal
4.      Pasien (ibu) gelisah diberikan obat analgetika
5.      Terminasi kehamilan : persalina segera,pervaginam atau section sesarea. Yang tujuannya adalah untuk menyelamatkan nyawa janin dan dengan lahirnya plasenta,berjutuan agar dapat menghentikan perdarahan.
6.      Bila terjadi gangguan pembekuan darah (COT >30 menit) diberikan darah segar dalam jumlah besar dan bila perlu fibrinogen dengan monitoring berkala pemeriksaan COT dan hemoglobin
7.      Untuk mengurangi tekanan intrauterine yang dapt menyebabkan nekrosis ginjal (reflek utero ginjal) selaput ketuban segera dipecahkan

e.       Pencegahan

1.         Hindari minuman beralkohol, merokok, atau penggunaan obat-obatan narkotika dan psikotropika selama kehamilan.
2.         Pemeriksaan kehamilan ke dokter atau bidan sejak awal diketahui adanya kehamilan dan secara teratur selama masa kehamilan.
3.         Mengenali dan mengatasi adanya masalah kesehatan pada ibu hamil seperti diabetes dan tekanan darah tinggi dapat menurunkan risiko terjadinya solusio plasenta.

f.       Komplikasi

Komplikasi bisa terjadi pada ibu maupun pada janin yang dikandungnya dengan criteria :
1.      Perdarahan yang dapat menimbulkan : variasi turunnya tekanan darah sampai keadaan syok,perdarahan tidak sesuai keadaan penderita anemis sampai syok,kesadaran bervariasi dari baik sampai syok.
2.      Gangguan pembekuan darah : masuknya trombosit ke dalam sirkulasi darah menyebabkan pembekuan darah intravaskuler dan diserti hemolisis,terjadinya penurunan fibrinogen sehingga hipofibrinogen dapat mengganggu pembekuan darah.
3.      Oliguria menyebabkan terjadinya sumbatan glomerulus ginjal dan dapat menimbulkan produksi urin makin berkurang.
4.      Perdarahan postpartum : pada solusio plasenta sedang sampai berat terjadi infiltrasi darah ke otot rahim,sehingga mengganggu kontraksi dan menimbulkan perdarahan karena atonia uteri,kegagalan pembekuan darah menambah bertanya perdarahan.
5.      Koagulopati konsumtif,DIC: solusio plasenta merupakan penyebab koagulopati konsumtif yang tersering pada kehamilan.
6.      Utero renal reflex
7.      Ruptur uteri
8.      Asfiksia ringan sampai berat dan kematian janin,karena perdarahan yang tertimbun dibelakang plasenta yang mengganggu sirkulasi dan nutrisi kearah janin.
9.      Kelainan susunan system saraf pusat
10.  Retardasi pertumbuhan
11.  Anemi

g.      Dampak

Penyulit terhadap ibu dalam bentuk:
a.       Berkurangnya darah dalam sirkulasi darah.
b.      Terjadinya penurunan tekanan darah, peningkatan nadi, dan pernafasan
c.       Penderita tampak anemis
d.      Dapat menimbulkan pembekuan darah
e.       Menimbulkan perdarahan postpartum
f.       Peningkatan timbunan darah di belakang plasenta yang menyebabkan rahim keras, padat, dan kaku
g.      Menyababkan asfiksia ringan sampai kematian janin dalam Rahim

2.3.            Rupture Uteri

a.      Pengertian

Ruptur uteri adalah robekan di dinding uterus, dapat terjadi selama periode ante natal saat induksi, selama persalinan dan kelahiran bahkan selama stadium ke tiga persalinan(Chapman, 2006;h.288).

b.      Penyebab

1.      Rupture jaringan parit uterus
-          Jaringan parut seksio sesarea ( merupakan penyebab terbanyak)
-          Riwayat kuretase atau perforasi uterus
-          Trauma abdomen
2.    Persalinan yang terhambat akibat disproporsi cephalopelvik
3.    Stimulasi yang berlebihan pada uterus pada induksi persalinan
4.    Peregangan uterus yang berlebihan
5.    Neoplasia Trofoblastik Gestasional
6.    Pelepasan plasenta yang sulit secara manual
7.    Penemuan yang tidak berhubungan dengan ruptura uteri:
-          Infus oksitosin dengan dosis berlebihan
-          Kontraksi 5x atau lebih dalam 10 menit
-          Kontraksi tetanik selama lebih dari 90 detik



c.       Tanda Gejala
Gejala dan tanda ruptura uteri sangat ber variasi. Secara klasik, ruptura uteri ditandai dengan nyeri abdomen akut dan perdarahan pervaginam berwarna merah segar serta keadaan janin yang memburuk.
Description: bandel
Tanda dan Gejala Klinis Ruptur Uteri
1.      Tanda dan gejala ruptur uteri dapat terjadi secara dramatis atau tenang.
2.      Dramatis.
3.      Nyeri tajam, yang sangat pada abdomen bawah saat kontraksi hebat memuncak.
4.      Penghentian kontraksi uterus disertai hilangnya rasa nyeri
5.      Perdarahan vagina ( dalam jumlah sedikit atau hemoragi )
6.      Terdapat tanda dan gejala syok, denyut nadi meningkat, tekanan darah menurun dan nafas pendek ( sesak )
7.      Temuan pada palpasi abdomen tidak sama dengan temuan terdahulu
8.      Bagian  presentasi dapat digerakkan diatas rongga panggul
9.      Janin dapat tereposisi atau terelokasi  secara dramatis dalam abdomen ibu
10.  Bagian janin lebih mudah dipalpasi
11.  Gerakan janin dapat menjadi kuat dan kemudian menurun menjadi tidak ada gerakan dan DJJ sama sekali atau DJJ masih didengar
12.  Lingkar uterus dan kepadatannya ( kontraksi ) dapat dirasakan disamping janin ( janin seperti berada diluar uterus ).
13.  Tenang
14.  Kemungkinan terjadi muntah
15.  Nyeri tekan meningkat diseluruh abdomen
16.  Nyeri berat pada suprapubis
17.  Kontraksi uterus hipotonik
18.  Perkembangan persalinan menurun
19.  Perasaan ingin pingsan
20.  Hematuri ( kadang-kadang kencing darah )
21.  Perdarahan vagina ( kadang-kadang )
22.  Tanda-tanda syok progresif
23.  Kontraksi dapat berlanjut tanpa menimbulkan efek pada servik atau kontraksi mungkin tidak dirasakan
24.  DJJ mungkin akan hilang

d.      Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada ruptur uteri adalah sebagai berikut :

1.         Perbaiki kehilangan darah dengan pemberian infus Intravena cairan (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat) sebelum pembedahan.
2.         Siapkan untuk tranfusi darah
3.         Lakukan seksio sesarea, segera lahirkan bayi  dan lahirkan plasenta segera setelah kondisi ibu stabil.
4.         Jika uterus dapat diperbaiki dengan resiko operasi lebih rendah daripada resiko pada histerektomi dan ujung ruptur uterus tidak nekrosis lakukan histerorafia. Tindakan ini akan mengurangi waktu dan kehilangan darah saat histerektomi.
5.         Lakukan perbaikan robekan pada dinding uterus (histerorafia) dengan langkah sebagai berikut :
a.       Kaji ulang prinsip pembedahan  
b.      Berikan antibiotik dosis tunggal ( ampisilin 2 G I.V, sefazolin 1 gI.V)
c.       Buka perut :
1.      Lakukan insisi vertikal pada line alba dari umbilikus sampai pubis.
2.      Lakukan insisi vertikal2-3 cm pada fasia, lanjutkan insisi keatas dan kebawah dengan gunting
3.      Pisahkan muskulus rektus abdominis kiri
4.      Buka peritoneum dekat umbilikus dengan tangan, jaga agar jangan melukai kandung kemih.
5.      Periksa rongga abdomen dan robekan uterus dan keluarkan darah beku.
6.      Pasang rektaktor kandung kemih.
d.      Lahirkan bayi dan plasenta
e.       Berikan oksitosin 10 IU dalam 500 ml cairan infus (NaCl atau Ringer Laktat)
f.       Angkat uterus untuk melihat seluruh luka uterus
g.      Periksa bagian depan dan belakang uterus
h.      Klem perdarahan dengan ring forceps.
i.         Pisahkan kandung kemih dari segmen bawah rahim secara tumpul atau tajam.
j.        Lakukan penjahitan robekan uterus.
k.      Jika uterus tidak dapat diperbaiki lakukan histerektomi.

e.       Pencegahan
Strategi pencegahan kejadian ruptura uteri langsung adalah dengan memperkecil jumlah pasien dengan resiko ; kriteria pasien dengan resiko tinggi ruptura uteri adalah:
1.      Persalinan dengan SC lebih dari satu kali
2.      Riwayat SC classic ( midline uterine incision )
3.      Riwayat SC dengan jenis “low vertical incision “
4.      LSCS dengan jahitan uterus satu lapis
5.      SC dilakukan kurang dari 2 tahun
6.      LSCS pada uterus dengan kelainan kongenital
7.      Riwayat SC tanpa riwayat persalinan spontan per vaginam
8.      Induksi atau akselerasi persalinan pada pasien dengan riwayat SC
9.      Riwayat SC dengan janin makrosomia
10.  Riwayat miomektomi per laparoskop atau laparotomi
Ibu hamil dengan 1 kriteria diatas akan memiliki resiko 200 kali lebih besar dibandingkan ibu hamil umumnya.
f.       Komplikasi

1.    Gawat janin
2.    Syok hipovolemik
 Terjadi kerena  perdarahan yang hebat dan  pasien tidak segera mendapat infus cairan kristaloid yang banyak untuk selanjutnya dalam waktu cepat digantikan dengan tranfusi darah. 
3.    Sepsis
 Infeksi berat umumnya terjadi pada pasien kiriman dimana ruptur uteri telah terjadi sebelum tiba di Rumah Sakit dan telah mengalami berbagai manipulasi termasuk periksa dalam yang berulang. Jika dalam keadaan yang demikian pasien tidak segera memperoleh terapi antibiotika yang sesuai, hampir pasti pasien akan menderita peritonitis yang luas dan menjadi sepsis pasca bedah.  
4.         Kecacatan dan morbiditas.
a.       Histerektomi merupakan cacat permanen, yang pada kasus belum punya anak hidup akan meninggalkan sisa trauma psikologis yang berat dan mendalam.
b.      Kematian maternal /perinatal yang menimpa sebuah keluarga merupakan komplikasi sosial yang sulit mengatasinya.

g.      Dampak
Dampak dari terjadinya rupture ini antar lainterjadinya infeksi pada luka jahitan dimana dapat merambat pada saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir




2.4.            Gangguan Pembekuan Darah

a.      Pengertian

Disfungsi perdarahan dan pembekuan adalah terjadinya kelainan dalam pembentukan pembekuan darah dimana hal ini berhubungan dengan trombosit dan faktor-faktor pembekuan darah. Abnormalitas yang merupakan predisposisi seseorang mengalami perdarahan dapat disebabkan oleh pembuluh darah, trombosit, dan setiap faktor koagulasi plasma, fibrin atau plasmin.

b.      Penyebab
Tiga hal utama yang mempengaruhi kerentanan seseorang mengalami trombus:
1.      Dinding pembuluh darah yang rentan mengalami luka, misal dinding pembuluh darah yang telah mengalami plak arterosklerosis sebelumnya
2.      Aliran darah yang tidak normal, misal aliran darah pada penderita hipertensi, aliran darah pada percabangan pembuluh darah
3.      Penyakit kelainan pembekuan darah
c.       Tanda Gejala
Trombus yang kecil tidak menimbulkan gejala apapun. Namun bila trombus sudah menyumbat sehingga aliran darah menurun maka akan timbul gejala. Gejala yang umum adalah rasa nyeri akibat sel-sel tubuh tidak mendapat suplai oksigen. Gejala lainnya adalah kulit akan teraba dingin, juga nadi terasa lemah akibat sumbatan.
d.      Penatalaksanaan
Transfusi trombosit dan komponen plasma hanya diberikan jika keadaan pasien sudah sangat buruk dengan trombositopenia berat dengan perdarahan masif, memerlukan tindakan invasif, atau memiliki risiko komplikasi perdarahan. Terbatasnya syarat transfusi ini berdasarkan pemikiran bahwa menambahkan komponen darah relatif mirip menyiram bensin dalam api kebakaran, namun pendapat ini tidak terlalu kuat, mengingat akan terjadinya hiperfibrinolisis jika koagulasi sudah maksimal. Sesudah keadaan ini merupakan masa yang tepat untuk memberi trombosit dan komponen plasma, untuk memperbaiki kondisi perdarahan.
Satu-satunya terapi medikamentosa yang dipakai ialah pemberian antitrombosis, yakni heparin. Obat kuno ini tetap diberikan untuk meningkatkan aktivitas antitrombin III dan mencegah konversi fibrinogen menjadi fibrin. Obat ini tidak bisa melisis endapan koagulasi, namun hanya bisa mencegah terjadinya trombogenesis lebih lanjut. Heparin juga mampu mencegah reakumulasi clot setelah terjadi fibrinolisis spontan. Dengan dosis dewasa normal heparin drip 4-5 U/kg/jam IV infus kontinu, pemberian heparin harus dipantau minimal setiap empat jam dengan dosis yang disesuaikan. Bolus heparin 80 U tidak terlalu sering dipakai dan tidak menjadi saran khusus pada jurnal-jurnal hematologi.

e.       Pencegahan/ cara mengatasi

1.      Bergerak (Darah bisa menumpuk di kaki saat Anda duduk dalam waktu lama. Bila pekerjaan Anda menuntut untuk duduk dalam waktu lama, sebaiknya luangkan waktu berjalan-jalan setiap 1 atau 2 jam)
2.      Hidup sehat (Segera ubah kebiasaan buruk seperti merokok atau makan berlebih agar berat badan tetap normal. Selain itu, minumlah banyak air untuk mengurangi risiko penggumpalan darah)
3.      Hati-hati dengan obat-obatan tertentu (Risiko DVT juga dapat meningkat saat mengonsumsi pil kontrasepsi. DVT juga bisa diturunkan dari keluarga yang telah mengalami penyakit ini)
4.      Mengetahui tanda dan gejala (DVT terkadang sulit diidentifikasi karena gejala yang ditunjukkan hampir sama dengan gangguan lain. Perhatikan bila kaki menunjukkan gejala seperti membengkak, sakit, kemerahan, mengalami perubahan warna, dan kulit terasa hangat saat dipegang. Bila gumpalan darah sudah menjalar ke paru-paru biasanya dapat menimbulkan sesak napas secara tiba-tiba)
5.      Lebih proaktif (Bila tubuh menunjukan gejala pembekuan darah, cedera, atau akan melakukan operasi, maka segeralah berkonsultasi ke dokter. Informasikan kepada ahli meida bila sedang mengonsumsi pil kontrasepsi, pernah menjalani operasi, melakukan perjalanan panjang, atau cedera dalam 8 minggu sebelumnya
6.      Cara Alami Mengatasi Pembekuan Darah Dengan Mengkonsumsi Green World Calcium Softgel

f.       Komplikasi

Pada ibu yang menderita pembekuan darah, kadar asam empedu akan meningkat dan akan menghasilkan racun yang akan memasuki darah ibu dan mengakibatkan beberapa gejala. Kondisi seperti ini harus segera diidentifikasi karena bisa mendatangkan dampak yang serius untuk kesehaan bayi Anda, terutama jika sudah memasuki masa kehamilan 36 minggu.

g.      Dampak
Resiko terbentuknya gangguan pembekuan darah dapat meningkat oleh faktor-faktor berikut:
1.      Obesitas – Hingga saat ini, ahli kesehatan masih tidak mengetahui bagaimana obesitas meningkatkan resiko pembekuan darah. Tetapi mereka yakin bahwa gaya hidup yang banyak duduk, kurang bergerak, perubahan pada kimia darah, dan sebagainya, dapat membentuk suatu hubungan yang menyebabkan pembekuan darah.
2.      Pil Keluarga Berencana (KB) – Pil KB meningkatkan kadar estrogen pada tubuh. Tetapi, pil KB juga meningkatkan produksi faktor koagulasi yang menyebabkan peningkatan resiko pembekuan darah.
3.      Aterosklerosis – Kondisi di mana arteri mengeras karena timbunan plak. Timbunan plak (kolesterol) memiliki tutup yang pada akhirnya akan pecah. Ketika itu terjadi, tubuh akan mengirim trombosit dan faktor koagulasi ke daerah tersebut untuk memperbaiki robekan. Kemudian, hal itu akan menyebabkan pembentukan gumpalan darah yang dapat semakin mempersempit jalan aliran darah.
2.5.             Preeklamsi

a.      Pengertian
Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau bisa lebih awal terjadi.
Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa menjadi penyebab kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan, persalinan, dan masa nifas yang akan berdampak pada ibu dan bayi.
Hipertensi (tekanan darah tinggi) di dalam kehamilan terbagi atas pre-eklampsia ringan, preklampsia berat, eklampsia, serta superimposed hipertensi (ibu hamil yang sebelum kehamilannya sudah memiliki hipertensi dan hipertensi berlanjut selama kehamilan). Tanda dan gejala yang terjadi serta tatalaksana yang dilakukan masing-masing penyakit di atas tidak sama.

b.      Penyebab
Sampai saat ini masih belum diketahui penyebab utama dari preeklamsia.Namun beberapa ahli percaya jika preeklamsia mulai berkembang di plasenta. Plasenta adalah organ yang menghubungkan suplai darah ibu hamil dengan suplai darah janin yang dikandungnya, dan nutrisi selama janin di dalam kandungan diberikan melalui plasenta.
Pada wanita dengan preeklamsia, pertumbuhan dan perkembangan pembuluh darah plasenta terganggu, sehingga lorong pembuluh lebih sempit dari yang seharusnya serta melakukan reaksi berbeda terhadap rangsangan hormon. Kondisi itu menyebabkan berkurangnya jumlah darah yang bisa dialirkan.Beberapa ahli lainnya menduga bahwa kurangnya nutrisi, tingginya kandungan lemak tubuh, faktor keturunan, dan kurangnya aliran darah ke uterus menjadi penyebab terjadinya preeklamsia.

Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko wanita mengalami preeklamsia, yaitu:
1.      Kehamilan pertama. Risiko terkena preeklamsia paling tinggi adalah saat seseorang hamil pertama kalinya.
2.      Pernah mengalami preeklamsia pada kehamilan sebelumnya.
3.      Sedang mengidap beberapa penyakit tertentu, seperti sindrom antifosfolipid, diabetes, lupus, hipertensi, atau penyakit ginjal.
4.      Janin lebih dari satu. Preeklamsia biasanya diidap oleh wanita yang sedang mengandung dua atau lebih janin.
5.      Hamil setelah berganti pasangan. Kehamilan pertama dengan pasangan yang baru meningkatkan risiko preeklamsia lebih tinggi dibanding kehamilan kedua atau ketiga tanpa berganti pasangan.
6.      Hamil setelah jeda 10 tahun dengan kehamilan sebelumnya.
7.      Faktor usia. Wanita hamil di atas usia 40 tahun punya risiko preeklamsia lebih tinggi.
8.      Obesitas saat hamil. Wanita Asia dengan indeks massa tubuh 25 atau lebih saat hamil bisa meningkatkan risiko preeklamsia.
9.      Faktor keturunan. Risiko mengidap preeklamsia lebih besar jika ada anggota keluarga yang pernah terkena preeklamsia.

c.       Tanda Gejala
Kadang, preeklamsia bisa berkembang tanpa gejala apa pun atau hanya muncul gejala-gejala ringan. Gejala utama dari preeklampsia adalah tekanan darah yang terus meningkat. Naiknya tekanan darah bisa terjadi dengan lambat, akibatnya sulit untuk memastikan kondisi ini. Oleh karena itu, memonitor tekanan darah secara rutin menjadi hal penting untuk dilakukan selama masa kehamilan. Jika tekanan darah wanita hamil mencapai 140/90 mm Hg atau lebih, segeralah berkonsultasi dengan dokter kandungan, terutama bila tekanan darah di level ini ditemukan dalam 2 kali pemeriksaan rutin yang terpisah.

Selain hipertensi, gejala umum lainnya dari preeklamsia adalah:
1.      Sesak napas, karena ada cairan di paru-paru.
2.      Sakit kepala parah.
3.      Berkurangnya volume urine.
4.      Gangguan penglihatan. Pandangan hilang sementara, menjadi kabur, dan sensitif terhadap cahaya.
5.      Mual dan muntah.
6.      Rasa nyeri pada perut bagian atas. Biasanya di bawah tulang rusuk sebelah kanan.
7.      Meningkatnya kandungan protein pada urine (proteinuria).
8.      Gangguan fungsi hati.
9.      Pembengkakan pada telapak kaki, pergelangan kaki, wajah dan tangan.
10.  Berkurangnya jumlah trombosit dalam darah.
11.  Laju pertumbuhan janin yang melambat juga bisa menandakan sang ibu mengidap preeklamsia. Kondisi ini disebabkan berkurangnya pasokan darah ke plasenta sehingga janin mengalami kekurangan pasokan oksigen dan nutrisi.

d.      Penatalaksanaan dan Pengobatan
Agar preeklamsia bisa segera terdiagnosis dan ditangani, lakukanlah konsultasi rutin dengan dokter kandungan setiap bulan. Jangan ragu untuk melakukan konsultasi dengan dokter kandungan lebih sering jika merasakan gejala-gejala yang tidak wajar selama masa kehamilan.
Apabila hasil diagnosis menyatakan bahwa Anda berisiko tinggi terkena preeklamsia, biasanya dokter akan meminta Anda mengonsumsi parasetamol dosis rendah. Parasetamol dosis rendah diduga dapat menurunkan risiko terkena preeklamsia. Wanita yang kekurangan asupan kalsium sebelum dan saat kehamilan, juga akan disarankan mengonsumsi suplemen kalsium untuk mencegah preeklampsia. Akan tetapi wanita hamil sebaiknya jangan mengonsumsi obat, vitamin, atau suplemen apa pun tanpa konsultasi dengan dokter kandungan terlebih dulu.
. Walaupun timbulnya pre-eklampsia tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian penerangan secukupnya dan pelaksanaan pengawasan yang baik pada wanita hamil,  antara lain:
1.      Diet makanan.
 Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin, dan rendah lemak. Kurangi garam apabila berat badan bertambah atau edema. Makanan berorientasi pada empat sehat lima sempurna. Untuk  meningkatkan protein dengan tambahan satu butir telus setiap hari.

2.      Cukup istirahat
 Istirahat yang cukup pada hamil semakin tua dalam arti bekerja seperlunya dan disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring ke arah punggung janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan.

3.      Pengawasan antenatal ( hamil )
 Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian:
1.      Uji kemungkinan pre-eklampsia:
- Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya
- Pemeriksaan tinggi fundus uteri
- Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema
- Pemeriksaan protein urin
b.   Penilainan kondisi janin dalam Rahim
- Pemantauan tingi fundus uteri
- Pemeriksaan janin: gerakan janin dalam rahim, denyut jantung
janin, pemantauan air ketuban 
-  Usulkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi.
Obat-obatan yang bisa dilakukan untuk wanita hamil yang mengalami preeklamsia adalah:
1.      Antihipertensi. Fungsi pengobatan ini untuk menurunkan tekanan darah. Biasanya dokter akan memilih obat antihipertensi yang aman bagi janin. Konsultasikan dengan dokter, dosis aman bagi Anda dan janin.
2.      Kortikosteroid. Paru-paru janin bisa berkembang lebih matang dengan bantuan pengobatan ini. Kinerja liver dan trombosit akan ditingkatkan dengan obat ini untuk memperpanjang usia kehamilan.
3.      Antikonvulsan. Dokter bisa saja meresepkan obat antikonvulsan jika preeklamsia yang diderita cukup parah, agar terhindar dari kejang-kejang.
e.        Pencegahan

