Selasa, 01 Maret 2016

MAKALAH TEORI ELA JOY LEHRMAN DAN MOTRTEN



MAKALAH TEORI ELA JOY LEHRMAN DAN MOTRTEN


Di susun oleh:
1.     Ummu Azka Latifa    (15150003)
2.     Maytrian Linda P      (15150001)
3.     Fellisia Ersadea         (151500    )
4.     Sonia Dorakardoso    (151500   )
5.     Nurjana Karmila        (15150022)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI D3 KEBIDANAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2015/2016

KATA PENGANTAR


 Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia serta taufik dan hidayah Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Teori Ela Joy Leherman dan Morten.
 Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita tentang Teori Ela Joy Leherman dan Morten. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang kami buat demi masa yang akan dating, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
 Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.



Yogyakarta, 18 November 2015

Penyusun





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I  PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................ 2
C. Tujuan................................................................................................................. 2
BAB II  ISI
A.Teori Ela Joy Lerhemen Dan  Morten.................................................................. 3
B. Konsep Lehrman dan Morten ............................................................................ 4
C. Asuhan Partisipatif.............................................................................................. 6
D. Penerapan Pelayanan Antenatal atau Pemberian Asuhan pada Ibu ................... 8

BAB III PENUTUP  
 3.1 Kesimpulan..................................................................................................... 12
 3.2 Saran............................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 13






BAB I
PENDAHULUAN


A.          Latar Belakang

Sejarah kebidanan berjalan panjang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan serta kebutuhan masyarakat. Model dalam kebidanan mengadopsi dari beberapa model lainnya dan berdasarkan teori yang sudah ada yaitu diantaranya teori Reva Rubin, sehingga tercipta sebuah model kebidanan yang sesuai dengan filosofi kebidanan baik dari segi bidan sebagai profesi maupun wanita dan keluarga sebagai rnes pelayanan asuhan kebidanan.
Model kebidanan ini sebagai tolak ukur bagi bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada klien sehingga akan terbina suatu partnership dalam asuhan kebidanan. Dengan ini diharapkan profesi kebidanan akan dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi yang mengutamakan upaya-upaya promotif dan preventif.
Faktor penyebab tinggi angka kematian tersebut antaralain perdarahan, eklamsi, aborsi tidak aman, trauma kehamilan. Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan, infeksi, dan eklamsi. Sedangkan penyebab tidak langsung kematian ibu adalah anemia, kurang energi, dan keadaan 4 terlalu (terlalu muda, tua, sering, dan banyak). Kematian ibu juga diwarnai oleh hal-hal nonteknis yang masuk kategori mendasar, seperti ketidakberdayaan dan taraf pendidikan yang rendah.
Banyak kematian ibu dapat dicegah dan diturunkan, misalnya kematian akibat perdarahan dengan persalinan cepat dan tepat dan dengan ditolong oleh tenaga-tenaga kesehatan yang terlatih dan terdidik.

Ada lima teori yang mempengaruhi model kebidanan, yaitu teori Reva Rubin, teori Ramona T   mercer, teori Jean Ball, teori Ela Joy Lerhman dan Morten, dan teori Ernestine Wiedenbach. Dalam makalah ini akan lebih dibahas mengenai teori Ela Joy Lerhman dan Morten.

B.          Rumusan Masalah

            1.  Bagaimanakah teori kebidanan menurut Ela Joy Lehrman?
            2.  Bagaimanakah penerapan atau asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu ?

C.          Tujuan

              1.  Untuk mengetahui apa itu teori kebidanan menurut Ela Joy Lehrman.
              2.  Untuk mengetahui bagaimana penerapan atau asuhan kebidanan yang diberikan kepada ibu.







BAB II
PEMBAHASAN

A.           Teori Ela Joy Lerhman dan Morten
Dalam melaksanakan profesi kebidanan, Ela Joy Leherman melihat makin banyaknya tugas yang di bebankan pada bidan yang harus dilaksanakan dengan penuh professional dan tanggung jawab . Dengan pandangan Ela Joy tersebut menjadi latar belakang munculnya teori kebidanan berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan . teori Leherman ini menginginkan agar bidan dapat melihat semua aspek praktik pemberian asuhan pada wanita hamil dan memberi pertolongan persalinan.
Telah dilakukan banyak penelitian untuk mempelajari isi dan proses dari pemeriksaan antenatal. Robin dkk, 1983 dan Robinson 1985 mempelajari  peran bidan dalam  memberi infomasi yang komperhensif dan memberikan nasehat dalam pelayanan kebidanan, seperti waktu pemeriksaan perut dan memberikan nasehat tentang laktasi dan asuhan kesehatan selama kehamilan. Mereka mempelajari sejauh mana bidan mampu menunjukkan perannya dalam memberi asuhan ibu bersalin. Macintyre ( 1980 ) dalam observasinya menemukan perbedaan antara rhetoric resmi antara nilai asuhan antenatal dan corak asuhan yang impersonal yang dialami seorang ibu diklinik spesialis. Lerhman mengidenfikasikan konsep yang menggaris bawahi asuhan antenatal yang akan diberikan.
Teori ini mengharapkan bidan dapat melihat semua aspek dalam memberikan asuhan dalam ibu hamil dan memberikan pertolongan dalam ibu  bersalin. Lerhman dan koleganya ingin menjelaskan perbedaan antara pengalaman seorang wanita dengan kemampuan bidan untuk mengaplikasikan konsep kebidanan dalam praktik.



B.              Lehrman dan Morten mengemukakan  8 konsep yang penting dalam pelayanan antenatal :

a.       Asuhan yang berkesinambungan
b.      Keluarga sebagai pusat asuhan
c.       Pendidikan dan konseling merupakan bagian dari asuhan
d.      Tidak ada intervensi dalam asuh
e.       Fleksibilitas dalam asuhan
f.       Keterlibatan dalam asuhan
g.      Advokasi dari pelayanan kebidanan
h.      Waktu

1.         Asuhan yang berkesinambungan
Seorang bidan harus memeberikan asuhan kepada wanita secara terus-menerus mulai dari  awal kehamilan, persalinan, nifas dan post artum agar klien dapat melewati masa-masa ini dengan baik.
2.         Keluarga sebagai pusat asuhan
Keluarga adalah salah satu pusat asuhan yang sangat penting karena keluarga adalah   orang terdekat klien yang dapat memantau kien secara terus menerus, sehingga dalam hal ini seorang bidan harus mempunyai komunikasi yang baik dengan keluarga terutama memeberikan asuhan-asuhan yang dapat membantu sang ibu menjalani asuhan-asuhan tersebut di rumah pada saat sang bidan tidak dapat memantau seara langsung, keluargalah yang berperan.
3.         Pendidikan dan konseling merupakan bagian dari asuhan
Memberikan informasi kepada klien adalah salah satu bentuk asuhan yang sangat penting. Selain itu, konseling juga merupakan bagian yang sangat penting dalam pemberian asuhan kepada klien. Konseling bertujuan agar bidan dan klien dapat memahami satu sama lain, sehingga bidan dapat memberikan asuhan yang sesuai dengan kebutuhan klien.
4.         Tidak ada intervensi dalam asuhan
Artinya dalam pelayanan atau memberi asuhan, pelayan kesehatan tidak memberikan asuhan yang tidak seharusnya. Maka dalam hal ini sang bidan harus mulai menganalisa, mengkaji dan memebrikan asuhan yang sesuai.
5.         Fleksibilitas dalam asuhan
Penerapnnya adalah seorang bidan dalam melakukan praktiknya tidak boleh kaku saat melakukan tindakan atau pada saat memeberikan asuhan, agar pasien merasa nyaman dengan tindakan yang bidan lakukan.
6.         Keterlibatan dalam asuhan
Dalam memebrikan asuhan, seorang pelayan kesehatan atau bidan harus ikut berpatisipasi atau terlibat dalam melaksanankan asuhan. Contohnya dengan membantu sang ibu untuk memberi nutrisi yang baik untuk janin dengan memebrikan beberapa makanan bergizi atau bisa juga dengan membantu sang ibu memandikan bayi. Intinya adalah pelayan kesehatan atau bidan tidak hanya menyampaikan teori-teori saja tapi juga harus terlibat dalam praktik asuhan tersebut.
7.         Advokasi dari pelayanan kebidanan
Tenaga kesehatan menerapkan teori ini dengan selalu memeberikan inform consent atau oersetujuan sebelum melakukan tindakan kepada klien sehingga ada persetujuan dari kedua belah pihak.
8.         Waktu
Seorang bidan yang profesional akan selalu memberikan pelayanan atau asuhan tanpa mengenal waktu dan bidan tersebut mampu meyelesaikan asuhannya sesuai dengan batas waktu atau tepat waktu agar asuhan-asuhan yang diberikan tidak tertunda-tunda.


C.                Asuhan Partisipatif
Bidan dapat melibatkan klien dalam pengkajian, evaluasi dan perencanaan pasien klien ikut bertanggung jawab atau ambil bagian dalam pelayanan antenatal. Dalam pemeriksaan fisik, misalnya palpasi; klien akan melakukan palpasi pada tempat tertentu atau ikut mendengarkan denyut jantung.
Lehrman memberikan teknik pada bidan tentang asuhan Partisipatif kepada kliennya yaitu Bidan dapat melibatkan klien dalam pengkajian, evaluasi dan perencanan. Pasien/klien ikut bertanggung jawab atau ambil dari pelayanan antenatal. Misalnya : pendidikan tentang laktasi, persiapan persalinan, senam hamil, pemeriksaan fisik seperti palipasi klien akan melakukan pada tempat tertentu atau ikut mendengarkan denyut jantung.
Kedelapan komponen yang dibuat lehrman ini kemudian diuji cobakan oleh Morten ( 1991 ) pada pasien post partum. Asuhan yang partisipatif dalam kontkes pelayanan bidan di UK dibahasakan sebagai pilihan dan control dari si wanita yang dilayani ( choise and on the part of the women ). Hal ini dimaksudkan sebagai pengkaji dan merencanakan program asuhan yang dilakukan bersama si penerima dan si pemberi asuhan.
Dari delapan komponen yang dibuat oleh Lehrman tersebut kemudian diuji cobakan oleh Morten pada pasien postpartum.
Dari hasil penerapan tersebut Morten menambahkan 3 komponen lagi ke dalam 8 komponen yang telah dibuat oleh Lehrman, yaitu
a.       Tehnik terapeutik
b.      Pemberdayaan
c.       Hubungan sesama



Dari hasil penerapan tersebut, Morten, dkk ( 1991 ) menambahkan 3 komponen lagi kedalam 8 komponen yang telah dibuat  Lehrman , yaitu :

1.           Empowerment ( perbedayaan )
Suatu dalam member kekuasaan dan kekuatan. Bidan melalui penampilan dan pendekatannya akan meningkatkan energy dan sumber dari dalam diri klien. Indikatornya antara lain : penguatan/penegasan ( affirmation ) , memvalidasi , meyakinkan kembali dan memberi dukungan.
2.           Lateral Relationship ( hubungan sesama )
Bidan menjalin hubungan yang baik terhadap klien, bersikap terbuka ( self of openness ), sling menghargai ( mutual regards ), sejalan dengan klien sehingga antara bidan dan kliennya nampak akrab misalnya sikap empati atau berbagi pengalaman.
3.           Teknik Terapeutik
Teknik terapeutik dijelaskan sebagai Proses komunikasi sangat bermanfaat dalam perkembangan dan penyembuhan. Teknik terapeutik dapat dilakukan dengan menunjukkan sikap : Mendengar yang aktif, menyelidik,  mengkaji dan mengklarifikasi masalah, humor (tidak bersifat kaku), tidak menuduh, tidak menghakimi, mendorong,  jujur, mengakui kesalahan, memfasilitasi klien, dan menghargai hak klien. Proses komunikasi sangat bermanfaat dalam proses perkembangan dan penyembuhan misalnya:
a.       Mendengar aktif
b.      Mengkaji
c.       Klarifikasi
d.      Humor
e.       Sikap yang tidak menuduh
f.       Pengakuan
g.      Fasilitas
h.      Pemberi ijin

Hubungan lateral diartikan sebagai : bidan meningkatkan interaksi yang mempunyai ciri keterbukaan (self of openness),saling menghargai ( mutual regard), persamaan posisi sehingga mendorong rasa kebersamaan diantara bidan dan klien, indicator hubungan lateral adalah : kesejajaran,empati,berbagai pengalaman/perasaan.
Lehrman dan Morten et al memberikan suatu model praktik kebidanan secara jelas menunjukkan era praktik kebidanan.

D.          Penerapan Pelayanan Antenatal atau Pemberian Asuhan pada Ibu

1.          KEHAMILAN
Masa kemahilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dhitung dari hari pertama haid terakhir.
Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional ibu serta perubahan sosial dalam keluarga. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilakn kelahiran bayi sehat, cukup bulan, melalui jalan lahir (normal), namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu pelayanan atau asuhan antenatal merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kelahiran normal. Ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa drinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal.
Tujuan asuhan antenatal adalah :
a.       Memperhatiakan perkembangan kemhamilan demi kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
b.      Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi.
c.       Mengenali sejak dini ketidaknormalan atau komplikasi yang terjadi pada kehamilan ibu.
d.      Mempersiapkan proses persalinan yang cukup bulan, normal dan keselamatan ibu dan bayi.
e.       Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan ibu dapat memberikan ASI eklusif.
f.       Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar bayi dapat tumbuh secara normal.

Asuhan antenatal yang diberikan bidan pada masa kehamilan ibu adalah :
Mengumpulkan data-data dari ibu, seperti :
1.      Biodata
2.      Riwayat kehamilan
3.      Riwayat kebidanan
4.      Riwayat kesehatan dahulu dan sekarang
5.      Riwayat sosial ekonomi

Melakukan pemeriksaan fisik, contohnya :

1.      Tekanan darah
2.      Denyut jantung ibu
3.      Gerakan janin
4.      Membantu ibu dan keluarganya untuk mempersiapkan kelahiran dan kemungkinan keadaan darurat, seperti :
Ø  Mempersiapkan pertolongan dan tempat kelahiran serta keuangan untuk persiapan persalinan.
Ø  Mempersiapkan rencana jika terjadi komplikasi seperti, tempat dan transportasi ke tempat rujukan, mempersiapkan donor darah, finansial, dan memilih pembuat keputusan jika pihak pertama tidak ada ditempat.

Ø  Memberi konseling pada ibu tentang gizi, perubahan fisiologi, menginformasikan pada ibu untuk mencari pertolongan segera pada saat mendapati tanda-tanda bahaya, merencanakan dan mempersiapakn kelahiran yang bersih dan aman di rumah, menjaga kebersihan diri.


2.          PERSALINAN
Persalian adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan yang normal adalah jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan tanpa disertai adanya penyulit.
Asuhan antenatal yang diberikan bidan pada masa persalinan ibu adalah :

a.       Membantu ibu dalam persalinan jika ibu terlihat gelisah.
b.      Memberi dukungan emosional pada ibu.
c.       Memberikan informasi atas kemajuan persalinannya.
d.      Memeberikan perhatian yang lebih kepada ibu.
e.       Menyarankan ibu untuk sering berjalan.
f.       Melibatkan suami atau ibunya untuk memberi semangat sang ibu.
g.      Mengajarkan teknik bernafas.
h.      Memberi minum yang cukup kepada ibu agar kebutuhan energinya tercukupi dan mencegah dehidrasi.
i.        Bidan harus melakukan pemantauan sesering mungkin hingga bayi dilahirkan.



3.         MASA NIFAS
Masa nifas dimulai beberapa jam setelah lahirnya janin dan mencakup 6 minggu berikutnya.
     Asuhan antenatal yang diberikan bidan pada masa nifas kepada ibu adalah :
a.       Membersihkan bayi yang sudah dilahirkan.
b.      Mendekatkan bayi kepada ibu.
c.       Menganjurkan ibu untuk memeberi ASI awal kepada bayinya.
d.      Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.
e.       Memastikan ibu dapat menyusui bayinya dengan baik.
f.       Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
g.      Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami ibu atau bayinya.
h.      Memberikan konseling untuk KB.
i.        Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan diri.










BAB III
PENUTUP

A.                    Kesimpulan

1.      Teori Ela Joy Lerhman dalam teori ini menjelaskan tentang:

Ø  asuhan kebidanan yang berperan dalam pelayanan pada masa anternatal
Ø  teori ini mengharapkan bidan dapat melihat semua aspek dalam memberikan asuhan pada ibu hamil dan bersalian
Ø  pelayanan kebidanan antenatal pada ibu harus diberikan sesuai dengan prosedur masing-masing tahap (kehamilan, persalinan dan nifas) dengan melibatkan keluarga dan masyarakat.

2.      Mempelajari peran bidan dalam memberi informasi yang komperensif dan memberikan nasehat dalam pelayan kebidanan tentang laktasi dan asuhan kesehatan selama kehamilan.

B.          Saran
Dalam Teori Ella Joy Lehrman menginginkan agar bidan dapat melihat semua aspek praktik memberikan asuhan pada wanita hamil dan memberikan pertolongan dalam melakukan persalinan. Dalam hal ini Lehrman memberikan teknik pada bidan tentang Asuhan Partisipatif kepada kliennya yaitu bidan dapat melibatkan klien untuk bertanggung jawab.



DAFTAR PUSTAKA

Asrinah,dkk. 2010. Konsep Kebidanan. Yogyakarta:Graha Ilmu.
Margiyati.2013.Konsep Kebidanan.Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Mufdlilah,dkk. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta:Medical Book.
Yulifah Rita, Surachmindari. 2013.Konsep Kebidanan Untuk Pendidikan Kebidanan.         Jakarta:Salemba Medika.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar