BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tanda
bahaya kehamilan harus dikenali dan terdeteksi sejak dini sehingga dapat
ditangani
dengan benar karena setiap tanda bahaya kehamilan bisa mengakibatkan komplikasi
kehamilan. Adapun tanda bahaya akibat pendarahan pervaginam yaitu: plasenta
previa, solusio plasenta, rupture uteri, gangguan pembekuan darah, preeklamsi,
eklamsi, KPD/ ketuban pecah dini, IUFD.
Berdasarkan
penilitian, telah diakui saat ini bahwa setiap kehamilan dapat memiliki potensi
dan membawa risiko bagi ibu. WHO memperkirakan sekitar 15% dari seluruh wanita
hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya dan
dapat mengancam jiwanya. Bidan sebagai pemberi pelayanan kebidanan akan
menemukan wanita hamil dengan komplikasi-komplikasi yang mungkin dapat
mengancam jiwa.
Kematian ibu
menjadi perhatian dunia internasional. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
memperkirakan diseluruh dunia lebih dari 585.000 ibu meninggal tiap tahun saat
hamil atau bersalin. Artinya, setiap menit ada satu perempuan yang meninggal.
Oleh karena
itu, bidan harus dapat mendeteksi sedini mungkin terhadap tanda-tanda bahaya
pada ibu hamil yang mungkin akan terjadi, karena setiap wanita hamil tersebut
beresiko mengalami komplikasi. Yang sudah barang tentu juga memerlukan
kerjasama dari para ibu-ibu dan keluarganya, yang dimana jika tanda-tanda
bahaya ini tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi, dapat mengakibatkan
kematian pada janin dan ibu.
B.
Rumusan
Masalah
Apa saja pegertian, penyebab,
tanda gejala, penatalaksanaan, pencegahan,komplikasi, dan dampak dari deteksi dini kehamilan lanjut/ tanda
bahaya dari pendarahan pervaginam:
1. Plasenta
previa?
2. Solusio
plasenta?
3. Rupture
uteri?
4. Gangguan
pembekuan darah?
5. Preeklamsi?
6. Eklamsi?
7. KPD
(ketuban pecah dini)?
8. IUFD?
C.
Tujuan
Untuk
mengetahui tentang pengertian, penyebab, tanda gejala, penatalaksanaan,
pencegahan komplikasi, dan dampak dari tanda bahaya pendarahan pervaginam yaitu
dari: plasenta previa, solusio plasenta,
rupture uteri, gangguan pembekuan darah, preeklamsi, eklamsi, KPD dan IUFD pada
deteksi dini kehamilan atau tanda bahaya dari macam-macam pendarahan
pervaginam.
BAB
II
ISI
Deteksi dini kehamilan lanjut atau Tanda bahaya
kehamilan adalah tanda - tanda yang mengindikasikan adanya bahaya yang dapat
terjadi selama kehamilan/periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau
tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu. Adapun tanda bahayanya pada kehamilan lanjut diantaranya yaitu pendarahan pervaginam. Adapun
sebab-sebab utama pendarahan kehamilan lanjut yaitu:
2.1.
Plasenta
Previa
a.
Pengertian
Plasenta Previa
adalah perdarahan antepartum pada trimester ketiga. Perdarahan yang terjadi
pada implantasi plasenta, yang menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri
internum. Letak placenta tidak semestinya, yaitu dekat jalan keluar bayi atau
bahkan menutupi jalan keluar bayi. Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu
pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan lahir (FKUI, 2000 Pada plasenta pervia, jaringan plasenta tidak tertanam
dalam korpus uteri jauh dari ostium internum servisis, tetapi terletak sangat
dekat atau pada ostium internum tersebut.
b.
Penyebab
Penyebab pasti
plasenta previa belum diketahui. Kondisi yang multifaktorial telah
dipostulatkan berhubungan dengan multipara, gestasi berkali-kali, umur
kehamilan dini, kelahiran dengan sesarea sebelumnya, abortus, dan mungkin
merokok. Berbeda pada pedarahan trimester awal, pada perdarahan trimester dua
dan tiga biasanya sekunder karena implantasi abnormal dari plasenta. Plasenta
previa diawali dengan implantasi embrio (embryonic plate) pada bagian bawah
(kauda) uterus. Dengan melekatnya dan bertumbuhnya plasenta, plasenta yang
telah berkembang bisa menutupi ostium uteri. Hal ini diduga terjadi karena
vaskularisasi desidua yang jelek, inflamasi, atau perubahan atropik.
c.
Tanda
gejala
Tanda dan
gejala plasenta previa yaitu :
1. Gejala yang terpenting ialah perdarahan tanpa nyeri dan biasanya berulang.
Darah biasanya berwarna merah segar. Pasien mungkin berdarah sewaktu tidur dan sama sekali tidak terbangun; baru
waktu ia bangun, ia merasa bahwa kainnya basah. Biasanya perdarahan karena
plasenta previa baru timbul setelah bulan ke tujuh. Hal ini disebabkan oleh:
-
Perdarahan
sebelum bulan ketujuh memberi gambaran yang tidak berbeda dari abortus.
-
Perdarahan pada
plasenta previa disebabkan pergerakan antara plasenta dan dinding rahim.
2. Bagian terdepan janin tinggi
(floating). Sering dijumpai kelainan letak janin.
3. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal,
kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya, sehingga pasien sempat dikirim
ke rumah sakit. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleding) biasanya lebih
banyak. Pendarahan berulang.
4. Janin bisanya masih baik. Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri
masih rendah.
5. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah.
6. His biasanya tidak ada
7. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
8. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
9. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul
10. Sering dijumpai kesalahan letak janin
d.
Penatalaksanaan
dan Pengobatan
Pengobatan
plasenta previa dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu:
1.
Terminasi.
Kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan yang membawa maut,
misalnya: kehamilan cukup bulan, perdarahan banyak, parturien, dan anak mati
(tidak selalu).
-
Cara vaginal
yang bermaksud untuk mengadakan tekanan pada plasenta, yang dengan demikian
menutup pembuluh-pembuluh darah yang terbuka (tamponade pada plasenta).
-
Dengan seksio
sesarea, dimaksudkan untuk mengosongkan rahim hingga rahim dapat berkontraksi
dan menghentikan perdarahan. Seksio sesarea juga mencegah terjadinya robekan
serviks yang agak sering terjadi pada persalinan per vaginam.
2.
Ekspektatif.
Dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di dunia luar
baginya kecil sekali. Namun, sekarang
ternyata terapi menunggu dapat dibenarkan dengan alasan sebagai berikut:
-
Perdarahan
pertama pada plasenta previa jarang fatal.
-
Untuk
menurunkan kematian bayi karena prematuritas.
Penderita
plasenta previa juga harus diberikan antibiotik mengingat kemungkinan
terjadinya infeksi yang besar disebabkan oleh perdarahan dan tindakan-tindakan
intrauterin. Jenis persalinan apa yang kita pilih untuk pengobatan plasenta
previa dan kapan melaksanakannya bergantung pada faktor-faktor sebagai berikut:
a. Perdarahan banyak atau sedikit
b. Keadaan ibu dan anak
c. Besarnya pembukaan
d. Tingkat plasenta previa
e. Paritas
Perdarahan yang banyak, pembukaan kecil, nulipara, dan tingkat plasenta
previa yang berat mendorong kita melakukan seksio sesarea. Sebaliknya,
perdarahan yang sedang/sedikit, pembukaan yang sudah besar, multiparitas dan
tingkat plasenta previa yang ringan, dan anak yang mati cenderung untuk
dilahirkan per vaginam. Pada perdarahan yang sedikit dan anak yang masih kecil
(belum matur) dipertimbangkan terapi ekspektatif. Perlu diperhatikan bahwa sebeium melakukan tindakan apapun pada penderita
plasenta previa, harus selalu tersedia darah yang cukup.
e.
Komplikasi
Komplikasi pada plasenta previa yaitu :
1.
Perdarahan dan
syok
2.
Infeksi
3.
Laserasi
serviks
4.
Plasenta akreta
5.
Prematuritas
atau lahir mati
6.
Couvelair uterus,
sehinga kontraksi tak baik, menyebabkan perdarahan post partum
7.
Hipofibrinogenamia
dengan perdarahan post partum
8.
Nikrosis korteks
neralis, menyebabkan anuria dan uremia
9.
Kerusakan-kerusakan
organ seperti hati, hipofisis
f.
Dampak
Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Persalinan:
1.
Letak janin
yang tidak normal, menyebabkan persalinan akan menjadi tidak normal
2.
Bila ada
plasenta previa lateralis, ketuban pecah atau dipecahkan dapat menyebabkan
terjadinya prolaps funikuli
3.
Sering dijumpai
inersia primer
4.
Perdarahan
(Mochtar, 2011)
5.
Bayi lahir premature atau berat badan lahir rendah
(Mochtar, 2011)
2.2.
Solusio
plasenta
a.
Pengertian
Solusio plasenta adalah
terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus, sebelum
janin dilahirkan. Definisi ini berlaku pada kehamilan dengan masa gestasi di
atas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram. Proses solusio plasenta
dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam desidua basalis yang menyebabkan
hematoma retroplasenter. Hematoma dapat semakin membesar kearah pinggir
plasenta sehingga amniokhorion sampai terlepas, perdarahan akan keluar melalui
ostium uteri (perdarahan keluar), sebaliknya apabila amniokhorion tidak
terlepas, perdarahan tertampung dalam uterus (perdarahan tersembunyi).
b.
Penyebab
Hingga saat ini penyebab pasti
terjadinya solusio plasenta belum diketahui, namun ada beberapa hal yang bisa
meningkatkan risiko solusio plasenta, yaitu:
1. Wanita yang merokok atau yang
menyalahgunakan narkoba.
2. Wanita yang berusia di atas 40
tahun.
3. Wanita yang pernah mengalami solusio
plasenta sebelumnya.
4. Wanita yang pernah melahirkan bayi
kembar.
5. Wanita yang memiliki tekanan darah
tinggi atau hipertensi.
6. Wanita yang memiliki gangguan
pembekuan darah.
7. Wanita yang pernah mengalami trauma
pada perut, seperti terjatuh
8. Air ketuban bocor atau pecah terlalu
awal.
9. Tali
pusat yang pendek
c.
Tanda
Gejala
Beberapa
gejala dari solusio plasenta adalah sebagai berikut :
1.
Perdarahan
yang disertai nyeri.
2.
Anemia
dan syok,beratnya anemia dan syok sering tidak sesuai dengan banyaknya darah
yang keluar.
3.
Rahim
keras seperti papan dan terasa nyeri saat dipegang karena isi rahim bertambah
dengan darah yang berkumpul di belakang plasenta hingga rahim teregang (uterus
en bois).
4.
Palpasi
sulit dilakukan karena rahim keras.
5.
Fundus
uteri makin lama makin baik.
6.
Bunyi
jantung biasanya tidak ada.
7.
Pada
toucher teraba ketuban yang teregang terus-menerus (karena isi rahim
bertambah).
8.
Sering
terjadi proteinuria karena disertai preeklampsi.
d.
Penatalaksanaan
Prinsip
utama penatalaksanaannya antara lain :
1.
Pasien
(ibu) dirawat dirumah sakit,istirahat baring dan mengukur keseimbangan cairan
2.
Optimalisasi
keadaan umum pasien (ibu),dengan perbaikan: memberikan infuse dan transfuse
darah segar
3.
Pemeriksaan
laboratorium : hemoglobin,hematokrit,COT(Clot Observation Test/test pembekuan
darah),kadar fibrinogen plasma,urine lengkap,fungsi ginjal
4.
Pasien
(ibu) gelisah diberikan obat analgetika
5.
Terminasi
kehamilan : persalina segera,pervaginam atau section sesarea. Yang tujuannya
adalah untuk menyelamatkan nyawa janin dan dengan lahirnya plasenta,berjutuan
agar dapat menghentikan perdarahan.
6.
Bila
terjadi gangguan pembekuan darah (COT >30 menit) diberikan darah segar dalam
jumlah besar dan bila perlu fibrinogen dengan monitoring berkala pemeriksaan
COT dan hemoglobin
7.
Untuk
mengurangi tekanan intrauterine yang dapt menyebabkan nekrosis ginjal (reflek
utero ginjal) selaput ketuban segera dipecahkan
e.
Pencegahan
1.
Hindari minuman beralkohol, merokok,
atau penggunaan obat-obatan narkotika dan psikotropika selama kehamilan.
2.
Pemeriksaan kehamilan ke dokter atau
bidan sejak awal diketahui adanya kehamilan dan secara teratur selama masa
kehamilan.
3.
Mengenali dan mengatasi adanya masalah
kesehatan pada ibu hamil seperti diabetes dan tekanan darah tinggi dapat
menurunkan risiko terjadinya solusio plasenta.
f.
Komplikasi
Komplikasi bisa terjadi pada ibu maupun pada janin yang
dikandungnya dengan criteria :
1. Perdarahan yang dapat menimbulkan :
variasi turunnya tekanan darah sampai keadaan syok,perdarahan tidak sesuai
keadaan penderita anemis sampai syok,kesadaran bervariasi dari baik sampai
syok.
2. Gangguan pembekuan darah : masuknya
trombosit ke dalam sirkulasi darah menyebabkan pembekuan darah intravaskuler
dan diserti hemolisis,terjadinya penurunan fibrinogen sehingga hipofibrinogen
dapat mengganggu pembekuan darah.
3. Oliguria menyebabkan terjadinya
sumbatan glomerulus ginjal dan dapat menimbulkan produksi urin makin berkurang.
4. Perdarahan postpartum : pada solusio
plasenta sedang sampai berat terjadi infiltrasi darah ke otot rahim,sehingga
mengganggu kontraksi dan menimbulkan perdarahan karena atonia uteri,kegagalan
pembekuan darah menambah bertanya perdarahan.
5. Koagulopati konsumtif,DIC: solusio plasenta
merupakan penyebab koagulopati konsumtif yang tersering pada kehamilan.
6. Utero renal reflex
7. Ruptur uteri
8. Asfiksia ringan sampai berat dan
kematian janin,karena perdarahan yang tertimbun dibelakang plasenta yang
mengganggu sirkulasi dan nutrisi kearah janin.
9. Kelainan susunan system saraf pusat
10. Retardasi pertumbuhan
11. Anemi
g.
Dampak
Penyulit terhadap ibu
dalam bentuk:
a. Berkurangnya
darah dalam sirkulasi darah.
b. Terjadinya
penurunan tekanan darah, peningkatan nadi, dan pernafasan
c. Penderita
tampak anemis
d. Dapat
menimbulkan pembekuan darah
e. Menimbulkan
perdarahan postpartum
f. Peningkatan
timbunan darah di belakang plasenta yang menyebabkan rahim keras, padat, dan
kaku
g. Menyababkan
asfiksia ringan sampai kematian janin dalam Rahim
2.3.
Rupture
Uteri
a.
Pengertian
Ruptur uteri adalah robekan di dinding uterus, dapat terjadi
selama periode ante natal saat induksi, selama persalinan dan kelahiran bahkan
selama stadium ke tiga persalinan(Chapman, 2006;h.288).
b.
Penyebab
1. Rupture
jaringan parit uterus
-
Jaringan
parut seksio sesarea ( merupakan penyebab terbanyak)
-
Riwayat
kuretase atau perforasi uterus
-
Trauma
abdomen
2. Persalinan yang terhambat akibat
disproporsi cephalopelvik
3. Stimulasi yang berlebihan pada
uterus pada induksi persalinan
4. Peregangan uterus yang berlebihan
5. Neoplasia Trofoblastik Gestasional
6. Pelepasan plasenta yang sulit secara
manual
7. Penemuan yang tidak berhubungan
dengan ruptura uteri:
-
Infus
oksitosin dengan dosis berlebihan
-
Kontraksi
5x atau lebih dalam 10 menit
-
Kontraksi
tetanik selama lebih dari 90 detik
c.