Cara pencegahan terhadap terjadinya preeklamsi ataupun eklamsi pada ibu hamil yaitu dengan  tercukupnya kebutuhan kalsium dapat mengurang risiko hipertensi yang terjadi pada masa kehamilan. Kebutuhan kalsium dapat Anda peroleh melalui makanan yang Anda konsumsi sehari-hari seperti susu, sayuran hijau, biji-bijian, dan kacang-kacangan. Bila dirasa tidak tercukup, suplemen kalsium dapat menjadi pilihan praktis untuk memenuhi kebutuhan kalsium Anda. Kontrol kehamilan Anda. Langkah terbaik dalam menjauhkan Preeklampsia pada kehamilan Anda adalah dengan rajin kontrol ke dokter kandungan. Periksa rutin tekanan darah serta kandungan protein dalam urine Anda. Segera konsultasikan ke dokter apabila Anda merasakan gejala-gejala Preeklampsia agar dapat ditangani dengan cepat.  Cara mudah menghindari terjadinya eklamsi ataupun preeklamsi yaitu:

1.        Minum multivitamin. Riset menunjukkan, multivitamin memenuhi kebutuhan asam folat selam kehamilansekaligus mengurangi risiko pre-eklampsia hingga 50%.
2.        Makan serat. Berdasarkan riset Universitas Washington, Seattle, AS, makan buah dan sayur akan mengurangi risiko Pre-Eklampsia.
3.        Ke dokter gigi. Bakteri perusak gusi bisa menjadi pemicu Pre-Eklampsia, demikian riset terbaru AS. Jadi, sikat gigi minimal 2 kali sehari dan gunakan benang gigi.
4.        Jalan kaki. Studi menunjukkan, ibu hamil yang teratur jalan kaki bersisiko rendah alami Preeklampsia dibanding yang malas jalan.


f.        Komplikasi
Komplikasi preeklamsia dapat dibagi dua, yaitu pada wanita hamil dan pada bayi. Pada wanita hamil, preeklamsia bisa menimbulkan komplikasi sebagai berikut:
1.      Sindrom HELLP (Haemolysis – Elevated Liver enzymesLow platelet count). Ini adalah sindrom rusaknya sel darah merah, meningkatnya enzim liver, rendahnya jumlah trombosit darah.
2.      Eklamsia. Kondisi di mana kejang-kejang atau kontraksi otot-otot yang dialami oleh wanita hamil.
3.      Penyakit kardiovaskular
4.      Kegagalan organ lain. Preeklamsia bisa menyebabkan disfungsi beberapa organ seperti edema paru, gagal ginjal, dan gagal liver.
5.      Rusaknya sistem penggumpalan darah. Kondisi ini bisa menyebabkan perdarahan secara berlebihan. Perdarahan ini terjadi karena kurangnya kadar protein dalam darah.
6.      Erupsi Plasenta. Kondisi lepasnya plasenta dari dinding bagian dalam uterus sebelum kelahiran dapat mengakibatkan perdarahan serius dan kerusakan plasenta. Kondisi ini akan membahayakan keselamatan wanita hamil dan janin.
7.      Stroke Hemoragik. Pecahnya pembuluh darah di otak karena tingginya tekanan di dalam pembuluh darah.
8.      Komplikasi pada janin yang disebabkan preeklamsia bisa menyebabkan pertumbuhan janin melambat.
9.      Komplikasi serius seperti kesulitan bernapas bisa diidap bayi yang lahir dengan kondisi ini. Terkadang bayi bisa meninggal di dalam kandungan. Dalam kondisi seperti ini, bayi harus menerima perawatan dan pengawasan secara intensif.

g.      Dampak
Hipertensi pada saat hamil akan berdampak pada ibu dan janin. Dengan tingginya tekanan darah maka arus darah akan mengalami gangguan begitu pula pada organ ginjal, hati, otak, rahim dan juga plasenta.Ibu hamil yang menderita preeklampsia akan berdampak pada janin dimana nutrisi dan oksigen akan mengalami kondisi abnormal. Hal ini disebabkan karena pembuluh darah akan mengalami penyempitan.
Pada kondisi ibu hamil yang mengalami preeklamsia maka tumbuh kembang janin akan terhambat sehingga menyebabkan bayi lahir dengan berat badan yang rendah. Bahkan dapat meningkatkan risiko terjadinya kelahiran prematur. Sedangkan pada kasus preeklamsia yang berat maka bayi harus segera dilahirkan, kondisi ini disesuaikan dengan janin yang sudah dapat hidup diluar rahim atau tidak. Diperlukan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter kandungan untuk menyelamatkan ibu dan janin.

2.6.            Eklamsi

a.      Pengertian
Eklampsia berasal dari bahasa yunani dan berarti “Halilintar”. Kata tersebut dipakai karena seolah- olah gejala- gejala eklampsia timbul dengan tiba – tiba tanpa didahului oleh tanda – tanda lain. Sekarang kita ketahui bahwa eklampsia pada umumnya timbul pada wanita hamil atau dalam nifas dengan tanda – tanda pre eklampsia. Pada wanita yang menderita eklampsia timbul serangan kejangan yang diikuti oleh koma. Eklampsia adalah preaklampsia yang disertai kejang dan atau koma yang timbul bukan akibat dari kelainan neurologi (Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 : 310 ; 1999).
b.      Penyebab
Sebab eklamsi belum diketahui benar. Salah satu teori yang dikemukakan ialah bahwa eklamsi disebabkan ischaemia rahim dan plasenta (ischaemia uteroplasenta). Selama kehamilan uterus memerlukan darah lebih banyak.
Pada molahidatidosa, hydramnion, kehamilan ganda, multipara, pada akhir kehamilan, pada persalinan, juga pada penyakit pembuluh darah ibu, diabetes, peredaran darah dalam dinding uterus kurang, maka keluarlah zat-zat dari plasenta atau decidua yang menyebabkan vasospasmus dan hipertensi.

c.       Tanda Gejala
Gejala klinis Eklamsi adalah sebagai berikut:
1.      Terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih
2.      Terdapat tanda-tanda pre eklamsi ( hipertensi, edema, proteinuri, sakit kepala yang berat, penglihatan kabur, nyeri ulu hati, kegelisahan atu hiperefleksi)
3.       Kejang-kejang atau koma
Kejang dalam eklamsi ada 4 tingkat, meliputi:
a.    Tingkat awal atau aura (invasi). Berlangsung 30-35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat (pandangan kosong) kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar kekanan dan kekiri.
b.    Stadium kejang tonik
Seluruh otot badan menjadi kaku, wajah kaku tangan menggenggam dan kaki membengkok kedalam, pernafasan berhenti muka mulai kelihatan sianosis, lodah dapat trgigit, berlangsung kira-kira 20-30 detik.
c.    Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi dan berulang ulang dalam waktu yang cepat, mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa dan lidah dapat tergigit. Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung selama 1-2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar, menarik mafas seperti mendengkur.
d.   Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam keadaan koma.
e.    Kadang kadang disertai dengan gangguan fungsi organ.

d.      Penatalaksanaan
Prinsip penataksanaan eklamsi sama dengan pre-eklamsi berat dengan tujuan menghentikan berulangnya serangan konvulsi dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan ibu mengizinkan.
1.      Penderita eklamsia harus di rAwat inap di rumah sakit
2.      Saat membawa ibu ke rumah sakit, berikan obat penenang untuk mencegah kejang-kejang       selama dalam perjalanan. Dalam hal ini dapat diberikan pethidin 100 mg atau luminal 200mg atau morfin 10mg. 
3.      Sesampai di rumah sakit pertolongan pertama adalah:
-       Membersihkan dan melapangkan jalan pernapasan
-       Menghindari lidah tergigit
-       Pemberian oksigen
-       Pemasangan infus dekstrosa atau glukosa 10 %-20%-40%
-       Menjaga jangan terlalu trauma
-       Pemasangan kateter tetap(dauer kateter)
4.      Observasi ketat penderita
5.      Penatalaksanaan pengobatan
6.      Pemberian antibiotika
7.      Penanganan

e.       Pencegahan
Mencegah timbulnya eklampsi jauh lebih penting dari mengobatinya, karena sekai ibu mendapat serangan, maka prognosis akan jauh lebih buruk. Pada umumnya eklampsi dapat dicegah atau frekuensinya dapat diturunkan. Upaya-upaya untuk menurunkannya adalah dengan ;
1.    Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat, bahwa eklampsi bukanlah suatu penyakit kemasukan (magis), seperti banyak disangka oleh masyarakat awam.
2.    Meningkatkan jumlah poliklinik (balai) pemeriksaan ibu hamil serta mengusahakan agar semua ibu hamil memeriksakan kehamilannya sejak hamil muda.
3.    Pelayanan kebidanan bermutu, yaitu pada tiap-tiap pemeriksaan kehamilan diamati tanda-tansa preeklampsi dan mengobatinya sedini mungkin.


f.       Komplikasi
Kompliksai yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Komplikasi ini biasanya terjadi pada Preeklamsia dan Eklamsia.
1.      Solutio plasenta. Komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada Preeklamsia.
2.      Hipofibrinogenemia,terjadi pada Preeklamsi berat.
3.      Hemolisis. Penderita dengan Preeklamsi berat kadang-kadang menunjukkan gejala klinis hemolisis yang dikenal ikterus. Belum diketahui dengan pasti apakah ini merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah.
4.      Perdarahan otak, kelainan mata (kehilangan penglihatan sementara)
5.      Edem paru-paru, nekrosis hati, kelainan ginjal

g.      Dampak

1.      Aliran darah ke plasenta berkurang. Kondisi ini bisa membuat bayi dalam kandungan tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi.
2.      Pertumbuhan janin terhambat. Janin yang tidak cukup menerima oksigen dan nutrisi bisa menghambat proses pertumbuhan janin, bayi lahir dengan berat badan yang rendah, atau lahir secara prematur.
3.      Kelahiran prematur
4.      Abrupsio plasenta. Ini adalah kondisi ketika plasenta terpisah dari dinding dalam rahim sebelum proses persalinan. Jika hal ini terjadi, plasenta Anda akan rusak. Anda juga akan mengalami pendarahan yang hebat.
5.      Bayi meninggal dalam kandungan
6.      Berkembangnya penyakit kardiovaskular

2.7.            KPD (Ketuban Pecah Dini)

               Description:  Makalah Ketuban Pecah Dini (KPD)

a.      Pengertian

Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu (Cunningham, Mc. Donald, gant, 2002).
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.



b.        Penyebab

Penyebab Ketuban pecah dini adalah karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai berikut :
1.      Inkompetensi serviks (leher rahim) / kelainan pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar.
2.      Peninggian tekanan inta uterin. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihandapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :
-          Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
-          Gemelli.Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan.
-          Makrosomia berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan menimbulkan distensi uterus yang meningkat
-           Hidramnion  jumlah cairan amnion >2000mL. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja

3.      Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.
4.      Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP (sepalo pelvic disproporsi).
5.       Korioamnionitis/ infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaranorganism vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah pecahnyaselaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama.
6.      Penyakit Infeksi
Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yangmeyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkanterjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
7.      Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik)
8.      Riwayat KPD sebelumya
9.      Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
10.  Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu

c.         Tanda Gejala

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.  Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara.
Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.

d.        Penatalaksanaan
Konservatif:
1.      Rawat di rumah sakit
2.      Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusioplasenta
3.      Jika ada tanda-tanda infeksi (demam dan cairan vagina berbau), berikanantibiotika sama halnya jika terjadi amnionitosis
4.      Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu:
-          Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin
-          Ampisilin 4x 500mg selama 7 hari ditambah eritromisin 250mg per oral 3x perhari selama 7 hari.
5.      Jika usia kehamilan 32 - 37 mg, belum inpartu, tidak ada infeksi, beridexametason, dosisnya IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 x, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin.
6.      Jika usia kehamilan sudah 32 - 37 mg dan sudah inpartu, tidak ada infeksi maka berikan tokolitik dexametason, dan induksi setelah 24 jam.
 Aktif:
1.      Kehamilan lebih dari 37 mg, induksi dengan oksitosin
2.      Bila gagal Seksio Caesaria dapat pula diberikan misoprostol 25 mikrogram – 50 mikrogram intravaginal tiap 6 jam max 4 x.
3.      Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan diakhiri.
4.      Indikasi melakukan induksi pada ketuban pecah dini adalah sebagai berikut :
5.      Pertiimbangan waktu dan berat janin dalam rahim. Pertimbangan waktuapakah 6, 12, atau 24 jam. Berat janin sebaiknya lebih dari 2000 gram.
6.      Terdapat tanda infeksi intra uteri. Suhu meningkat lebih dari 38°c, dengan pengukuran per rektal. Terdapat tanda infeksi melalui hasil pemeriksaanlaboratorium dan pemeriksaan kultur air ketuban

Penatalaksanaan lanjutan:
1.    Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering kali didahului kondisi ibu yang menggigil.
2.    Lakukan pemantauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum persalinan adalah tindakan yang adekuat sepanjang DJJ dalam batas normal. Pemantauan DJJ ketat dengan alat pemantau janin elektronik secara kontinu dilakukan selama induksi oksitosin untuk melihat tanda gawat janin akibat kompresi tali pusat atau induksi. Takikardia dapat mengindikasikan infeksiuteri.
3.    Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.
4.    Ketika melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar diperlukan, perhatikan juga hal-hal berikut:
-          Apakah dinding vagina teraba lebih hangat dari biasa
-          Bau rabas atau cairan di sarung tanagn anda
-          Warna rabas atau cairan di sarung tangan

e.         Pencegahan
Pencegahan KPD diutamakan dengan menghindari faktor risikonya, seperti:
5.        Pemeriksaan kehamilan yang teratur.
6.        Kebiasaan hidup sehat, seperti  mengonsumsi makanan yang sehat, minum cukup, olahraga teratur dan berhenti merokok.
7.        Membiasakan diri membersihkan daerah kemaluan dengan benar, yakni dari depan ke belakang, terutama setelah berkemih atau buang air besar.
8.        Memeriksakan diri ke dokter bila ada sesuatu yang tidak normal di aderah kemaluan, misalnya keputihan yang berbau atau berwarna tidak seperti biasanya.
9.        Untuk sementara waktu, berhenti melakukan hubungan seksual bila ada indikasi yang menyebabkan ketuban pecah dini, seperti mulut rahim yang lemah.
10.    Mengonsumsi 100 mg vitamin C secara teratur saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu.

f.          Komplikasi

1.      Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
2.      Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu terjadi Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban Pecah Dini premature, infeksi lebih sering dari pada aterm.
3.      Hipoksia dan asfiksia
4.      Syndrom deformitas janin
Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonal.

g.    Dampak

1.       Terhadap Janin
 Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi (amnionitis,vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan morrtalitas danmorbiditas perinatal.
2.         Terhadap Ibu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis atau nifas, peritonitis dan septikemia, serta dry-labor. Ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi lainnya

2.8.            IUFD

a.         Pengertian

 Intra Uterine Fetal Death/Kematian Janin dalam  rahim yaitu kematian yang terjadi pada umur kehamilan lebih dari 20 minggu dimana janin sudah mencapai ukuran 500 gr atau lebih (Nasdaldy). Menurut WHO dan The American College Of Obstetricians and Gynecologists yang disebut kematian janin adalah janin yang mati dalam  rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau infeksi. Prinsip dasar Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, kegawatan janin, atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosa sebelumnya sehingga tidak di obati.

Klasifikasi
Kematian janin dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:
1. Golongan I: kematian sebelum massa kehamilan mencapai 20 minggu penuh
2. Golongan II: kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu
3. Golongan III: kematian sesudah masa kehamilan >28 minggu (late fetal death)
4. Golongan IV: kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan di atas

b.        Penyebab

1.      Faktor plasenta
a.       Insufisiensi plasenta
b.      Infark plasenta
c.       Solusio plasenta
d.      Plasenta previa
2.      Faktor ibu
a.       Diabetes mellitus
b.      Preeklampsi dan eklampsi
c.       Nefritis kronis
d.      Polihidramnion dan oligohidramnion
e.       Shipilis
f.       Penyakit jantung
g.      Hipertensi
h.      Penyakit paru atau TBC
i.        Inkompatability rhesus
j.        AIDS
3.      Faktor intrapartum
a.       Perdarahan antepartum
b.      Partus lama
c.       Anastesi
d.      Partus macet
e.       Persalinan presipitatus
f.       Persalinan sungsang
g.      Obat-obatan
4.      Faktor janin
a.       Prematuritas
b.      Postmaturitas
c.       Kelainan bawaan
d.      Perdarahan otak
Kecuali itu, ada berbagai penyebab yang bisa mengakibatkan kematian janin di kandungan, diantaranya:
1.      Ketidakcocokan rhesus darah ibu dengan janin
2.      Ketidakcocokan golongan darah antara ibu dan janin.
3.      Gerakan janin berlebihan
4.      Berbagai penyakit pada ibu hamil
5.      Kelainan kromosom
6.      Trauma saat hamil
7.       Infeksi materna
8.      Kelainan bawaan bayi

c.         Tanda Gejala
1.      Pertumbuhan janin janin mengecil sehingga tinggi fundus uteri menurun
2.      Bunyi jantung janin tak terdengar dengan fetoskop dan dipastikan dengan doppler.
3.      Menghilangnya gerakan janin.
4.      Berat badan ibu menurun.
5.      Tulang kepal kolaps
6.       Catatan : pemeriksaan radiologi dapat menimbulkan masalah dan tidak perlu. Bila dilakukan 5 hari setelah kematian janin, akan tampak gambaran sebagai berikut :
-          Tulang kepala janin tumpang tindih satu sama lain
-          Tulang belakang mengalami hiperfleksi
-          Tampak gambaran gas pada jantung dan pembuluh darah
-          Edema di sekitar tulang kepala.
7.      Pemeriksaan hCG urin menjadi negatif. Hasil ini terjadi beberapa hari setelah kematian janin

d.        Penatalaksanaan
1.      Bila disangka telah terjadi kematian janin dalam rahim tidak usah terburu-buru bertindak, sebaiknya diobservasi dulu dalam 2-3 minggu untuk mencari kepastian diagnosis.
2.      Biasanya selama masih menunggu ini 70-90 % akan terjadi persalinan yang spontan
3.      Jika pemeriksaan Radiologik tersedia, konfirmasi kematian janin setelah 5 hari. Tanda-tandanya berupa overlapping tulang tengkorak, hiperfleksi columna vertebralis, gelembung udara didalam jantung dan edema scalp.
4.      USG merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik untuk memastikan kematian janin dimana gambarannya menunjukkan janin tanpa tanda kehidupan, tidak ada denyut jantung janin, ukuran kepala janin dan cairan ketuban berkurang.
5.      Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya pasien selalu didampingi oleh orang terdekatnya. Yakinkan bahwa kemungkinan besar dapat lahir pervaginam.
6.      Pilihan cara persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspektatif, perlu dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum keputusan diambil.
7.      Bila pilihan penanganan adalah ekspektatif maka tunggu persalinan spontan hingga 2 minggu dan yakinkan bahwa 90 % persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi
8.      Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan, lakukan penanganan aktif.
9.      Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai servik
10.  Jika servik matang,lakukan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin.
11.  Jika serviks belum matang, lakukan pematangan serviks dengan prostaglandin atau kateter foley, dengan catatan jangan lakukan amniotomi karena berisiko infeksi
12.  Persalinan dengan seksio sesarea merupakan alternatif terakhir
13.  Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan serviks belum matang, matangkan serviks dengan misoprostol:
-          Tempatkan mesoprostol 25 mcg dipuncak vagina, dapat diulang sesudah 6 jam
-          Jika tidak ada respon sesudah 2x25 mcg misoprostol, naikkan dosis menjadi 50mcg setiap 6 jam. Jangan berikan lebih dari 50 mcg setiap kali dan jangan melebihi 4 dosis.
14.  Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotika untuk metritis.
15.  Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah, waspada koagulopati
16.  Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.
17.  Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan adanya patologi plasenta dan infeksi
18.  Bila setelah 3 minggu kematian janin dalam kandungan atau 1 minggu setelah diagnosis. Partus belum mulai maka wanita harus dirawat agar dapat dilakukan induksi persalinan
19.  Induksi partus dapat dimulai dengan pemberian esterogen untuk mengurangi efek progesteron atau langsung dengan pemberian oksitosin drip dengan atau tanpa amniotomi



e.    Pencegahan

Beberapa pencegahan yang dilakukan dari berbagai pustaka yang ada antara lain sebagai berikut (Silver, 2007)
1.      Memberikan nasehat pada waktu ANC mengenai nutrisi dan keseimbangan diet makanan
2.      Hindari merokok, tidak meminum minuman berakohol, jamu, obat-obatan dan hati-hati terhadap infeksi yang berbahaya
3.      Mendeteksi secara dini factor-faktor predis posisi IUFD dan pemberian pengobatan
4.      Mendeteksi gejala awal IUFD atau tanda fetal distress
5.      Diberlakukannya tindakan

f.     Komplikasi

1.      Disseminated intravascular coagulation (DIC),yaitu adanya perubahan pada proses pembekuan darah yang dapat menyebabkan perdarahan atau internal bleeding zat akan berakibat fatal kala ibu melahirkan
2.      Infeksi
3.      Koagulopati maternal dapat terjadi walaupun ini jarang terjadi sebnelum 4-6 minggu setelah kematian janin .oleh karena adanya komplikasi akibat IUFD maka janin yang telah meninggal harus segera dilahirkan. proses kelahiran harus segera dilakukan secara normal,karena bila melalui operasi akan terlalu merugikan ibu.operasi hanya dilakukan jika ada halangan untuk melahirkan normal.

g.      Dampak
Kematian janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak membahayakan ibu. Setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan terjadinya kelainan darah (hipo-fibrinogenemia) akan lebih besar karena itu pemeriksaan pembekuan darah harus dilakukan setiap minggu setelah diagnosis ditegakkan. Bila terjadi fibrinogenemia., bahayanya adalah perdarahan post partum. Terapinya adalah dengan pemberian darah segar atau fibrinogen.
            Dampak lainnya yaitu, Trauma emosional yang berat menjadi bila antara kematian janin dan persalinan cukup lama, dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah, dapat terjadi koagulopati bila kematian janin berlangsung lebih dari 2 minggu.




BAB III
PENUTUP

3.1              Kesimpulan

Deteksi dini kehamilan lanjut atau tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan adanya bahaya yang adapat terjadi selama kehamilan/periode antenatal yang apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian pada janin dan ibu. Adapun tanda bahaya pada kehamilan lanjut diantaranya yaitu pendarahan pervaginam. Adapun sebab-sebab utama pendarahan kehamilan lanjut yaitu:
1.      Plasenta previa
2.      Solusio plasenta
3.      Rupture uteri
4.      Gangguan pembekuan darah
5.      Preeklamsi
6.      Eklamsi
7.      KPD
8.      IUFD
Komplikasi tersebut yang menyebabkan pendarahan pada kehamilan lanjut, merupakan penyebab kematian ibu yang utama. Oleh karena itu, sangat penting bagi bidan mengenali tanda dan komplikasi  serta penatalaksanaan , dampak dan pencegahan terhadap kelainan tersebut. Sehingga pada ibu hamil atau  penderita agar dapat segera melakukan penanganan yang tepat. Sehingga kesakitan atau kematian dapat tercegah.

3.2                   Saran

Jika terjadi perdarahan kehamilan lanjut atau pendarahan pervaginam maka harus melakukan penanganan sesegera mungkin. Bila perlu harus melakukan rujukan ke Rumah sakit yang memiliki fasilitas operasi dan tranfusi darah.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/101644899/perdarahan-pervaginam
https://www.scribd.com/doc/90755392/031-Akbid-Perdarahan-Dalam-Kehamilan
Varney, Hellen,dkk. 2008. Buku Ajar Asuha Kebidanan, Volume 2. . Jakarta: EGC
https://www.scribd.com/doc/239375415/SAP-Tanda-Bahaya-Kehamilanhttps://www.linkedin.com/pulse/ciri-kpdair-ketuban-pecah-dini-penyebab-dan-dr-moedjito-hospital








             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar