Minggu, 12 Juni 2016

Sediaan Semi Obat - Farmakologi



A.    SEDIAAN SEMI PADAT


1.             SUPPOSITORIA
        Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, berbentuk torpedo, dapat melunak, melarut atau meleleh pada suhu tubuh. (Moh. Anief. 1997) Macam-macam Suppositoria

a.    Suppositoria untuk rectum (rectal)
Suppositoria untuk rektum umumnya dimasukkan dengan jari tangan. Biasanya suppositoria rektum panjangnya ± 32 mm (1,5 inchi), dan berbentuk silinder dan kedua ujungnya tajam. Bentuk suppositoria rektum antara lain bentuk peluru, torpedo atau jari-jari kecil, tergantung kepada bobot jenis bahan obat dan basis yang digunakan. Beratnya menurut USP sebesar 2 g untuk yang menggunakan basis oleum cacao (Ansel, 2005).
b.   Suppositoria untuk vagina (vaginal)
Suppositoria untuk vagina disebut juga pessarium biasanya berbentuk bola lonjong atau seperti kerucut, sesuai kompendik resmi beratnya 5 g, apabila basisnya oleum cacao.
c.    Suppositoria untuk saluran urin (uretra)
Suppositoria untuk untuk saluran urin juuga disebut bougie, bentuknya rampiung seperti pensil, gunanya untuk dimasukkan kesaluran urin pria atau wanita. Suppositoria saluran urin pria bergaris tengah 3-6 mm dengan panjang ± 140 mm, walaupun ukuran ini masih bervariasi satu dengan yang lainnya. Apabila basisnya dari oleum cacao beratnya ± 4 g. Suppositoria untuk saluran urin wanita panjang dan beratnya ½ dari ukuran untuk pria, panjang ± 70 mm dan beratnya 2 g, inipun bila oleum cacao sebagai basisnya.
d.   Suppositoia untuk hidung dan telinga
Suppositoia untuk hidung dan telinga yang disebut juga kerucut telinga, keduanya berbentuk sama dengan suppositoria saluran urin hanya ukuran panjangnya lebih kecil, biasanya 32 mm. Suppositoria telinga umumnya diolah dengan suatu basis gelatin yang mengandung gliserin. Seperti dinyatakan sebelumnya, suppositoria untuk obat hidung dan telinga sekarang jarang digunakan.

 Tujuan Penggunaan Supositoria
1.        Untuk tujuan lokal, seperti pada pengobatan wasir atau hemoroid dan penyakit infeksi lainnya. Suppositoria juga dapat digunakan untuk tujuan sistemik karena dapat diserap oleh membrane mukosa dalam rectum. Hal ini dilakukan terutama bila penggunaan obat per oral tidak memungkinkan seperti pada pasien yang mudah muntah atau pingsan.
2.         Untuk memperoleh kerja awal yang lebih cepat. Kerja awal akan lebih cepat karena obat diserap oleh mukosa rektal dan langsung masuk ke dalam sirkulasi pembuluh darah.
3.        Untuk menghindari perusakan obat oleh enzim di dalam saluran gastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia di dalam hati (Syamsuni, 2005).


4.        OVULA
5.        SALEP
Salep merupakan sediaan semi solid yang mengandung satu atau lebih zat aktif yang larut atau terdispersi dalam basis salep yang sesuai.

Salep memiliki criteria sebagai berikut:

1.    Aman (tidak toksik, tidak iritatif)
2.    Efektif dan efisien
3.    Stabil dalam penyimpanan
4.    Basis salep mampu membawa zat aktif dan melepaskannya pada tempat aksi
5.    Memiliki viskositas dan daya sebar sedemikian rupa sehingga mudah dikeluarkan dari kemasan dan mudah dioleskan secara merata

Basis salep yang umum digunakan dalam pembuatan salep adalah:

1.    Basis salep hidrokarbon

Basis ini merupakan basis dengan karakteristik berminyak, dapat berasal dari mineral alam, ataupun dihasilkan oleh serangga (lebah) atau tanaman

Contoh: vaselinum album (White petrolatum), vaselinum flavum (yellow petrolatum), paraffin, cera alba (white wax), cera flava (yellow wax)

2.    Basis salep serap

Basis ini merupakan basis yang mampu menyerap sejumlah air dengan tetap menunujukkan stabilitas sediaan.

