Selasa, 14 Juni 2016
Minggu, 12 Juni 2016
Sediaan Semi Obat - Farmakologi
A.
SEDIAAN
SEMI PADAT
1.
SUPPOSITORIA
Suppositoria adalah sediaan padat
yang digunakan melalui dubur, berbentuk torpedo, dapat melunak, melarut atau
meleleh pada suhu tubuh. (Moh. Anief. 1997) Macam-macam Suppositoria
a.
Suppositoria untuk rectum (rectal)
Suppositoria untuk rektum umumnya dimasukkan dengan jari tangan. Biasanya
suppositoria rektum panjangnya ± 32 mm (1,5 inchi), dan berbentuk silinder dan
kedua ujungnya tajam. Bentuk suppositoria rektum antara lain bentuk peluru,
torpedo atau jari-jari kecil, tergantung kepada bobot jenis bahan obat dan
basis yang digunakan. Beratnya menurut USP sebesar 2 g untuk yang menggunakan
basis oleum cacao (Ansel, 2005).
b.
Suppositoria untuk vagina (vaginal)
Suppositoria
untuk vagina disebut juga pessarium biasanya berbentuk bola lonjong atau
seperti kerucut, sesuai kompendik resmi beratnya 5 g, apabila basisnya oleum
cacao.
c.
Suppositoria untuk saluran urin (uretra)
Suppositoria
untuk untuk saluran urin juuga disebut bougie, bentuknya rampiung seperti
pensil, gunanya untuk dimasukkan kesaluran urin pria atau wanita. Suppositoria
saluran urin pria bergaris tengah 3-6 mm dengan panjang ± 140 mm, walaupun ukuran ini masih bervariasi satu dengan yang lainnya. Apabila basisnya dari oleum cacao
beratnya ± 4 g. Suppositoria
untuk saluran urin wanita panjang dan beratnya ½ dari ukuran untuk pria,
panjang ± 70 mm dan beratnya 2
g, inipun bila oleum cacao sebagai basisnya.
d.
Suppositoia untuk hidung dan telinga
Suppositoia untuk hidung dan telinga yang disebut juga kerucut telinga,
keduanya berbentuk sama dengan suppositoria saluran urin hanya ukuran
panjangnya lebih kecil, biasanya 32 mm. Suppositoria telinga umumnya diolah
dengan suatu basis gelatin yang mengandung gliserin. Seperti dinyatakan
sebelumnya, suppositoria untuk obat hidung dan telinga sekarang jarang
digunakan.
Tujuan Penggunaan Supositoria
1.
Untuk tujuan lokal, seperti pada pengobatan wasir atau
hemoroid dan penyakit infeksi lainnya. Suppositoria juga dapat digunakan untuk
tujuan sistemik karena dapat diserap oleh membrane mukosa dalam rectum. Hal ini
dilakukan terutama bila penggunaan obat per oral tidak memungkinkan seperti
pada pasien yang mudah muntah atau pingsan.
2.
Untuk
memperoleh kerja awal yang lebih cepat. Kerja awal akan lebih cepat karena obat
diserap oleh mukosa rektal dan langsung masuk ke dalam sirkulasi pembuluh
darah.
3.
Untuk menghindari perusakan obat oleh enzim di dalam
saluran gastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia di dalam hati
(Syamsuni, 2005).
4.
OVULA
5.
SALEP
Salep
merupakan sediaan semi solid yang mengandung satu atau lebih zat aktif yang
larut atau terdispersi dalam basis salep yang sesuai.
Salep memiliki criteria sebagai berikut:
1. Aman (tidak toksik, tidak iritatif)
2. Efektif dan efisien
3. Stabil dalam penyimpanan
4. Basis salep mampu membawa zat aktif dan melepaskannya pada tempat aksi
5. Memiliki viskositas dan daya sebar sedemikian rupa sehingga mudah dikeluarkan dari kemasan dan mudah dioleskan secara merata
Basis salep yang umum digunakan dalam pembuatan salep adalah:
1. Basis salep hidrokarbon
Basis ini merupakan basis dengan karakteristik berminyak, dapat berasal dari mineral alam, ataupun dihasilkan oleh serangga (lebah) atau tanaman
Contoh: vaselinum album (White petrolatum), vaselinum flavum (yellow petrolatum), paraffin, cera alba (white wax), cera flava (yellow wax)
2. Basis salep serap
Basis ini merupakan basis yang mampu menyerap sejumlah air dengan tetap menunujukkan stabilitas sediaan.
Contoh: adeps lanae, lanolin
Salep memiliki criteria sebagai berikut:
1. Aman (tidak toksik, tidak iritatif)
2. Efektif dan efisien
3. Stabil dalam penyimpanan
4. Basis salep mampu membawa zat aktif dan melepaskannya pada tempat aksi
5. Memiliki viskositas dan daya sebar sedemikian rupa sehingga mudah dikeluarkan dari kemasan dan mudah dioleskan secara merata
Basis salep yang umum digunakan dalam pembuatan salep adalah:
1. Basis salep hidrokarbon
Basis ini merupakan basis dengan karakteristik berminyak, dapat berasal dari mineral alam, ataupun dihasilkan oleh serangga (lebah) atau tanaman
Contoh: vaselinum album (White petrolatum), vaselinum flavum (yellow petrolatum), paraffin, cera alba (white wax), cera flava (yellow wax)
2. Basis salep serap
Basis ini merupakan basis yang mampu menyerap sejumlah air dengan tetap menunujukkan stabilitas sediaan.
Contoh: adeps lanae, lanolin
6.
PASTA
Pasta
merupakan sediaan semisolid yang mengandung banyak partikel solid yang
terdispersi dalam basis. Pasta dapat digunakan sebagai agen pembersih gigi
(pasta gigi, yang mengandung bahan abrasif) ataupun sebagai bahan intermediet
pembuatan salep, sebelum dicampurkan dengan basis yang lain (contoh: pembuatan
pasta ZnO dengan minyak mineral pada peracikan Zinc Oxide ointment, sesaat
sebelum disatukan dengan white ointment dengan metode levigasi).
7.
KRIM
Cream
merupakan sediaan semisolid yang menggunakan basis emulsi, dapat bertipe A/M
ataupun M/A, dapat mengandung zat aktif (obat) atau tidak mengandung zat aktif
(kosmetika). Cream menjadi alternatif pillihan sediaan semisolid karena jika
dibandingkan dengan salep (unguenta) yang bukan berbasis emulsi, cream lebih
menunjukkan keunggulan yaitu pada aspek kelembutan, kelunakan, dan bahwa cream
relatif tidak meninggalkan kesan berminyak (greasy) jika dibanding salep dengan
basis bukan basis emulsi. Dalam segi absorpsi, cream juga lebih baik jika
dibanding salep, karena mengandung air yang dapat membantu proses hidrasi pada
kulit, sehingga kulit akan terlembabkan dan obat dapat terpenetrasi dengan
baik.
Terkait bahwa cream merupakan sediaan semisolid berbasis emulsi, maka kriteria cream sama dengan kriteria untuk sediaan emulsi.
Basis cream biasanya terdiri dari:
1. Asam lemak, contoh : asam steara2. Basa kuat, contoh : triethanolamin
3. Emulgator eksternal, contoh: tween, span
4. Humektan, contoh: gliserol, sorbitol, propilen glikol
5. Antioksidan, contoh: BHA, BHT
6. Pengawet, contoh: Nipagin, Nipasol
Humektan merupakan bahan yang higroskopis, mampu mempertahankan kandungan air dalam sediaan (mencegah kekeringan sediaan) serta mendukung hidrasi kulit, sehingga kondisi kelembaban kulit dapat terjaga.
Dalam pembuatan krim, secara umum ada 2 macam reaksi yang terjadi, yaitu:
1. Reaksi penyabunan
Reaksi ini merupakan reaksi kimia antara sejumlah asam lemak dalam komposisi cream yang direaksikan dengan basa kuat, membentuk sabun dan gliserol. Sabun yang terjadi, merupakan emulgator internal yang digunakan dalam reaksi selanjutnya
2. Reaksi emulsifikasi
Reaksi ini merupakan reaksi fisika antara sisa asam lemak yang tidak tersabunkan, dengan air, dalam kondisi asam lemak yang meleleh, membentuk suatu emulsi yang distabilkan oleh sabun sebagai emulgator internal. Dalam sediaan cream ini juga sering ditambahkan emulgator eksternal untuk lebih menjamin stabilitas fisik dari cream tersebut.
Terkait bahwa cream merupakan sediaan semisolid berbasis emulsi, maka kriteria cream sama dengan kriteria untuk sediaan emulsi.
Basis cream biasanya terdiri dari:
1. Asam lemak, contoh : asam steara2. Basa kuat, contoh : triethanolamin
3. Emulgator eksternal, contoh: tween, span
4. Humektan, contoh: gliserol, sorbitol, propilen glikol
5. Antioksidan, contoh: BHA, BHT
6. Pengawet, contoh: Nipagin, Nipasol
Humektan merupakan bahan yang higroskopis, mampu mempertahankan kandungan air dalam sediaan (mencegah kekeringan sediaan) serta mendukung hidrasi kulit, sehingga kondisi kelembaban kulit dapat terjaga.
Dalam pembuatan krim, secara umum ada 2 macam reaksi yang terjadi, yaitu:
1. Reaksi penyabunan
Reaksi ini merupakan reaksi kimia antara sejumlah asam lemak dalam komposisi cream yang direaksikan dengan basa kuat, membentuk sabun dan gliserol. Sabun yang terjadi, merupakan emulgator internal yang digunakan dalam reaksi selanjutnya
2. Reaksi emulsifikasi
Reaksi ini merupakan reaksi fisika antara sisa asam lemak yang tidak tersabunkan, dengan air, dalam kondisi asam lemak yang meleleh, membentuk suatu emulsi yang distabilkan oleh sabun sebagai emulgator internal. Dalam sediaan cream ini juga sering ditambahkan emulgator eksternal untuk lebih menjamin stabilitas fisik dari cream tersebut.
8.
GEL
Gel
merupakan sediaan semisolid yang mengandung cairan yang terperangkap dalam
suatu matriks 3 dimensi yang terbentuk dari gelling agent yang mengembang.
Bentuk Sediaan Obat - Sediaan Obat - farmakologi
BENTUK SEDIAAN OBAT
Bentuk
sediaan adalah bentuk obat sesuai proses pembuatan obat tersebut dalam bentuk
seperti yang akan digunakan.
Berikut ini adalah beberapa macam
bentuk sediaan obta:
A.
Sediaan
Padat
1. PULVIS/ SERBUK
Pulvis (serbuk) adalah
campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk
pemakaian luar. Karena mempunyai luas permukaan yang luas, serbuk lebih
mudah terdispersi dan lebih larut dari pada bentuk sediaan yang dipadatkan.
Anak-anak dan orang dewasa yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih mudah
menggunakan obat dalam bentuk serbuk. Biasanya serbuk oral dapat dicampur
dengan air minum.
Serbuk oral dapat diserahkan dalam bentuk terbagi
(pulveres) atau tidak terbagi (pulvis). Serbuk oral tidak terbagi
terbatas pada obat yang relatif tidak poten seperti laksansia, antasida,
makanan diet dan beberapa jenis analgetik tertentu, pasien dapat
menakar secara aman dengan sendok teh atau penakar yang lain.
Serbuk tidak terbagi lainnya adalah serbuk gigi dan serbuk tabur,
keduanya untuk pemakaian luar.
2. TABLET
a. Tablet
Kunyah
Tablet kunyah dimaksudkan untuk
dikunyah di mulut sebelum ditelan dan dimaksudkan untuk ditelan utuh. Jenis
tablet ini digunakan dalam formulasi tablet untuk anak, terutama formulasi
multivitamin, antasida, dan antibiotik tertentu.
Tujuan
dibuat tablet kunyah diantaranya adalah untuk memberikan suatu bentuk
pengobatan yang dapat diberikan dengan mudah. Terkadang anak-anak sukar untuk
menelan tablet bentuk utuh, sehingga dibutuhkan suatu bentuk sediaan supaya
dapat digunakan untuk anak-anak daintaranya yaitu sirup dan tablet kunyah.
Tidak hanya anak-anak, orang tua baik sengaja maupun tidak sengaja juga
membutuhkan bentuk sediaan oral yang mudah untuk digunakan. Sehingga tablet
kunyah tidak hanya diberikan kepada anak-anak saja tetapi juga bisa diberikan
pada orang dewasa.
b.
Tablet salut
Berdasarkan jenis bahan
penyalut, tablet dapat dibedakan menjadi:
1.
Tablet salut biasa / salut gula (dragee),
Adalah tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapisan gula baik berwarna
maupun tidak. Lapisan gula berasal dari suspensi dalam air mengandung serbuk
yang tidak larut, seperti pati, kalsium karbonat, talk, atau titanium dioksida
yang disuspensikan dengan gom akasia atau gelatin.
2.
Tablet salut selaput (film-coated tablet),
Tablet kempa yang disalut dengan salut tipis, bewarna atau tidak dari bahan
polimer yang larut dalam air yang hancur cepat di dalam saluran cerna.
Penyalutan tidak perlu berkali-kali. Disalut dengan hidroksi propil metil
selulosa, metil selulosa, hidroksi propil selulosa, Na-CMC, dan campuran
selulosa asetat ftalat dengan PEG yang tidak mengandung air atau mengandung
air.
3.
Tablet salut kempa adalah tablet yang
disalut secara kempa cetak dengan massa granulat yang terdiri atas laktosa,
kalsium fosfat, dan zat lain yang cocok. Mula-mula dibuat tablet inti, kemudian
dicetak lagi bersama granulat kelompok lain sehingga terbentuk tablet berlapis
(multi layer tablet). Tablet ini sering di gunakan untuk pengobatan
secara repeat action.
4.
Tablet salut enteric (enteric-coated
tablet), atau lepas tunda, Adalah tablet yang dikempa yang disalut dengan
suatu zat yang tahan terhadap cairan lambung, reaksi asam, tetapi terlarut
dalam usus halus. maka diperlukan penyalut enterik yang bertujuan untuk menunda
pelepasan obat sampai tablet melewati lambung. Bahan yang sering digunakan
adalah alol, keratin, selulosa acetat phtalat.
c.
Tablet lepas lambat, Tablet yang
pelepasan zat aktifnya dimodifikasi sehingga tablet tersebut melepaskan dosis
awal yang cukup untuk efek terapi yang kemudian disusul dengan dosis
pemeliharaan sehingga jumlah zat aktif atau konsentrasi zat aktif dalam darah
cukup untuk beberapa waktu tertentu. (misal tablet lepas lambat 6 jam, 12 jam,
dsb).
d.
Tablet berlapis, tablet yang disiapkan
dengan pengempaan granuler tablet pada granulasi yang baru dikempa. Proses ini
dapat diulangi untuk menghasilkan tablet berlapis banyak dari 2 atau 3 lapisan.
e.
Tablet lepas lambat
f.
Tablet hisap (lozenges)
Sediaan padat yang
mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan
manis, yang membuat tablet melarut atau hancur perlahanlahan dalam mulut.
Tablet yang mengandung zat aktif dan zat-zat penawar rasa dan bau, dimaksudkan
untuk disolusi lambat dalam mulut untuk tujuan lokal pada selaput lendir mulut.
Tablet ini dibuat dengan cara tuang disebut pastilles atau dengan cara
kempa tablet menggunakan bahan dasar gula disebut trochisi. Umumnya
mengandung antibiotic, antiseptic, adstringensia.
g.
Tablet sublingual dan tablet bukal
h.
Tablet effervescent
Dibuat dengan cara dikempa. Selain zat aktif,
tablet mengandung campuran zat asam dan natrium bikarbonat yang jika dilarutkan
dengan air akan menghasilkan CO2. Diberi wadah yang tertutup rapat
dan terlindung dari lembab, di etiket diberi tanda “bukan untuk ditelan”.
Tablet ini harus dilarutkan dalam air baru diminum.Contohnya Ca-D-Redoxon,
tablet efervesen Supradin.
g.
Tablet vaginal
Tablet
kempa yang berbentuk telur (ovula) untuk dimasukkan dalam vagina yang di
dalamnya terjadi disolusi dan melepaskan zat aktifnya. Biasanya mengandung
antiseptik, astringen. Digunakan untuk infeksi lokal dalam vagina dan mungkin
juga untuk pemberian steroid dalam pengobatan sistemik. Tablet vagina mudah
melemah dan meleleh pada suhu tubuh, dapat melarut dan digunakan sebagai obat
luar khusus untuk vagina.
3.
KAPSUL
Kapsul, dari bahasa Latin, capsula, “kotak
kecil” memiliki banyak arti dalam bidang farmasi, kapsul adalah
tabung kecil, dari zat yang mudah larut di air (semacam agar-agar) yang mengandung serbuk obat.
Serbuk obat biasa dimasukkan kapsul karena lebih mudah ditelan dan
menghindari rasa pahit.sebuah ruangan kecil yang
diluncurkan ke luar angkasa
Awalnya
obat dibuat dari tumbuhan keras, misalnya akar. Kulit kayu, dan kayu yang
diberikan dalam bentuk kapsul. Setelah dikenal obat sintetik, kapsul lalu
digunakan untuk pemberian obat yang tidak larut, misalnya : kalomel, garam
bismuth, merkuri dan kapur.
Sediaan
kapsul bisa digunakan untuk pemakaian dalam (secara oral, melalui hidung,
melalui rongga tubuh) dan pemakaian Luar (ditaburkan dibagian luar tubuh).
Kapsul bisa ditambahkan bahan bioadesif sehingga bisa melekat dan member efek
dalam waktu lama
4.
IMPLAN
Implan atau pelet adalah sediaan dengan massa padat
steril berukuran kecil berisi obat dengan kemurnian tinggi, dibuat dengan cara
pengempaan dan percetakan.
Setelah dokter mematikan rasa di kulit dengan
menggunakan anastetik, kemudian alat seperti jarum (trocar) digunakan untuk
menempatkan implant di bawah kulit pada lengan bagian atas.Implan biasanya
mengandung hormon seperti testosteron atau ekstradil yang di kemas dalam
vialatau lembaran kertas timah steril.Pemasangan implan tidak memerlukan
jahitan pada kulit. Secara perlahan, implan akan melepaskan progestin ke dalam
aliran darah. Implan efektif digunakan selama 3 tahun.
Format Laporan Resmi Praktikum Farmakologi
FORMAT
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI
Resep no :
Bentuk Sediaan :
A.
Dasar
teori
Dasar
teori memuat tinjauan pustaka sediaan obat, ditulis secara singkat dan jelas,
paling banyak 1 halaman folio.
B.
Resep
1.
Resep yang dikerjakan pada hari tersebut
ditukis secara lengkap
2.
Khasiat obat diuraikan secara singkat
3.
Perhitungan dosis sekali minum sehari
ditulis lengkap
4.
Cara kerja harus ditulis singkat dan
jelas
5.
Etiket ditulis
C.
Pembahasan
Pembahasan
berisi lengkap tentang resep, yang meliputi uraian tentang sifat bahan oobat,
problema yang ada, penjelasan dosisnya, dan tujuan pengobatan untuk apa.
D.
Kesimpulan
E.
Daftar
Pustaka
Yogyakarta, 2016
( )
Langganan:
Postingan (Atom)