2.1.
Eklamsi
a.
Pengertian
Eklampsia berasal dari bahasa yunani
dan berarti “Halilintar”. Kata tersebut dipakai karena seolah- olah gejala-
gejala eklampsia timbul dengan tiba – tiba tanpa didahului oleh tanda – tanda
lain. Sekarang kita ketahui bahwa eklampsia pada umumnya timbul pada wanita
hamil atau dalam nifas dengan tanda – tanda pre eklampsia. Pada wanita yang
menderita eklampsia timbul serangan kejangan yang diikuti oleh koma. Eklampsia
adalah preaklampsia yang disertai kejang dan atau koma yang timbul bukan akibat
dari kelainan neurologi (Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 : 310 ; 1999).
b.
Penyebab
Sebab eklamsi belum
diketahui benar. Salah satu teori yang dikemukakan ialah bahwa eklamsi
disebabkan ischaemia rahim dan plasenta (ischaemia uteroplasenta). Selama
kehamilan uterus memerlukan darah lebih banyak.
Pada molahidatidosa,
hydramnion, kehamilan ganda, multipara, pada akhir kehamilan, pada persalinan,
juga pada penyakit pembuluh darah ibu, diabetes, peredaran darah dalam dinding
uterus kurang, maka keluarlah zat-zat dari plasenta atau decidua yang
menyebabkan vasospasmus dan hipertensi.
c.
Tanda
Gejala
Gejala klinis Eklamsi adalah sebagai
berikut:
1. Terjadi pada kehamilan 20 minggu
atau lebih
2. Terdapat tanda-tanda pre eklamsi (
hipertensi, edema, proteinuri, sakit kepala yang berat, penglihatan kabur, nyeri
ulu hati, kegelisahan atu hiperefleksi)
3. Kejang-kejang atau koma
Kejang dalam eklamsi ada 4 tingkat, meliputi:
Kejang dalam eklamsi ada 4 tingkat, meliputi:
a. Tingkat awal atau aura (invasi).
Berlangsung 30-35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat (pandangan
kosong) kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar kekanan dan kekiri.
b. Stadium kejang tonik
Seluruh otot badan menjadi kaku, wajah kaku tangan menggenggam dan kaki membengkok kedalam, pernafasan berhenti muka mulai kelihatan sianosis, lodah dapat trgigit, berlangsung kira-kira 20-30 detik.
Seluruh otot badan menjadi kaku, wajah kaku tangan menggenggam dan kaki membengkok kedalam, pernafasan berhenti muka mulai kelihatan sianosis, lodah dapat trgigit, berlangsung kira-kira 20-30 detik.
c. Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi dan berulang ulang dalam waktu yang cepat, mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa dan lidah dapat tergigit. Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung selama 1-2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar, menarik mafas seperti mendengkur.
Semua otot berkontraksi dan berulang ulang dalam waktu yang cepat, mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa dan lidah dapat tergigit. Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung selama 1-2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar, menarik mafas seperti mendengkur.
d. Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam keadaan koma.
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam keadaan koma.
e. Kadang kadang disertai dengan
gangguan fungsi organ.
d.
Penatalaksanaan
Prinsip penataksanaan eklamsi sama
dengan pre-eklamsi berat dengan tujuan menghentikan berulangnya serangan
konvulsi dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah
keadaan ibu mengizinkan.
1.
Penderita
eklamsia harus di rAwat inap di rumah sakit
2.
Saat
membawa ibu ke rumah sakit, berikan obat penenang untuk mencegah kejang-kejang
selama dalam perjalanan. Dalam hal ini
dapat diberikan pethidin 100 mg atau luminal 200mg atau morfin 10mg.
3.
Sesampai
di rumah sakit pertolongan pertama adalah:
-
Membersihkan
dan melapangkan jalan pernapasan
-
Menghindari
lidah tergigit
-
Pemberian
oksigen
-
Pemasangan
infus dekstrosa atau glukosa 10 %-20%-40%
-
Menjaga
jangan terlalu trauma
-
Pemasangan
kateter tetap(dauer kateter)
4.
Observasi
ketat penderita
5.
Penatalaksanaan
pengobatan
6.
Pemberian
antibiotika
7.
Penanganan
e.
Pencegahan
Mencegah
timbulnya eklampsi jauh lebih penting dari mengobatinya, karena sekai ibu
mendapat serangan, maka prognosis akan jauh lebih buruk. Pada umumnya eklampsi
dapat dicegah atau frekuensinya dapat diturunkan. Upaya-upaya untuk
menurunkannya adalah dengan ;
1. Memberikan informasi dan edukasi
kepada masyarakat, bahwa eklampsi bukanlah suatu penyakit kemasukan (magis),
seperti banyak disangka oleh masyarakat awam.
2. Meningkatkan jumlah poliklinik
(balai) pemeriksaan ibu hamil serta mengusahakan agar semua ibu hamil
memeriksakan kehamilannya sejak hamil muda.
3. Pelayanan kebidanan bermutu, yaitu
pada tiap-tiap pemeriksaan kehamilan diamati tanda-tansa preeklampsi dan
mengobatinya sedini mungkin.
f.
Komplikasi
Kompliksai yang terberat adalah
kematian ibu dan janin. Komplikasi ini biasanya terjadi pada Preeklamsia dan
Eklamsia.
1.
Solutio
plasenta. Komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan
lebih sering terjadi pada Preeklamsia.
2.
Hipofibrinogenemia,terjadi
pada Preeklamsi berat.
3.
Hemolisis.
Penderita dengan Preeklamsi berat kadang-kadang menunjukkan gejala klinis
hemolisis yang dikenal ikterus. Belum diketahui dengan pasti apakah ini
merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah.
4.
Perdarahan
otak, kelainan mata (kehilangan penglihatan sementara)
5.
Edem
paru-paru, nekrosis hati, kelainan ginjal
g.
Dampak
1. Aliran darah ke plasenta berkurang.
Kondisi ini bisa membuat bayi dalam kandungan tidak mendapat cukup oksigen dan
nutrisi.
2. Pertumbuhan janin terhambat.
Janin yang tidak cukup menerima oksigen dan nutrisi bisa menghambat proses
pertumbuhan janin, bayi lahir dengan berat badan yang rendah, atau lahir secara
prematur.
4. Abrupsio plasenta. Ini
adalah kondisi ketika plasenta terpisah dari dinding dalam rahim sebelum proses
persalinan. Jika hal ini terjadi, plasenta Anda akan rusak. Anda juga akan
mengalami pendarahan yang hebat.
5.
Bayi meninggal dalam kandungan
6. Berkembangnya penyakit kardiovaskular
Tidak ada komentar:
Posting Komentar