Contoh: adeps lanae, lanolin


6.             PASTA
Pasta merupakan sediaan semisolid yang mengandung banyak partikel solid yang terdispersi dalam basis. Pasta dapat digunakan sebagai agen pembersih gigi (pasta gigi, yang mengandung bahan abrasif) ataupun sebagai bahan intermediet pembuatan salep, sebelum dicampurkan dengan basis yang lain (contoh: pembuatan pasta ZnO dengan minyak mineral pada peracikan Zinc Oxide ointment, sesaat sebelum disatukan dengan white ointment dengan metode levigasi).

7.                  KRIM
Cream merupakan sediaan semisolid yang menggunakan basis emulsi, dapat bertipe A/M ataupun M/A, dapat mengandung zat aktif (obat) atau tidak mengandung zat aktif (kosmetika). Cream menjadi alternatif pillihan sediaan semisolid karena jika dibandingkan dengan salep (unguenta) yang bukan berbasis emulsi, cream lebih menunjukkan keunggulan yaitu pada aspek kelembutan, kelunakan, dan bahwa cream relatif tidak meninggalkan kesan berminyak (greasy) jika dibanding salep dengan basis bukan basis emulsi. Dalam segi absorpsi, cream juga lebih baik jika dibanding salep, karena mengandung air yang dapat membantu proses hidrasi pada kulit, sehingga kulit akan terlembabkan dan obat dapat terpenetrasi dengan baik.

Terkait bahwa cream merupakan sediaan semisolid berbasis emulsi, maka kriteria cream sama dengan kriteria untuk sediaan emulsi.

Basis cream biasanya terdiri dari:

1.    Asam lemak, contoh : asam steara2.    Basa kuat, contoh : triethanolamin
3.    Emulgator eksternal, contoh: tween, span
4.    Humektan, contoh: gliserol, sorbitol, propilen glikol
5.    Antioksidan, contoh: BHA, BHT
6.    Pengawet, contoh: Nipagin, Nipasol

Humektan merupakan bahan yang higroskopis, mampu mempertahankan kandungan air dalam sediaan (mencegah kekeringan sediaan) serta mendukung hidrasi kulit, sehingga kondisi kelembaban kulit dapat terjaga.

Dalam pembuatan krim, secara umum ada 2 macam reaksi yang terjadi, yaitu:

1.    Reaksi penyabunan

Reaksi ini merupakan reaksi kimia antara sejumlah asam lemak dalam komposisi cream yang direaksikan dengan basa kuat, membentuk sabun dan gliserol. Sabun yang terjadi, merupakan emulgator internal yang digunakan dalam reaksi selanjutnya

2.    Reaksi emulsifikasi

Reaksi ini merupakan reaksi fisika antara sisa asam lemak yang tidak tersabunkan, dengan air, dalam kondisi asam lemak yang meleleh, membentuk suatu emulsi yang distabilkan oleh sabun sebagai emulgator internal. Dalam sediaan cream ini juga sering ditambahkan emulgator eksternal untuk lebih menjamin stabilitas fisik dari cream tersebut.

8.             GEL
   Gel merupakan sediaan semisolid yang mengandung cairan yang terperangkap dalam suatu matriks 3 dimensi yang terbentuk dari gelling agent yang mengembang.



Bentuk Sediaan Obat - Sediaan Obat - farmakologi



BENTUK SEDIAAN OBAT

            Bentuk sediaan adalah bentuk obat sesuai proses pembuatan obat tersebut dalam bentuk seperti yang akan digunakan.

Berikut ini adalah beberapa macam bentuk sediaan obta:

A.    Sediaan Padat

1.      PULVIS/ SERBUK

Pulvis (serbuk)  adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia  yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. Karena mempunyai luas permukaan yang luas, serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut dari pada bentuk sediaan yang dipadatkan. Anak-anak dan orang dewasa yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk. Biasanya serbuk oral dapat dicampur dengan air minum.
Serbuk oral dapat diserahkan  dalam bentuk terbagi (pulveres)  atau tidak terbagi (pulvis). Serbuk oral tidak terbagi terbatas pada  obat yang relatif tidak poten seperti laksansia, antasida, makanan diet dan beberapa  jenis analgetik tertentu, pasien dapat menakar  secara aman dengan sendok  teh  atau penakar yang lain. Serbuk tidak terbagi lainnya adalah serbuk gigi dan serbuk tabur,  keduanya untuk pemakaian luar.  

2.      TABLET

a.    Tablet Kunyah
            Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah di mulut sebelum ditelan dan dimaksudkan untuk ditelan utuh. Jenis tablet ini digunakan dalam formulasi tablet untuk anak, terutama formulasi multivitamin, antasida, dan antibiotik tertentu.
Tujuan dibuat tablet kunyah diantaranya adalah untuk memberikan suatu bentuk pengobatan yang dapat diberikan dengan mudah. Terkadang anak-anak sukar untuk menelan tablet bentuk utuh, sehingga dibutuhkan suatu bentuk sediaan supaya dapat digunakan untuk anak-anak daintaranya yaitu sirup dan tablet kunyah. Tidak hanya anak-anak, orang tua baik sengaja maupun tidak sengaja juga membutuhkan bentuk sediaan oral yang mudah untuk digunakan. Sehingga tablet kunyah tidak hanya diberikan kepada anak-anak saja tetapi juga bisa diberikan pada orang dewasa.
b.         Tablet salut
Berdasarkan jenis bahan penyalut, tablet dapat dibedakan menjadi:

1.      Tablet salut biasa / salut gula (dragee), Adalah tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapisan gula baik berwarna maupun tidak. Lapisan gula berasal dari suspensi dalam air mengandung serbuk yang tidak larut, seperti pati, kalsium karbonat, talk, atau titanium dioksida yang disuspensikan dengan gom akasia atau gelatin.
2.      Tablet salut selaput (film-coated tablet), Tablet kempa yang disalut dengan salut tipis, bewarna atau tidak dari bahan polimer yang larut dalam air yang hancur cepat di dalam saluran cerna. Penyalutan tidak perlu berkali-kali. Disalut dengan hidroksi propil metil selulosa, metil selulosa, hidroksi propil selulosa, Na-CMC, dan campuran selulosa asetat ftalat dengan PEG yang tidak mengandung air atau mengandung air.
3.      Tablet salut kempa adalah tablet yang disalut secara kempa cetak dengan massa granulat yang terdiri atas laktosa, kalsium fosfat, dan zat lain yang cocok. Mula-mula dibuat tablet inti, kemudian dicetak lagi bersama granulat kelompok lain sehingga terbentuk tablet berlapis (multi layer tablet). Tablet ini sering di gunakan untuk pengobatan secara repeat action.
4.      Tablet salut enteric (enteric-coated tablet), atau lepas tunda, Adalah tablet yang dikempa yang disalut dengan suatu zat yang tahan terhadap cairan lambung, reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus halus. maka diperlukan penyalut enterik yang bertujuan untuk menunda pelepasan obat sampai tablet melewati lambung. Bahan yang sering digunakan adalah alol, keratin, selulosa acetat phtalat.
c.         Tablet lepas lambat, Tablet yang pelepasan zat aktifnya dimodifikasi sehingga tablet tersebut melepaskan dosis awal yang cukup untuk efek terapi yang kemudian disusul dengan dosis pemeliharaan sehingga jumlah zat aktif atau konsentrasi zat aktif dalam darah cukup untuk beberapa waktu tertentu. (misal tablet lepas lambat 6 jam, 12 jam, dsb).
d.        Tablet berlapis, tablet yang disiapkan dengan pengempaan granuler tablet pada granulasi yang baru dikempa. Proses ini dapat diulangi untuk menghasilkan tablet berlapis banyak dari 2 atau 3 lapisan.
e.         Tablet lepas lambat
f.          Tablet hisap (lozenges)
Sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang membuat tablet melarut atau hancur perlahanlahan dalam mulut. Tablet yang mengandung zat aktif dan zat-zat penawar rasa dan bau, dimaksudkan untuk disolusi lambat dalam mulut untuk tujuan lokal pada selaput lendir mulut. Tablet ini dibuat dengan cara tuang disebut pastilles atau dengan cara kempa tablet menggunakan bahan dasar gula disebut trochisi. Umumnya mengandung antibiotic, antiseptic, adstringensia.
g.         Tablet sublingual dan tablet bukal
h.         Tablet effervescent
                        Dibuat dengan cara dikempa. Selain zat aktif, tablet mengandung campuran zat asam dan natrium bikarbonat yang jika dilarutkan dengan air akan menghasilkan CO2. Diberi wadah yang tertutup rapat dan terlindung dari lembab, di etiket diberi tanda “bukan untuk ditelan”. Tablet ini harus dilarutkan dalam air baru diminum.Contohnya Ca-D-Redoxon, tablet efervesen Supradin.
g. Tablet vaginal
Tablet kempa yang berbentuk telur (ovula) untuk dimasukkan dalam vagina yang di dalamnya terjadi disolusi dan melepaskan zat aktifnya. Biasanya mengandung antiseptik, astringen. Digunakan untuk infeksi lokal dalam vagina dan mungkin juga untuk pemberian steroid dalam pengobatan sistemik. Tablet vagina mudah melemah dan meleleh pada suhu tubuh, dapat melarut dan digunakan sebagai obat luar khusus untuk vagina.

3.      KAPSUL
 Kapsul, dari bahasa Latincapsula, “kotak kecil” memiliki banyak arti dalam bidang farmasi, kapsul adalah tabung kecil, dari zat yang mudah larut di air (semacam agar-agar) yang mengandung serbuk obat. Serbuk obat biasa dimasukkan kapsul karena lebih mudah ditelan dan menghindari rasa pahit.sebuah ruangan kecil yang diluncurkan ke luar angkasa
Awalnya obat  dibuat dari tumbuhan keras, misalnya akar. Kulit kayu, dan kayu yang diberikan dalam bentuk kapsul. Setelah dikenal obat sintetik, kapsul lalu digunakan untuk pemberian obat yang tidak larut, misalnya : kalomel, garam bismuth, merkuri dan kapur.
Sediaan kapsul bisa digunakan untuk pemakaian dalam (secara oral, melalui hidung, melalui rongga tubuh) dan pemakaian Luar (ditaburkan dibagian luar tubuh). Kapsul bisa ditambahkan bahan bioadesif sehingga bisa melekat dan member efek dalam waktu lama

4.      IMPLAN

            Implan atau pelet adalah sediaan dengan massa padat steril berukuran kecil berisi obat dengan kemurnian tinggi, dibuat dengan cara pengempaan dan percetakan.
             Setelah dokter mematikan rasa di kulit dengan menggunakan anastetik, kemudian alat seperti jarum (trocar) digunakan untuk menempatkan implant di bawah kulit pada lengan bagian atas.Implan biasanya mengandung hormon seperti testosteron atau ekstradil yang di kemas dalam vialatau lembaran kertas timah steril.Pemasangan implan tidak memerlukan jahitan pada kulit. Secara perlahan, implan akan melepaskan progestin ke dalam aliran darah. Implan efektif digunakan selama 3 tahun.

Format Laporan Resmi Praktikum Farmakologi



FORMAT LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

Resep no                :
Bentuk Sediaan     :                                                                                                              

A.    Dasar teori
Dasar teori memuat tinjauan pustaka sediaan obat, ditulis secara singkat dan jelas, paling banyak 1 halaman folio.

B.     Resep
1.      Resep yang dikerjakan pada hari tersebut ditukis secara lengkap
2.      Khasiat obat diuraikan secara singkat
3.      Perhitungan dosis sekali minum sehari ditulis lengkap
4.      Cara kerja harus ditulis singkat dan jelas
5.      Etiket ditulis

C.    Pembahasan
Pembahasan berisi lengkap tentang resep, yang meliputi uraian tentang sifat bahan oobat, problema yang ada, penjelasan dosisnya, dan tujuan pengobatan untuk apa.

D.    Kesimpulan

E.     Daftar Pustaka


Yogyakarta,          2016
    
    

(                                    )