Tanda
Gejala
Gejala dan tanda ruptura uteri
sangat ber variasi. Secara klasik, ruptura uteri ditandai dengan nyeri abdomen akut dan perdarahan pervaginam berwarna merah
segar serta keadaan janin yang
memburuk.
Tanda
dan Gejala Klinis Ruptur Uteri
1. Tanda dan gejala ruptur uteri dapat
terjadi secara dramatis atau tenang.
2. Dramatis.
3. Nyeri tajam, yang sangat pada
abdomen bawah saat kontraksi hebat memuncak.
4. Penghentian kontraksi uterus
disertai hilangnya rasa nyeri
5. Perdarahan vagina ( dalam jumlah
sedikit atau hemoragi )
6. Terdapat tanda dan gejala syok,
denyut nadi meningkat, tekanan darah menurun dan nafas pendek ( sesak )
7. Temuan pada palpasi abdomen tidak
sama dengan temuan terdahulu
8. Bagian presentasi dapat
digerakkan diatas rongga panggul
9. Janin dapat tereposisi atau
terelokasi secara dramatis dalam abdomen ibu
10. Bagian janin lebih mudah dipalpasi
11. Gerakan janin dapat menjadi kuat dan
kemudian menurun menjadi tidak ada gerakan dan DJJ sama sekali atau DJJ masih
didengar
12. Lingkar uterus dan kepadatannya ( kontraksi
) dapat dirasakan disamping janin ( janin seperti berada diluar uterus ).
13. Tenang
14. Kemungkinan terjadi muntah
15. Nyeri tekan meningkat diseluruh
abdomen
16. Nyeri berat pada suprapubis
17. Kontraksi uterus hipotonik
18. Perkembangan persalinan menurun
19. Perasaan ingin pingsan
20. Hematuri ( kadang-kadang kencing
darah )
21. Perdarahan vagina ( kadang-kadang )
22. Tanda-tanda syok progresif
23. Kontraksi dapat berlanjut tanpa
menimbulkan efek pada servik atau kontraksi mungkin tidak dirasakan
24. DJJ mungkin akan hilang
d.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada ruptur uteri
adalah sebagai berikut :
1.
Perbaiki
kehilangan darah dengan pemberian infus Intravena cairan (NaCl 0,9% atau Ringer
Laktat) sebelum pembedahan.
2.
Siapkan
untuk tranfusi darah
3.
Lakukan
seksio sesarea, segera lahirkan bayi dan
lahirkan plasenta segera setelah kondisi ibu stabil.
4.
Jika
uterus dapat diperbaiki dengan resiko
operasi lebih rendah daripada resiko pada histerektomi dan ujung ruptur uterus tidak nekrosis lakukan
histerorafia. Tindakan ini akan mengurangi waktu dan kehilangan darah saat
histerektomi.
5.
Lakukan
perbaikan robekan pada dinding uterus (histerorafia) dengan langkah sebagai
berikut :
a. Kaji ulang prinsip pembedahan
b. Berikan antibiotik dosis tunggal (
ampisilin 2 G I.V, sefazolin 1 gI.V)
c. Buka perut :
1. Lakukan insisi vertikal pada line
alba dari umbilikus sampai pubis.
2. Lakukan insisi vertikal2-3 cm pada
fasia, lanjutkan insisi keatas dan kebawah dengan gunting
3. Pisahkan muskulus rektus abdominis
kiri
4. Buka peritoneum dekat umbilikus
dengan tangan, jaga agar jangan melukai kandung kemih.
5. Periksa rongga abdomen dan robekan
uterus dan keluarkan darah beku.
6. Pasang rektaktor kandung kemih.
d. Lahirkan bayi dan plasenta
e. Berikan oksitosin 10 IU dalam 500 ml
cairan infus (NaCl atau Ringer Laktat)
f. Angkat uterus untuk melihat seluruh
luka uterus
g. Periksa bagian depan dan belakang
uterus
h. Klem perdarahan dengan ring forceps.
i.
Pisahkan kandung kemih dari segmen bawah rahim
secara tumpul atau tajam.
j.
Lakukan
penjahitan robekan uterus.
k. Jika uterus tidak dapat diperbaiki lakukan
histerektomi.
e.
Pencegahan
Strategi pencegahan kejadian ruptura
uteri langsung adalah dengan memperkecil jumlah pasien dengan resiko ; kriteria
pasien dengan resiko tinggi ruptura uteri adalah:
1.
Persalinan
dengan SC lebih dari satu kali
2.
Riwayat
SC classic ( midline uterine incision )
3.
Riwayat
SC dengan jenis “low vertical incision “
4.
LSCS
dengan jahitan uterus satu lapis
5.
SC
dilakukan kurang dari 2 tahun
6.
LSCS
pada uterus dengan kelainan kongenital
7.
Riwayat
SC tanpa riwayat persalinan spontan per vaginam
8.
Induksi
atau akselerasi persalinan pada pasien dengan riwayat SC
9.
Riwayat
SC dengan janin makrosomia
10.
Riwayat
miomektomi per laparoskop atau laparotomi
Ibu hamil dengan 1 kriteria diatas
akan memiliki resiko 200 kali lebih besar dibandingkan ibu hamil umumnya.
f.
Komplikasi
1. Gawat janin
2. Syok hipovolemik
Terjadi kerena
perdarahan yang hebat dan pasien
tidak segera mendapat infus cairan kristaloid yang banyak untuk selanjutnya
dalam waktu cepat digantikan dengan tranfusi darah.
3. Sepsis
Infeksi berat umumnya terjadi pada pasien
kiriman dimana ruptur uteri telah terjadi sebelum tiba di Rumah Sakit dan telah
mengalami berbagai manipulasi termasuk periksa dalam yang berulang. Jika dalam
keadaan yang demikian pasien tidak segera memperoleh terapi antibiotika yang
sesuai, hampir pasti pasien akan menderita peritonitis yang luas dan menjadi
sepsis pasca bedah.
4.
Kecacatan
dan morbiditas.
a. Histerektomi merupakan cacat
permanen, yang pada kasus belum punya anak hidup akan meninggalkan sisa trauma
psikologis yang berat dan mendalam.
b. Kematian maternal /perinatal yang
menimpa sebuah keluarga merupakan komplikasi sosial yang sulit mengatasinya.
g.
Dampak
Dampak dari terjadinya
rupture ini antar lainterjadinya infeksi pada luka jahitan dimana dapat
merambat pada saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir
2.4.
Gangguan
Pembekuan Darah
a.
Pengertian
Disfungsi perdarahan dan pembekuan
adalah terjadinya kelainan dalam pembentukan pembekuan darah dimana hal ini
berhubungan dengan trombosit dan faktor-faktor pembekuan darah. Abnormalitas
yang merupakan predisposisi seseorang mengalami perdarahan dapat disebabkan
oleh pembuluh darah, trombosit, dan setiap faktor koagulasi plasma, fibrin atau
plasmin.
b.
Penyebab
Tiga hal utama yang
mempengaruhi kerentanan seseorang mengalami trombus:
1. Dinding
pembuluh darah yang rentan mengalami luka, misal dinding pembuluh darah yang
telah mengalami plak arterosklerosis sebelumnya
2. Aliran
darah yang tidak normal, misal aliran darah pada penderita hipertensi, aliran
darah pada percabangan pembuluh darah
3. Penyakit
kelainan pembekuan darah
c.
Tanda
Gejala
Trombus
yang kecil tidak menimbulkan gejala apapun. Namun bila trombus sudah menyumbat
sehingga aliran darah menurun maka akan timbul gejala. Gejala yang umum adalah
rasa nyeri akibat sel-sel tubuh tidak mendapat suplai oksigen. Gejala lainnya adalah kulit akan teraba dingin, juga nadi
terasa lemah akibat sumbatan.
d.
Penatalaksanaan
Transfusi trombosit dan komponen plasma hanya diberikan
jika keadaan pasien sudah sangat buruk dengan trombositopenia berat dengan perdarahan
masif, memerlukan tindakan invasif, atau memiliki risiko komplikasi perdarahan.
Terbatasnya syarat transfusi ini berdasarkan pemikiran bahwa menambahkan
komponen darah relatif mirip menyiram bensin dalam api kebakaran, namun
pendapat ini tidak terlalu kuat, mengingat akan terjadinya hiperfibrinolisis
jika koagulasi sudah maksimal. Sesudah keadaan ini merupakan masa yang tepat
untuk memberi trombosit dan komponen plasma, untuk memperbaiki kondisi
perdarahan.
Satu-satunya terapi medikamentosa yang dipakai ialah
pemberian antitrombosis, yakni heparin. Obat kuno ini tetap diberikan untuk
meningkatkan aktivitas antitrombin III dan mencegah konversi fibrinogen menjadi
fibrin. Obat ini tidak bisa melisis endapan koagulasi, namun hanya bisa
mencegah terjadinya trombogenesis lebih lanjut. Heparin juga mampu mencegah
reakumulasi clot setelah terjadi fibrinolisis spontan. Dengan dosis dewasa
normal heparin drip 4-5 U/kg/jam IV infus kontinu, pemberian heparin harus dipantau
minimal setiap empat jam dengan dosis yang disesuaikan. Bolus heparin 80 U
tidak terlalu sering dipakai dan tidak menjadi saran khusus pada jurnal-jurnal
hematologi.
e.
Pencegahan/
cara mengatasi
1. Bergerak
(Darah bisa menumpuk di kaki saat Anda duduk dalam waktu lama. Bila pekerjaan
Anda menuntut untuk duduk dalam waktu lama, sebaiknya luangkan waktu
berjalan-jalan setiap 1 atau 2 jam)
2. Hidup
sehat (Segera ubah kebiasaan buruk seperti merokok atau makan berlebih agar
berat badan tetap normal. Selain itu, minumlah banyak air untuk mengurangi
risiko penggumpalan darah)
3. Hati-hati
dengan obat-obatan tertentu (Risiko DVT juga dapat meningkat saat mengonsumsi
pil kontrasepsi. DVT juga bisa diturunkan dari keluarga yang telah mengalami
penyakit ini)
4. Mengetahui
tanda dan gejala (DVT terkadang sulit diidentifikasi karena gejala yang
ditunjukkan hampir sama dengan gangguan lain. Perhatikan bila kaki menunjukkan
gejala seperti membengkak, sakit, kemerahan, mengalami perubahan warna, dan
kulit terasa hangat saat dipegang. Bila gumpalan darah sudah menjalar ke
paru-paru biasanya dapat menimbulkan sesak napas secara tiba-tiba)
5. Lebih
proaktif (Bila tubuh menunjukan gejala pembekuan darah, cedera, atau akan
melakukan operasi, maka segeralah berkonsultasi ke dokter. Informasikan kepada
ahli meida bila sedang mengonsumsi pil kontrasepsi, pernah menjalani operasi,
melakukan perjalanan panjang, atau cedera dalam 8 minggu sebelumnya
6. Cara
Alami Mengatasi Pembekuan Darah Dengan Mengkonsumsi Green World Calcium Softgel
f.
Komplikasi
Pada
ibu yang menderita pembekuan darah, kadar asam empedu akan meningkat dan akan
menghasilkan racun yang akan memasuki darah ibu dan mengakibatkan beberapa
gejala. Kondisi seperti ini harus segera diidentifikasi karena bisa
mendatangkan dampak yang serius untuk kesehaan bayi Anda, terutama jika sudah
memasuki masa kehamilan 36 minggu.
g.
Dampak
Resiko terbentuknya gangguan
pembekuan darah dapat meningkat oleh faktor-faktor berikut:
1. Obesitas
– Hingga saat ini, ahli kesehatan masih tidak mengetahui bagaimana obesitas
meningkatkan resiko pembekuan darah. Tetapi mereka yakin bahwa gaya hidup yang
banyak duduk, kurang bergerak, perubahan pada kimia darah, dan sebagainya,
dapat membentuk suatu hubungan yang menyebabkan pembekuan darah.
2. Pil
Keluarga Berencana (KB) – Pil KB meningkatkan kadar estrogen pada
tubuh. Tetapi, pil KB juga meningkatkan produksi faktor koagulasi yang
menyebabkan peningkatan resiko pembekuan darah.
3. Aterosklerosis
– Kondisi di mana arteri mengeras karena timbunan plak. Timbunan plak
(kolesterol) memiliki tutup yang pada akhirnya akan pecah. Ketika itu terjadi,
tubuh akan mengirim trombosit dan faktor koagulasi ke daerah tersebut untuk
memperbaiki robekan. Kemudian, hal itu akan menyebabkan pembentukan gumpalan
darah yang dapat semakin mempersempit jalan aliran darah.
2.5.
Preeklamsi
a.
Pengertian
Pre-eklampsia
dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg setelah
kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau bisa
lebih awal terjadi.
Pre-eklampsia
adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa menjadi penyebab kematian
ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan, persalinan, dan masa nifas
yang akan berdampak pada ibu dan bayi.
Hipertensi
(tekanan darah tinggi) di dalam kehamilan terbagi atas pre-eklampsia ringan,
preklampsia berat, eklampsia, serta superimposed hipertensi (ibu hamil yang
sebelum kehamilannya sudah memiliki hipertensi dan hipertensi berlanjut selama
kehamilan). Tanda dan gejala yang terjadi serta tatalaksana yang dilakukan
masing-masing penyakit di atas tidak sama.
b.
Penyebab
Sampai saat ini masih belum
diketahui penyebab utama dari preeklamsia.Namun beberapa ahli percaya jika
preeklamsia mulai berkembang di plasenta. Plasenta adalah organ yang
menghubungkan suplai darah ibu hamil dengan suplai darah janin yang
dikandungnya, dan nutrisi selama janin di dalam kandungan diberikan melalui
plasenta.
Pada wanita dengan preeklamsia,
pertumbuhan dan perkembangan pembuluh darah plasenta terganggu, sehingga lorong
pembuluh lebih sempit dari yang seharusnya serta melakukan reaksi berbeda
terhadap rangsangan hormon. Kondisi itu menyebabkan berkurangnya jumlah darah
yang bisa dialirkan.Beberapa ahli lainnya menduga bahwa kurangnya nutrisi,
tingginya kandungan lemak tubuh, faktor keturunan, dan kurangnya aliran darah
ke uterus menjadi penyebab terjadinya preeklamsia.
Ada beberapa faktor yang bisa
meningkatkan risiko wanita mengalami preeklamsia, yaitu:
1.
Kehamilan pertama. Risiko terkena preeklamsia paling tinggi adalah saat
seseorang hamil pertama kalinya.
2.
Pernah mengalami preeklamsia pada kehamilan
sebelumnya.
3.
Sedang mengidap beberapa penyakit tertentu, seperti
sindrom antifosfolipid, diabetes, lupus, hipertensi, atau penyakit ginjal.
4.
Janin lebih dari satu. Preeklamsia biasanya diidap oleh wanita yang sedang
mengandung dua atau lebih janin.
5.
Hamil setelah berganti pasangan. Kehamilan pertama dengan pasangan
yang baru meningkatkan risiko preeklamsia lebih tinggi dibanding kehamilan
kedua atau ketiga tanpa berganti pasangan.
6.
Hamil setelah jeda 10 tahun dengan kehamilan
sebelumnya.
7.
Faktor usia. Wanita hamil di atas usia 40 tahun punya risiko preeklamsia
lebih tinggi.
8.
Obesitas saat hamil. Wanita Asia dengan indeks massa tubuh 25 atau lebih saat
hamil bisa meningkatkan risiko preeklamsia.
9.
Faktor keturunan. Risiko mengidap preeklamsia lebih besar jika ada anggota
keluarga yang pernah terkena preeklamsia.
c.
Tanda
Gejala
Kadang, preeklamsia bisa berkembang
tanpa gejala apa pun atau hanya muncul gejala-gejala ringan. Gejala utama dari
preeklampsia adalah tekanan darah yang terus meningkat. Naiknya tekanan darah
bisa terjadi dengan lambat, akibatnya sulit untuk memastikan kondisi ini. Oleh
karena itu, memonitor tekanan darah secara rutin menjadi hal penting untuk dilakukan
selama masa kehamilan. Jika tekanan darah wanita hamil mencapai 140/90 mm Hg
atau lebih, segeralah berkonsultasi dengan dokter kandungan, terutama bila
tekanan darah di level ini ditemukan dalam 2 kali pemeriksaan rutin yang
terpisah.
Selain
hipertensi, gejala umum lainnya dari preeklamsia adalah:
1.
Sesak
napas, karena ada cairan di paru-paru.
2.
Sakit
kepala parah.
3.
Berkurangnya
volume urine.
4.
Gangguan
penglihatan. Pandangan hilang sementara, menjadi kabur, dan sensitif terhadap
cahaya.
5.
Mual
dan muntah.
6.
Rasa
nyeri pada perut bagian atas. Biasanya di bawah tulang rusuk sebelah kanan.
7.
Meningkatnya
kandungan protein pada urine (proteinuria).
8.
Gangguan
fungsi hati.
9.
Pembengkakan
pada telapak kaki, pergelangan kaki, wajah dan tangan.
10.
Berkurangnya
jumlah trombosit dalam darah.
11.
Laju
pertumbuhan janin yang melambat juga bisa menandakan sang ibu mengidap
preeklamsia. Kondisi ini disebabkan berkurangnya pasokan darah ke plasenta
sehingga janin mengalami kekurangan pasokan oksigen dan nutrisi.
d.
Penatalaksanaan
dan Pengobatan
Agar preeklamsia bisa segera
terdiagnosis dan ditangani, lakukanlah konsultasi rutin dengan dokter kandungan
setiap bulan. Jangan ragu untuk melakukan konsultasi dengan dokter kandungan
lebih sering jika merasakan gejala-gejala yang tidak wajar selama masa
kehamilan.
Apabila
hasil diagnosis menyatakan bahwa Anda berisiko tinggi terkena preeklamsia,
biasanya dokter akan meminta Anda mengonsumsi parasetamol dosis rendah.
Parasetamol dosis rendah diduga dapat menurunkan risiko terkena preeklamsia.
Wanita yang kekurangan asupan kalsium sebelum dan saat kehamilan, juga akan
disarankan mengonsumsi suplemen kalsium untuk mencegah preeklampsia. Akan
tetapi wanita hamil sebaiknya jangan mengonsumsi obat, vitamin, atau suplemen
apa pun tanpa konsultasi dengan dokter kandungan terlebih dulu.
. Walaupun timbulnya pre-eklampsia
tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi dengan
pemberian penerangan secukupnya dan pelaksanaan pengawasan yang baik pada
wanita hamil, antara lain:
1. Diet makanan.
Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat,
cukup vitamin, dan rendah lemak. Kurangi garam apabila berat badan bertambah
atau edema. Makanan berorientasi pada empat sehat lima sempurna. Untuk
meningkatkan protein dengan tambahan satu butir telus setiap hari.
2. Cukup istirahat
Istirahat yang cukup pada hamil semakin tua
dalam arti bekerja seperlunya dan disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak
duduk atau berbaring ke arah punggung janin sehingga aliran darah menuju
plasenta tidak mengalami gangguan.
3. Pengawasan antenatal ( hamil )
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak
janin dalam rahim segera datang ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan
perhatian:
1. Uji kemungkinan pre-eklampsia:
-
Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya
-
Pemeriksaan tinggi fundus uteri
-
Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema
-
Pemeriksaan protein urin
b.
Penilainan kondisi janin dalam Rahim
- Pemantauan tingi fundus uteri
- Pemeriksaan janin: gerakan janin
dalam rahim, denyut jantung
janin, pemantauan air ketuban
- Usulkan untuk melakukan pemeriksaan
ultrasonografi.
Obat-obatan
yang bisa dilakukan untuk wanita hamil yang mengalami preeklamsia adalah:
1. Antihipertensi.
Fungsi pengobatan ini untuk menurunkan tekanan darah. Biasanya dokter akan
memilih obat antihipertensi yang aman bagi janin. Konsultasikan dengan dokter,
dosis aman bagi Anda dan janin.
2. Kortikosteroid.
Paru-paru janin bisa berkembang lebih matang dengan bantuan pengobatan ini.
Kinerja liver dan trombosit akan ditingkatkan dengan obat ini untuk
memperpanjang usia kehamilan.
3. Antikonvulsan.
Dokter bisa saja meresepkan obat antikonvulsan jika preeklamsia yang diderita
cukup parah, agar terhindar dari kejang-kejang.
e.
Pencegahan
Cara pencegahan
terhadap terjadinya preeklamsi ataupun eklamsi pada ibu hamil yaitu dengan tercukupnya kebutuhan kalsium dapat mengurang risiko
hipertensi yang terjadi pada masa kehamilan. Kebutuhan kalsium dapat Anda
peroleh melalui makanan yang Anda konsumsi sehari-hari seperti susu, sayuran
hijau, biji-bijian, dan kacang-kacangan. Bila dirasa tidak tercukup, suplemen
kalsium dapat menjadi pilihan praktis untuk memenuhi kebutuhan kalsium Anda.
Kontrol kehamilan Anda. Langkah terbaik dalam menjauhkan Preeklampsia pada
kehamilan Anda adalah dengan rajin kontrol ke dokter kandungan. Periksa rutin
tekanan darah serta kandungan protein dalam urine Anda. Segera konsultasikan ke
dokter apabila Anda merasakan gejala-gejala Preeklampsia agar dapat ditangani
dengan cepat. Cara mudah menghindari terjadinya eklamsi ataupun
preeklamsi yaitu:
1.
Minum
multivitamin. Riset menunjukkan, multivitamin memenuhi kebutuhan asam folat
selam kehamilansekaligus mengurangi risiko pre-eklampsia hingga 50%.
2.
Makan
serat. Berdasarkan riset Universitas Washington, Seattle, AS, makan buah dan
sayur akan mengurangi risiko Pre-Eklampsia.
3.
Ke
dokter gigi. Bakteri perusak gusi bisa menjadi pemicu Pre-Eklampsia, demikian
riset terbaru AS. Jadi, sikat gigi minimal 2 kali sehari dan gunakan benang
gigi.
4.
Jalan
kaki. Studi menunjukkan, ibu hamil yang teratur jalan kaki bersisiko rendah
alami Preeklampsia dibanding yang malas jalan.
f.
Komplikasi
Komplikasi
preeklamsia dapat dibagi dua, yaitu pada wanita hamil dan pada bayi. Pada
wanita hamil, preeklamsia bisa menimbulkan komplikasi sebagai berikut:
1. Sindrom
HELLP (Haemolysis – Elevated
Liver enzymes – Low platelet count). Ini adalah sindrom
rusaknya sel darah merah, meningkatnya enzim liver, rendahnya jumlah trombosit
darah.
2. Eklamsia.
Kondisi di mana kejang-kejang atau kontraksi otot-otot yang dialami oleh wanita
hamil.
3.
Penyakit kardiovaskular
4. Kegagalan
organ lain. Preeklamsia bisa menyebabkan disfungsi beberapa organ
seperti edema
paru, gagal ginjal, dan gagal liver.
5. Rusaknya
sistem penggumpalan darah. Kondisi ini bisa menyebabkan perdarahan
secara berlebihan. Perdarahan ini terjadi karena kurangnya kadar protein dalam
darah.
6. Erupsi
Plasenta. Kondisi lepasnya plasenta dari dinding bagian dalam uterus
sebelum kelahiran dapat mengakibatkan perdarahan serius dan kerusakan plasenta.
Kondisi ini akan membahayakan keselamatan wanita hamil dan janin.
7. Stroke
Hemoragik. Pecahnya pembuluh darah di otak karena tingginya tekanan di
dalam pembuluh darah.
8. Komplikasi
pada janin yang disebabkan preeklamsia bisa menyebabkan pertumbuhan janin
melambat.
9. Komplikasi
serius seperti kesulitan bernapas bisa diidap bayi yang lahir dengan kondisi
ini. Terkadang bayi bisa meninggal di dalam kandungan. Dalam kondisi seperti
ini, bayi harus menerima perawatan dan pengawasan secara intensif.
g.
Dampak
Hipertensi
pada saat hamil akan berdampak pada ibu dan janin. Dengan tingginya tekanan
darah maka arus darah akan mengalami gangguan begitu pula pada organ ginjal,
hati, otak, rahim dan juga plasenta.Ibu hamil yang menderita preeklampsia akan
berdampak pada janin dimana nutrisi dan oksigen akan mengalami kondisi
abnormal. Hal ini disebabkan karena pembuluh darah akan mengalami penyempitan.
Pada kondisi
ibu hamil yang mengalami preeklamsia maka tumbuh kembang janin akan terhambat
sehingga menyebabkan bayi lahir dengan berat badan yang rendah. Bahkan dapat
meningkatkan risiko terjadinya kelahiran prematur. Sedangkan pada kasus
preeklamsia yang berat maka bayi harus segera dilahirkan, kondisi ini
disesuaikan dengan janin yang sudah dapat hidup diluar rahim atau tidak.
Diperlukan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter kandungan untuk menyelamatkan
ibu dan janin.
2.6.
Eklamsi
a.
Pengertian
Eklampsia berasal dari bahasa yunani
dan berarti “Halilintar”. Kata tersebut dipakai karena seolah- olah gejala-
gejala eklampsia timbul dengan tiba – tiba tanpa didahului oleh tanda – tanda
lain. Sekarang kita ketahui bahwa eklampsia pada umumnya timbul pada wanita
hamil atau dalam nifas dengan tanda – tanda pre eklampsia. Pada wanita yang
menderita eklampsia timbul serangan kejangan yang diikuti oleh koma. Eklampsia
adalah preaklampsia yang disertai kejang dan atau koma yang timbul bukan akibat
dari kelainan neurologi (Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 : 310 ; 1999).
b.
Penyebab
Sebab eklamsi belum
diketahui benar. Salah satu teori yang dikemukakan ialah bahwa eklamsi
disebabkan ischaemia rahim dan plasenta (ischaemia uteroplasenta). Selama
kehamilan uterus memerlukan darah lebih banyak.
Pada molahidatidosa,
hydramnion, kehamilan ganda, multipara, pada akhir kehamilan, pada persalinan,
juga pada penyakit pembuluh darah ibu, diabetes, peredaran darah dalam dinding
uterus kurang, maka keluarlah zat-zat dari plasenta atau decidua yang
menyebabkan vasospasmus dan hipertensi.
c.
Tanda
Gejala
Gejala klinis Eklamsi adalah sebagai
berikut:
1. Terjadi pada kehamilan 20 minggu
atau lebih
2. Terdapat tanda-tanda pre eklamsi (
hipertensi, edema, proteinuri, sakit kepala yang berat, penglihatan kabur, nyeri
ulu hati, kegelisahan atu hiperefleksi)
3. Kejang-kejang atau koma
Kejang dalam eklamsi ada 4 tingkat, meliputi:
Kejang dalam eklamsi ada 4 tingkat, meliputi:
a. Tingkat awal atau aura (invasi).
Berlangsung 30-35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat (pandangan
kosong) kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar kekanan dan kekiri.
b. Stadium kejang tonik
Seluruh otot badan menjadi kaku, wajah kaku tangan menggenggam dan kaki membengkok kedalam, pernafasan berhenti muka mulai kelihatan sianosis, lodah dapat trgigit, berlangsung kira-kira 20-30 detik.
Seluruh otot badan menjadi kaku, wajah kaku tangan menggenggam dan kaki membengkok kedalam, pernafasan berhenti muka mulai kelihatan sianosis, lodah dapat trgigit, berlangsung kira-kira 20-30 detik.
c. Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi dan berulang ulang dalam waktu yang cepat, mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa dan lidah dapat tergigit. Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung selama 1-2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar, menarik mafas seperti mendengkur.
Semua otot berkontraksi dan berulang ulang dalam waktu yang cepat, mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa dan lidah dapat tergigit. Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung selama 1-2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar, menarik mafas seperti mendengkur.
d. Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam keadaan koma.
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam keadaan koma.
e. Kadang kadang disertai dengan
gangguan fungsi organ.
d.
Penatalaksanaan
Prinsip penataksanaan eklamsi sama
dengan pre-eklamsi berat dengan tujuan menghentikan berulangnya serangan
konvulsi dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah
keadaan ibu mengizinkan.
1.
Penderita
eklamsia harus di rAwat inap di rumah sakit
2.
Saat
membawa ibu ke rumah sakit, berikan obat penenang untuk mencegah kejang-kejang
selama dalam perjalanan. Dalam hal ini
dapat diberikan pethidin 100 mg atau luminal 200mg atau morfin 10mg.
3.
Sesampai
di rumah sakit pertolongan pertama adalah:
-
Membersihkan
dan melapangkan jalan pernapasan
-
Menghindari
lidah tergigit
-
Pemberian
oksigen
-
Pemasangan
infus dekstrosa atau glukosa 10 %-20%-40%
-
Menjaga
jangan terlalu trauma
-
Pemasangan
kateter tetap(dauer kateter)
4.
Observasi
ketat penderita
5.
Penatalaksanaan
pengobatan
6.
Pemberian
antibiotika
7.
Penanganan
e.
Pencegahan
Mencegah
timbulnya eklampsi jauh lebih penting dari mengobatinya, karena sekai ibu
mendapat serangan, maka prognosis akan jauh lebih buruk. Pada umumnya eklampsi
dapat dicegah atau frekuensinya dapat diturunkan. Upaya-upaya untuk
menurunkannya adalah dengan ;
1. Memberikan informasi dan edukasi
kepada masyarakat, bahwa eklampsi bukanlah suatu penyakit kemasukan (magis),
seperti banyak disangka oleh masyarakat awam.
2. Meningkatkan jumlah poliklinik
(balai) pemeriksaan ibu hamil serta mengusahakan agar semua ibu hamil
memeriksakan kehamilannya sejak hamil muda.
3. Pelayanan kebidanan bermutu, yaitu
pada tiap-tiap pemeriksaan kehamilan diamati tanda-tansa preeklampsi dan
mengobatinya sedini mungkin.
f.
Komplikasi
Kompliksai yang terberat adalah
kematian ibu dan janin. Komplikasi ini biasanya terjadi pada Preeklamsia dan
Eklamsia.
1.
Solutio
plasenta. Komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan
lebih sering terjadi pada Preeklamsia.
2.
Hipofibrinogenemia,terjadi
pada Preeklamsi berat.
3.
Hemolisis.
Penderita dengan Preeklamsi berat kadang-kadang menunjukkan gejala klinis
hemolisis yang dikenal ikterus. Belum diketahui dengan pasti apakah ini
merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah.
4.
Perdarahan
otak, kelainan mata (kehilangan penglihatan sementara)
5.
Edem
paru-paru, nekrosis hati, kelainan ginjal
g.
Dampak
1. Aliran darah ke plasenta berkurang.
Kondisi ini bisa membuat bayi dalam kandungan tidak mendapat cukup oksigen dan
nutrisi.
2. Pertumbuhan janin terhambat.
Janin yang tidak cukup menerima oksigen dan nutrisi bisa menghambat proses
pertumbuhan janin, bayi lahir dengan berat badan yang rendah, atau lahir secara
prematur.
4. Abrupsio plasenta. Ini
adalah kondisi ketika plasenta terpisah dari dinding dalam rahim sebelum proses
persalinan. Jika hal ini terjadi, plasenta Anda akan rusak. Anda juga akan
mengalami pendarahan yang hebat.
5.
Bayi meninggal dalam kandungan
6. Berkembangnya penyakit kardiovaskular
2.7.
KPD
(Ketuban Pecah Dini)
a.
Pengertian
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput
ketuban sebelum terjadi proses persalinan yang dapat terjadi pada usia
kehamilan cukup waktu atau kurang waktu (Cunningham, Mc. Donald, gant, 2002).
Ketuban pecah dini
(KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal
ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan.
KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang
adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
b.
Penyebab
Penyebab Ketuban pecah dini adalah karena berkurangnya
kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor
tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang
dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri.
Penyebab lainnya adalah sebagai berikut :
1. Inkompetensi serviks
(leher rahim) / kelainan pada otot-otot leher atau leher rahim
(serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah
kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar.
2. Peninggian tekanan inta
uterin.
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihandapat
menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :
-
Trauma : Hubungan
seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
-
Gemelli.Kehamilan
kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan gemelli
terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan
rahim secara berlebihan.
-
Makrosomia
berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan menimbulkan distensi uterus
yang meningkat
-
Hidramnion
jumlah cairan amnion >2000mL.
Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami
distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja
3.
Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.
4.
Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP
(sepalo pelvic disproporsi).
5.
Korioamnionitis/ infeksi selaput ketuban. Biasanya
disebabkan oleh penyebaranorganism vagina ke atas. Dua factor predisposisi
terpenting adalah pecahnyaselaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama.
6.
Penyakit Infeksi
Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yangmeyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkanterjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yangmeyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkanterjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
7.
Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan
genetik)
8.
Riwayat KPD sebelumya
9.
Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
10.
Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23
minggu
c.
Tanda
Gejala
Tanda
yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin
cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris
warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi
sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah
terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk
sementara.
Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
d.
Penatalaksanaan
Konservatif:
1.
Rawat
di rumah sakit
2.
Jika
ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusioplasenta
3.
Jika
ada tanda-tanda infeksi (demam dan cairan vagina berbau), berikanantibiotika
sama halnya jika terjadi amnionitosis
4.
Jika
tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu:
-
Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu
dan janin
-
Ampisilin 4x 500mg selama 7 hari ditambah
eritromisin 250mg per oral 3x perhari selama 7 hari.
5.
Jika
usia kehamilan 32 - 37 mg, belum inpartu, tidak ada infeksi, beridexametason, dosisnya
IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 x, observasi tanda-tanda infeksi dan
kesejahteraan janin.
6. Jika usia kehamilan sudah 32 - 37 mg
dan sudah inpartu, tidak ada infeksi maka berikan tokolitik dexametason, dan
induksi setelah 24 jam.
Aktif:
1. Kehamilan lebih dari 37 mg, induksi
dengan oksitosin
2. Bila gagal Seksio Caesaria dapat
pula diberikan misoprostol 25 mikrogram – 50 mikrogram intravaginal tiap 6 jam
max 4 x.
3. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan
antibiotika dosis tinggi dan persalinan diakhiri.
4. Indikasi melakukan induksi pada
ketuban pecah dini adalah sebagai berikut :
5. Pertiimbangan waktu dan berat janin
dalam rahim. Pertimbangan waktuapakah 6, 12, atau 24 jam. Berat janin sebaiknya
lebih dari 2000 gram.
6. Terdapat tanda infeksi intra uteri.
Suhu meningkat lebih dari 38°c, dengan pengukuran per rektal. Terdapat tanda
infeksi melalui hasil pemeriksaanlaboratorium dan pemeriksaan kultur air
ketuban
Penatalaksanaan lanjutan:
1.
Kaji
suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering kali didahului kondisi
ibu yang menggigil.
2.
Lakukan
pemantauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum persalinan adalah tindakan
yang adekuat sepanjang DJJ dalam batas normal. Pemantauan DJJ ketat dengan alat
pemantau janin elektronik secara kontinu dilakukan selama induksi oksitosin
untuk melihat tanda gawat janin akibat kompresi tali pusat atau induksi.
Takikardia dapat mengindikasikan infeksiuteri.
3.
Hindari
pemeriksaan dalam yang tidak perlu.
4.
Ketika
melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar diperlukan, perhatikan juga hal-hal
berikut:
-
Apakah
dinding vagina teraba lebih hangat dari biasa
-
Bau
rabas atau cairan di sarung tanagn anda
-
Warna
rabas atau cairan di sarung tangan
e.
Pencegahan
Pencegahan
KPD diutamakan dengan menghindari faktor risikonya, seperti:
6.
Kebiasaan hidup sehat, seperti
mengonsumsi makanan yang sehat, minum cukup, olahraga teratur dan berhenti
merokok.
7.
Membiasakan diri membersihkan
daerah kemaluan dengan benar, yakni dari depan ke
belakang, terutama setelah berkemih atau buang air besar.
8.
Memeriksakan diri ke dokter bila ada
sesuatu yang tidak normal di aderah kemaluan, misalnya keputihan yang berbau
atau berwarna tidak seperti biasanya.
9.
Untuk sementara waktu, berhenti
melakukan hubungan seksual bila ada indikasi yang menyebabkan ketuban pecah
dini, seperti mulut rahim yang lemah.
10. Mengonsumsi
100 mg vitamin C secara teratur saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu.
f.
Komplikasi
1. Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah
biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten tergantung umur
kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah.
Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan
kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
2. Infeksi
Risiko infeksi ibu dan
anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu terjadi Korioamnionitis. Pada
bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi
korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban Pecah Dini premature,
infeksi lebih sering dari pada aterm.
3. Hipoksia dan asfiksia
4. Syndrom deformitas janin
Ketuban Pecah Dini yang
terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, kelainan
disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonal.
g.
Dampak
1. Terhadap Janin
Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala
infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin
lebih dahulu terjadi (amnionitis,vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan.
Jadi akan meninggikan morrtalitas danmorbiditas perinatal.
2.
Terhadap Ibu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis atau nifas, peritonitis dan septikemia, serta dry-labor. Ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi lainnya
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis atau nifas, peritonitis dan septikemia, serta dry-labor. Ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi lainnya
2.8.
IUFD
a.
Pengertian
Intra Uterine Fetal Death/Kematian Janin dalam
rahim yaitu kematian yang terjadi pada
umur kehamilan lebih dari 20 minggu dimana janin sudah mencapai ukuran 500 gr
atau lebih (Nasdaldy). Menurut WHO dan The American College Of Obstetricians
and Gynecologists yang disebut kematian janin adalah janin yang mati dalam rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih
atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian
janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau
infeksi. Prinsip dasar Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan
pertumbuhan janin, kegawatan janin, atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosa
sebelumnya sehingga tidak di obati.
Klasifikasi
Kematian janin dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:
1. Golongan I: kematian sebelum massa kehamilan mencapai 20 minggu penuh
2. Golongan II: kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu
3. Golongan III: kematian sesudah masa kehamilan >28 minggu (late fetal death)
4. Golongan IV: kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan di atas
Klasifikasi
Kematian janin dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:
1. Golongan I: kematian sebelum massa kehamilan mencapai 20 minggu penuh
2. Golongan II: kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu
3. Golongan III: kematian sesudah masa kehamilan >28 minggu (late fetal death)
4. Golongan IV: kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan di atas
b.
Penyebab
1. Faktor plasenta
a. Insufisiensi
plasenta
b. Infark plasenta
c. Solusio
plasenta
d. Plasenta previa
2. Faktor ibu
a. Diabetes
mellitus
b. Preeklampsi dan
eklampsi
c. Nefritis kronis
d. Polihidramnion
dan oligohidramnion
e. Shipilis
f. Penyakit
jantung
g. Hipertensi
h. Penyakit paru
atau TBC
i.
Inkompatability rhesus
j.
AIDS
3. Faktor
intrapartum
a. Perdarahan
antepartum
b. Partus lama
c. Anastesi
d. Partus macet
e. Persalinan
presipitatus
f. Persalinan
sungsang
g. Obat-obatan
4. Faktor janin
a. Prematuritas
b. Postmaturitas
c. Kelainan bawaan
d. Perdarahan otak
Kecuali itu, ada berbagai penyebab yang bisa
mengakibatkan kematian janin di kandungan, diantaranya:
1. Ketidakcocokan
rhesus darah ibu dengan janin
2. Ketidakcocokan
golongan darah antara ibu dan janin.
3. Gerakan janin
berlebihan
4. Berbagai
penyakit pada ibu hamil
5. Kelainan
kromosom
6. Trauma saat
hamil
7. Infeksi materna
8. Kelainan bawaan
bayi
c.
Tanda
Gejala
1. Pertumbuhan
janin janin mengecil sehingga tinggi fundus uteri menurun
2. Bunyi
jantung janin tak terdengar dengan fetoskop dan dipastikan dengan doppler.
3. Menghilangnya
gerakan janin.
4. Berat
badan ibu menurun.
5. Tulang
kepal kolaps
6. Catatan : pemeriksaan radiologi dapat
menimbulkan masalah dan tidak perlu. Bila dilakukan 5 hari setelah kematian
janin, akan tampak gambaran sebagai berikut :
-
Tulang kepala janin tumpang tindih satu
sama lain
-
Tulang belakang mengalami hiperfleksi
-
Tampak gambaran gas pada jantung dan
pembuluh darah
-
Edema di sekitar tulang kepala.
7. Pemeriksaan
hCG urin menjadi negatif. Hasil ini terjadi beberapa hari setelah kematian
janin
d.
Penatalaksanaan
1. Bila disangka telah terjadi kematian
janin dalam rahim tidak usah terburu-buru bertindak, sebaiknya diobservasi dulu
dalam 2-3 minggu untuk mencari kepastian diagnosis.
2. Biasanya selama masih menunggu ini
70-90 % akan terjadi persalinan yang spontan
3. Jika pemeriksaan Radiologik
tersedia, konfirmasi kematian janin setelah 5 hari. Tanda-tandanya berupa
overlapping tulang tengkorak, hiperfleksi columna vertebralis, gelembung udara
didalam jantung dan edema scalp.
4. USG merupakan sarana penunjang
diagnostik yang baik untuk memastikan kematian janin dimana gambarannya
menunjukkan janin tanpa tanda kehidupan, tidak ada denyut jantung janin, ukuran
kepala janin dan cairan ketuban berkurang.
5. Dukungan mental emosional perlu
diberikan kepada pasien. Sebaiknya pasien selalu didampingi oleh orang
terdekatnya. Yakinkan bahwa kemungkinan besar dapat lahir pervaginam.
6. Pilihan cara persalinan dapat secara
aktif dengan induksi maupun ekspektatif, perlu dibicarakan dengan pasien dan
keluarganya sebelum keputusan diambil.
7. Bila pilihan penanganan adalah
ekspektatif maka tunggu persalinan spontan hingga 2 minggu dan yakinkan bahwa
90 % persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi
8. Jika trombosit dalam 2 minggu
menurun tanpa persalinan spontan, lakukan penanganan aktif.
9. Jika penanganan aktif akan
dilakukan, nilai servik
10. Jika servik matang,lakukan induksi
persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin.
11. Jika serviks belum matang, lakukan
pematangan serviks dengan prostaglandin atau kateter foley, dengan catatan
jangan lakukan amniotomi karena berisiko infeksi
12. Persalinan dengan seksio sesarea
merupakan alternatif terakhir
13. Jika persalinan spontan tidak
terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan serviks belum matang, matangkan
serviks dengan misoprostol:
-
Tempatkan
mesoprostol 25 mcg dipuncak vagina, dapat diulang sesudah 6 jam
-
Jika
tidak ada respon sesudah 2x25 mcg misoprostol, naikkan dosis menjadi 50mcg
setiap 6 jam. Jangan berikan lebih dari 50 mcg setiap kali dan jangan melebihi
4 dosis.
14. Jika ada tanda infeksi, berikan
antibiotika untuk metritis.
15. Jika tes pembekuan sederhana lebih
dari 7 menit atau bekuan mudah pecah, waspada koagulopati
16. Berikan kesempatan kepada ibu dan
keluarganya untuk melihat dan melakukan kegiatan ritual bagi janin yang
meninggal tersebut.
17. Pemeriksaan patologi plasenta adalah
untuk mengungkapkan adanya patologi plasenta dan infeksi
18. Bila setelah 3 minggu kematian janin
dalam kandungan atau 1 minggu setelah diagnosis. Partus belum mulai maka wanita
harus dirawat agar dapat dilakukan induksi persalinan
19. Induksi partus dapat dimulai dengan
pemberian esterogen untuk mengurangi efek progesteron atau langsung dengan
pemberian oksitosin drip dengan atau tanpa amniotomi
e.
Pencegahan
Beberapa pencegahan
yang dilakukan dari berbagai pustaka yang ada antara lain sebagai berikut
(Silver, 2007)
1. Memberikan
nasehat pada waktu ANC mengenai nutrisi dan keseimbangan diet makanan
2. Hindari
merokok, tidak meminum minuman berakohol, jamu, obat-obatan dan hati-hati
terhadap infeksi yang berbahaya
3. Mendeteksi
secara dini factor-faktor predis posisi IUFD dan pemberian pengobatan
4. Mendeteksi
gejala awal IUFD atau tanda fetal distress
5. Diberlakukannya
tindakan
f.
Komplikasi
1. Disseminated intravascular coagulation
(DIC),yaitu adanya perubahan pada proses pembekuan darah yang dapat menyebabkan
perdarahan atau internal bleeding zat akan berakibat fatal kala ibu melahirkan
2. Infeksi
3. Koagulopati maternal dapat terjadi
walaupun ini jarang terjadi sebnelum 4-6 minggu setelah kematian janin .oleh
karena adanya komplikasi akibat IUFD maka janin yang telah meninggal harus
segera dilahirkan. proses kelahiran harus segera dilakukan secara normal,karena
bila melalui operasi akan terlalu merugikan ibu.operasi hanya dilakukan jika
ada halangan untuk melahirkan normal.
g.
Dampak
Kematian janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak
membahayakan ibu. Setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan terjadinya kelainan
darah (hipo-fibrinogenemia) akan lebih besar karena itu pemeriksaan pembekuan
darah harus dilakukan setiap minggu setelah diagnosis ditegakkan. Bila terjadi
fibrinogenemia., bahayanya adalah perdarahan post partum. Terapinya adalah
dengan pemberian darah segar atau fibrinogen.
Dampak lainnya yaitu, Trauma
emosional yang berat menjadi bila antara kematian janin dan persalinan cukup
lama, dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah, dapat terjadi koagulopati bila
kematian janin berlangsung lebih dari 2 minggu.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Deteksi dini kehamilan
lanjut atau tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan
adanya bahaya yang adapat terjadi selama kehamilan/periode antenatal yang
apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian pada
janin dan ibu. Adapun tanda bahaya pada kehamilan lanjut diantaranya yaitu
pendarahan pervaginam. Adapun sebab-sebab utama pendarahan kehamilan lanjut
yaitu:
1. Plasenta
previa
2. Solusio
plasenta
3. Rupture
uteri
4. Gangguan
pembekuan darah
5. Preeklamsi
6. Eklamsi
7. KPD
8. IUFD
Komplikasi tersebut
yang menyebabkan pendarahan pada kehamilan lanjut, merupakan penyebab kematian
ibu yang utama. Oleh karena itu, sangat penting bagi bidan mengenali tanda dan
komplikasi serta penatalaksanaan ,
dampak dan pencegahan terhadap kelainan tersebut. Sehingga pada ibu hamil
atau penderita agar dapat segera
melakukan penanganan yang tepat. Sehingga kesakitan atau kematian dapat
tercegah.
3.2
Saran
Jika terjadi perdarahan
kehamilan lanjut atau pendarahan pervaginam maka harus melakukan penanganan
sesegera mungkin. Bila perlu harus melakukan rujukan ke Rumah sakit yang
memiliki fasilitas operasi dan tranfusi darah.
DAFTAR
PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/101644899/perdarahan-pervaginam
https://www.scribd.com/doc/90755392/031-Akbid-Perdarahan-Dalam-Kehamilan
Varney, Hellen,dkk. 2008. Buku Ajar Asuha Kebidanan, Volume 2. . Jakarta: EGC
Varney, Hellen,dkk. 2008. Buku Ajar Asuha Kebidanan, Volume 2. . Jakarta: EGC
https://www.scribd.com/doc/239375415/SAP-Tanda-Bahaya-Kehamilanhttps://www.linkedin.com/pulse/ciri-kpdair-ketuban-pecah-dini-penyebab-dan-dr-moedjito-hospital
Tidak ada komentar:
Posting Komentar